Berhaji di Usia 109 Tahun, Mbah Sumbuk Bersyukur Sudah Sampai Tanah Suci

Kabar Haji 2025

Berhaji di Usia 109 Tahun, Mbah Sumbuk Bersyukur Sudah Sampai Tanah Suci

Lusiana Mustinda - detikHikmah
Minggu, 18 Mei 2025 20:00 WIB
Jemaah haji Indonesia yang tertua, Sumbuk berusia 109 tahun. (dok. Media Center Haji)
Foto: Jemaah haji Indonesia yang tertua, Sumbuk berusia 109 tahun. (dok. Media Center Haji)
Jakarta -

Mbah Sumbuk yang merupakan jemaah tertua asal Indonesia usia 109 tahun tiba di Jeddah Arab Saudi pada Minggu (18/5/2025). Matanya berkaca-kaca dan bibirnya bergetar sembari mengucap syukur dengan suara pelan, "Alhamdulillah ... Mbah tekan kene..."

Mbah Sumbuk yang berasal dari Kebumen, Jawa Tengah ini tergabung dalam kloter JKS-33 dari Embarkasi Jakarta-Bekasi. Meski tubuhnya sudah renta, namun semangat Mbah Sumbuk untuk berhasi sangat besar.

Ia berhaji bersama dengan pendamping yakni anaknya yang kesepuluh. Setibanya di terminal, Mbah Sumbuk yang duduk di atas kursi roda memandang sekelilingnya dan berkata, "Alhamdulillah, nembe kiye numpak pesawat, wis tua.." ujarnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mbah Sumbuk juga menoleh kanan dan kiri lalu bertanya, "Ngendi Lemete, Le? Kowe ngerti ora, anak lemet ora neng kene?," tanya Mbah Sumbuk kepada petugas haji di Bandara.

Lemet adalah makanan yang terbuat dari singkong parut dan gula jawa. Ternyata Mbah Sumbuk rindu makanan kampung halamannya.

ADVERTISEMENT

Menurut sang anak, Sukmi (56 tahun), selama di perjalanan sembilan jam penerbangan, sang ibu enggan untuk makan. Sehingga ketika lapar langsung mencari makanan favoritnya.

Salah satu petugas, Warijan, yang juga bertugas sebagai bagian dari Media Center Haji (MCH), menghampiri Mbah Sumbuk. Saat mengetahui bahwa Warijan juga berasal dari Kebumen, wajah Mbah Sumbuk langsung berubah senang.

"Kowe wong Kebumen, Le?"
"Inggih, Mbah. Nyong asli Kebumen," jawab Warijan sambil tersenyum.

Tanpa ragu, Mbah Sumbuk menggenggam tangan Warijan. "Yo wis, melok nyong wae yo nang Makkah. Bareng-bareng wae, Le," pintanya.

Warijan membalas dengan lembut, "Duh, Mbah... kula tugasé namung neng bandara. Wis, tenang, Mbah. Mengko nang Makkah akeh kancane aku sing nemenin, Mbah. Ana wong Kebumen. Mbah bakal keprungu karo sedulur-sedulur," ujar Warijan.

Di tengah percakapan itu, cuaca Jeddah yang terik mulai terasa. Mbah Sumbuk tampak kehausan dan meminta air. "Aku pan ngombe, Le," pintanya pelan. Petugas segera membantu memberinya air dan memastikan ia nyaman.

Perjalanan menuju Makkah, Mbah Sumbuk disiapkan bus khusus yang dilengkapi dengan lift hidrolik.

Dari Mbah Sumbuk, kita belajar bahwa kekuatan niat dan harapan akan mengantarkan cintanya kepada Allah. Semoga Mbah Sumbuk sehat dan dimudahkan dalam menjalankan seluruh ibadah hajinya.




(lus/lus)

Hide Ads