Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar menyoroti apresiasi dari Wakil Menteri Haji (Wamenhaj) Arab Saudi terhadap penyelenggaraan haji Indonesia tahun 1446 H/2025 M. Sistem yang diterapkan Indonesia dinilai berhasil mengatasi berbagai persoalan krusial selama pelaksanaan ibadah haji.
"Kita sangat yakin, semua Menteri Agama yang pernah ada sangat bersusah payah untuk menemukan yang terbaik, bagaimana menciptakan jamaah haji seperti yang diharapkan dan yang diciptakan oleh semua pihak. Tapi keterbatasan-keterbatasan tentu pasti ada. Jangankan mengurus sebesar 220 ribu orang, perkawinan yang undangannya seribu saja pasti akan ada kelemahan-kelemahan," ungkap Nasaruddin saat membuka Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Evaluasi Penyelenggaraan Ibadah Haji 2025 yang mengusung tema Legacy, Change, Continuity, Senin (28/7/2025).
Lebih lanjut Nasaruddin menyebutkan bahwa penyelenggaraan ibadah haji tentu bukan hal mudah. Meskipun demikian, sinergi antar semua pihak menjadikan penyelenggaraan ini berbuah baik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, sebagai salah satu upaya memperbaiki sistem haji, Nasaruddin juga membahas lebih dalam terkait peralihan penyelenggaraan haji ke BPH. Menurutnya, kurangnya sumber daya manusia di Kemenag tidak sebanding dengan derasnya calon jamaah haji yang menyentuh hingga 220 ribu orang setiap tahunnya.
"Mengumpulkan orang 220 ribu menjumpai mereka (jamaah haji) dalam waktu yang sangat singkat sangat tidak gampang. Dan ini yang paling berat. Karena itu, Insyaallah dengan beralihnya urusan haji nanti ke badan ini (BPH) maka energi yang dilakukan teman-teman itu bisa lebih berkonsentrasi untuk menyelesaikan urusan-urusan Kementerian Agama," ungkapnya.
"Memang ada kesedihan. Sekian lama kita bersama di dalam pengurusan haji ini, tetapi inilah yang terbaik. Karena itu, saya mohon sekali, mohon maaf kepada teman-teman semuanya BPKH. Insyaallah tidak pernah ada satu langkah-langkah kami yang bisa menghambat proses ini," imbuh Nasaruddin.
Lebih lanjut, Nasaruddin mengungkapkan bahwa meskipun banyak hambatan terjadi khususnya terkait regulasi Saudi Arabia dalam penyelenggaraan haji, hal ini dapat terselesaikan dengan baik berkat kerja sama antar berbagai pihak.
"Kami juga berterima kasih kepada semua pihak yang telah bersusah payah membantu kami di dalam masa transisi ini, misalkan masa transisi karena terlalu banyak perubahan yang terjadi di Saudi Arabia di luar sepengetahuan kami, sebetulnya yang kita semuanya sudah tahu kadang-kadang dua kali tiga kali berubah peraturan dalam satu hari," ungkapnya.
Nasaruddin turut menyorot hambatan yang sering terjadi, salah satunya dalam kegiatan murur (inovasi dalam manajemen pergerakan jemaah haji saat puncak ibadah) yang kerapkali tidak memiliki jadwal tetap.
"Misalnya ada murur, tiba-tiba jam 12 tidak ada murur lagi, besoknya diizinkan lagi dalam tempo yang sangat singkat. Untung staff kami sangat cekatan mempermainkan komputer memindahkan data-data yang murur dan yang tidak murur. Di tengah-tengah suasana kesibukan itu kami bisa menyelesaikan urusan-urusan yang bermasalah di awal," tambah Nasaruddin.
Penyelesaian kendala-kendala ini, Nasruddin menuturkan turut diapresiasi oleh Wamenhaj Saudi Arabia saat kunjungannya ke markas besar urusan haji Indonesia di Makkah.
"Wakil Menteri Haji juga mendatangi markas kita di Makkah, memberikan semacam hiburan: 'Kami tidak menyangka Anda akan mampu menyelesaikan persoalan krusial ini.' Tapi akhirnya bisa terselesaikan, sehingga pemulangan ibadah haji tidak seperti yang mereka bayangkan. Bagaimana beratnya pada saat datang, pasti serumit itu pula ketika pulang. Tapi yang disaksikan adalah sebaliknya," tukasnya.
"Dan mereka mengapresiasi bahwa inilah Indonesia, paling gampang menemukan penyesuaian dalam kondisi seperti apapun," tambah Nasaruddin.
(akn/ega)
Komentar Terbanyak
Mengoplos Beras Termasuk Dosa Besar & Harta Haram, Begini Penjelasan MUI
Daftar Kekayaan Sahabat Nabi
Info Lowongan Kerja BP Haji 2026, Merapat!