Berangkat haji bersama pasangan hidup merupakan impian bagi banyak orang. Begitu pun impian Sri Hartati (61), jemaah haji kloter 4 embarkasi Jakarta-Bekasi. Namun, di kala menanti panggilan Allah SWT ke Tanah Suci, suami Sri harus berpulang lebih dahulu ke Rahmatullah.
Wanita yang kerap disapa Sri ini mengatakan sudah daftar haji dan mendapat nomor porsi sejak 2013. Ia menabung bertahun-tahun bersama suaminya, Sudikno, untuk mewujudkan impian pergi haji bersama.
"Awal proses pendaftaran haji kan awalnya kita nabung dulu ya, terus setelah memenuhi syarat, kita daftar berdua ke Kementerian Agama nih tahun 2013,"ujar Sri kepada detikHikmah, Rabu (19/6/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sayangnya, impian tersebut harus kandas sebab sang suami wafat sebelum sempat berangkat haji akibat sakit yang dideritanya pascaoperasi gigi bungsu pada 2015 silam.
"Ternyata selama menunggu haji itu, Bapak (Almarhum Sudikno) sudah pulang duluan, istilahnya meninggal dunia," tutur Sri.
Satu tahun berselang usai kepergian suami, Sri pun mulai mengurus kuota haji sang suami. Namun, saat itu belum ada peraturan yang membolehkan nomor porsi keberangkatan orang yang meninggal bisa dialihkan ke ahli warisnya.
"Akhirnya kuota suami enggak dipakai karena meninggal tahun 2016, akhirnya diambil alih dari bapaknya ganti ke anak saya, Dika. Tapi ternyata kemarin waktu panggilan berangkat saya berangkat peraturan berubah lagi gitu," cerita Sri
"Jadi yang meninggal tahun 2019 ke atas bisa langsung hibah ke anaknya gitu, jadi anaknya bisa langsung berangkat kalau sudah waktunya. Tapi kalau yang tahun 2019 ke bawah itu, enggak bisa hibah begitu saja," imbuhnya.
![]() |
Dika, putra mereka, mau tidak mau mendaftar haji kembali atas namanya sendiri dan bukan atas nama mendiang ayahnya. Putranya pun tidak dapat langsung berangkat dan tetap harus menunggu sesuai masa tunggu haji yang diprediksi baru berangkat pada 2030.
"Nah, pas waktu pendaftaran buat gantiin Ayah buat berangkat haji, itu harus didaftarin ulang atas nama anak. Jadi, enggak bisa atas nama Bapaknya tapi harus atas nama anaknya. Akhirnya, Dika nanti berangkat sesuai nomor porsinya nanti yang baru didaftarkan. Kemarin juga sudah sempat ikut manasik haji, tapi nanti dia tetap bakal berangkat sesuai porsi mungkin nanti tahun 2030," paparnya.
Sri hanya bisa pasrah dan menerima dengan ikhlas, qadarullah. Ia pun akhirnya harus menunaikan ibadah haji sendiri pada 2024 tanpa didampingi keluarga.
"Iya, akhirnya saya berangkat sendirian karena si Dika nggak bisa karena peraturannya begitu," lanjut haru.
Badal Hajikan Suami Tercinta
Meski sempat mengalami delay penerbangan, Sri tak lupa mewujudkan keinginan untuk membadalkanhajikan suaminya ketika menginjakan kaki di Tanah Suci. Ia mengaku perlu merogoh kocek sebesar Rp 20 juta untuk membayar badal haji tersebut dan tidak ada persyaratan khusus.
"Jadi kemarin untuk almarhum (suami), kita badalin, tapi yang buat badalin itu sebenarnya orang asli Indonesia cuma dia kebetulan tinggal di Arab, saya bayar untuk badal dia (haji dan umrah). Kemarin bayar Rp 20 juta. Itu bersih buat badal haji dan umrah badal juga dapat kayak sertifikat haji gitu. Dan cuma diminta nama sama bin saja enggak banyak persyaratan," ungkap Sri.
Sri juga membagikan pengalamannya selama menunaikan ibadah haji dan umrah. Ia sempat bercerita kalau dirinya berangan-angan dipertemukan dengan 'wujud' dikenalnya yang sudah meninggal selama haji.
"Kalau kayak bertemu seseorang yang sudah meninggal gitu saya pengin sih, tapi enggak ketemu," guraunya.
Selama hampir sebulan melaksanakan ibadah haji, Sri mengaku tetap sehat dan kuat untuk mengerjakan rangkaian ibadah. Meski tak sempat mencium Hajar Aswad, ia masih dapat mencium Rukun Yamani sambil memanjatkan doa.
"Alhamdulillah kuat sih, capek ya capek namanya juga jalan berkilo-kilo. Enggak bisa nyium Hajar Aswad tapi kalau pegang dan cium Ka'bahnya itu bisa. Soalnya waktu itu ditutup karena lagi ramai-ramainya," ucapnya lagi.
Tak ingin menyia-nyiakan kesempatan, Sri pun memanjatkan doa sebanyak-banyaknya ketika sedang tawaf. Di hadapan Ka'bah yang mustajab untuk berdoa, ia mendoakan seluruh keluarga, kerabat, dan tentunya sang suami tercinta.
"Jadi, tawaf 7 kali putaran. Pertama, saya mendoakan Ibu, putaran kedua mendoakan Bapak, terus ketiga suami, keempat untuk diri sendiri, kelima untuk saudara-saudara, keenamnya untuk tetangga, dan ketujuhnya untuk teman dan kerabat. Mudah-mudahan apa yang kita inginkan Allah kabulkan," pungkasnya.
(rah/rah)
Komentar Terbanyak
Saudi, Qatar dan Mesir Serukan agar Hamas Melucuti Senjata untuk Akhiri Perang Gaza
Dari New York, 15 Negara Barat Siap Akui Negara Palestina
Mengoplos Beras Termasuk Dosa Besar & Harta Haram, Begini Penjelasan MUI