M. Faeshol Muzammil, Ahli Fiqih dari Kampung Santri Kajen

Kisah Inspiratif Para Muthowif (10)

M. Faeshol Muzammil, Ahli Fiqih dari Kampung Santri Kajen

Sudrajat - detikHikmah
Sabtu, 25 Mei 2024 07:00 WIB
Ustaz M. Faeshol Muzammil
Ustaz M. Faeshol Muzammil. (Foto: Iqbal Arif Ismail / detikhikmah)
Jakarta -

Desa Kajen di Kecamatan Margoyoso, Pati - Jawa Tengah merupakan salah satu pusat keilmuan yang lengkap karena memiliki satuan pendidikan formal yang komplet. Di sana ada lembaga pendidikan mulai jenjang dini (PAUD), SD, Ibtidaiyah (setara SD), Tsanawiyah (setara SMP), Aliyah (Setara dengan SMA), Hingga Ma'had Aly (setara dengan perguruan tinggi).

Di sana pula terdapat puluhan pondok pesantren dengan salah seorang tokohnya yang dikenal secara nasional, yakni KH. Sahal Mahfudh yang pernah memimpin MUI dan Rais Aam PBNU masing-masing selama tiga periode.

"Catatan terakhir yang saya ketahui jumlahnya ada 46 pondok pesantren, salah satunya milik ayah saya, yakni Pontren Kulon Banon. Didirikan KH. Abdullah Ismail, kakek cangggah saya, lebih dari 120 tahun yang lalu. Karena itu Kajen dijuluki Desa atau Kampung Santri," ungkap Ustaz M. Faeshol Muzammil saat berbincang dengan detikHikmah, Jumat (24/5/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun suami dari Najichatin Niswah itu tak sepenuhnya menimba ilmu di kampung halamannya. Lelaki kelahiran 14 Februari 1979 itu selama lima tahun menimba ilmu di PP. M'ahadul Ulum Al-Syar'iyyah (MUS) Sarang Rembang yang diasuh KH. Abdurrahim Ahmad dan menamatkan jenjang aliyah di Madrasah Al-Ghazaliyah Al-Syafi'iyyah yang di-mudiri KH. Maimoen Zubair.

Setelah mengaji kepada masyayikh Sarang, Faeshol melanjutkan belajar selama 2,5 tahun di Kota Mekkah. Dia berguru dan mulazamah kepada Syeikh DR Ahmad Qasim Al-Ghamdi pada 1999 - 2001. Ahmad Qasim merupakan ulama yang dikenal 'nyeleneh' untuk ukuran masyarakat di Arab Saudi, antara lain karena membolehkan peringatan Maulid Nabi SAW dan perayaan Hari Valentin serta ulama pertama yang menyuarakan peran yang lebih kepada kaum wanita Saudi Arabia.

ADVERTISEMENT
Ustaz Faeshol Muzammil tengah menyampaikan paparan saat manasik haji di Hotel Sultan, 18 Mei 2024Ustaz Faeshol Muzammil tengah menyampaikan paparan saat manasik haji di Hotel Sultan, 18 Mei 2024 (Foto: Ryan / Maktour).

"Pada Februari kemarin saya juga mendapatkan beasiswa bersama para pengasuh pondok pesantren lainnya untuk belajar terkait pengambilan fatwa di Darul Ifta, Kairo - Mesir selama sebulan," ujar Faeshol. Darul Ifta merupakan Komisi Fatwa resmi Pemerintah Mesir, di bawah naungan Wizaratul 'Adl (Kementerian Kehakiman).

Di tengah kesibukannya mengurus para santri di Pondok Pesantren Ma'had Aly Maslakul Huda Fi Ushul Fiqh, sejak 2010 Ustaz M, Faeshol Muzammil juga menjadi muthowif Jemaah haji dan umrah yang berangkat melalui Maktour. Juga rutin menulis kolom dan menjadi narasumber di NU Online, situs milik PBNU.

Awal mula dia bergabung dengan biro haji dan umrah milik kakak-adik Muhammad Rocky dan Fuad Hasan Masyhur itu boleh dibilang unik. Di tahun 2010, tepatnya di awal Bulan Rajab, Faeshol bermimpi melihat Ka'bah. Niat untuk kembali menunaikan ibadah haji tidak dapat ditahan lagi. Segala upaya dilakukan. Mulai dari mendaftar petugas haji Kemenag hingga mendaftar menjadi penterjemah Koran khsuus haji. Semuanya gagal.

Akhirnya Faeshol mencoba datang ke Maktour. Setelah beberapa kali ikut mengisi manasik, tetap saja diputuskan belum bisa berangkat sebab formasi ustadz sudah lengkap, Namun, lima hari menjelang keberangkatan para calon Jemaah Maktour rupanya ada ustaz yang berhalangan. Manajeman Maktour pun segera mengontak Faeshol dan menawarinya untuk berhaji sekaligus menjadi muthowif.

"Mungkin sekitar lima hari sebelum keberangkatan saya dihubungi untuk berhaji. Sejak itu saya malah rutin diminta mengisi manasik dan menjadi muthowif haji dan umrah," tutur Faeshol.

Sekalipun statusnya freelance, dia mengaku tak bisa berpaling ke lembaga lain. Bahkan selama tiga tahun pertama, setiap tahun dia lebih banyak melaluinya di Mekkah untuk memandu para Jemaah umrah. "Dalam setahun saya pernah 9 kali mengantar Jemaah umrah. Dalam sepekan pernah dua kali bolak-balik Pati-Jakarta. Ya, awalnya istri sempat komplen lah," ujar Faeshol diiringi tawa kecil.

Namun seiring kian besarnya anak-anaknya Wakil Ketua Lembaga Bahtsul Masail NU Jawa Tengah itu tahu diri. Dia mulai mengurangi jadwalnya di Maktour agar bisa memberikan perhatian lebih kepada anak-anak dan para santrinya.

"Alhamdulillah, suasana di sini meskipun freelance kami sudah seperti keluarga. Layaknya keluarga tentu harus punya rasa saling memiliki. Kalau manajemen meminta bantuan ya harus siap. Nyatanya sejauh ini memang saya juga tak tertarik untuk ke tempat lain," tandas Faeshol.




(lus/lus)

Hide Ads