Ada satu kisah yang dibagikan oleh Fathullah, jemaah haji lansia asal embarkasi Solo (SOC). Ia berangkat haji mendadak karena masuk dalam kuota tambahan yang diberikan oleh Pemerintah Saudi.
Fathullah mengaku tidak memiliki persiapan yang matang saat namanya dipanggil untuk berangkat ke Tanah Suci. Karena waktunya yang mepet, ia khawatir tidak mendapatkan layanan yang maksimal.
Namun hal itu terbantahkan saat 40 hari berada di sana. Apa yang dipikirkan Fathullah salah, keraguanya tidak terbukti sama sekali.
Fathullah justru mendapat keistimewaan dari petugas haji yang bekerja. Karena seperti diketahui, penyelenggaraan ibadah haji tahun ini mengusung tema ramah lansia.
"Alhamdulillah saya jemaah kuota tambahan. Jatah makan, pelayanan dan akomodasi haji berasa plus plus," kata Fathullah setibanya di asrama haji Donohudan, Solo, Jawa Tengah, seperti dikutip dari laman Kemenag, Kamis (3/8/2023).
Konsumsi yang diberikan juga baik, sesuai dengan lidahnya sebagai orang Indonesia. Selain itu, hotel yang ditempatinya juga nyaman, baik di Makkah maupun Madinah.
"Kami awalnya mengira karena tambahan maka kami akan mendapatkan sisa-sisa layanan, tapi ternyata layanan yang diberikan kepada jemaah tidak membeda-bedakan, baik kuota dasar maupun tambahan," sambungnya.
Ia sangat bersyukur atas hal tersebut. Kenangan itu tak akan terlupakan oleh Fathullah meskipun telah tiba di Indonesia.
"Petugas haji, baik kloter maupun non kloter, trengginas, cekatan, ramah lansia, dan profesional," ujar Fathullah.
"Saya tinggal di Syisyah, bus shalawat tersedia 24 jam full, walaupun cuma 2 orang penumpangnya tetep mau jalan," kenangnya.
Hal senada juga disampaikan oleh Sukidi, jemaah haji asal Klaten, Jawa Tengah. Dengan biaya haji yang terbilang murah, jemaah bisa mendapatkan layanan yang cukup baik selama di Tanah Suci.
"Awalnya sempat ada pikiran negatif mengenai beredarnya rumor kenaikan biaya haji, namun setelah ada penjelasan yang transparan dan terukur maka kami anggap biaya haji 2023 itu murah," imbuh Sukidi.
"Ketika berangkat kita naik pesawat Garuda, lalu di Tanah Suci mendapatkan fasilitas berupa bus untuk bepergian antara Makkah dan Madinah," lanjutnya.
Selain itu bus Salawat juga beroperasi 24 jam di Makkah, ini sangat memudahkannya ketika ingin pergi ke Masjidil Haram. Ditambah lagi konsumsi tiga kali makan setiap hari, baik di Makkah maupun di Madinah.
"Walaupun sempat tidak diantar makan selama 3 hari ketika di Madinah, tapi menurut kami itu tidak apa-apa. Bahkan, kami malah lebih senang karena bisa menambah variasi makanan," terang Sukidi.
Sukidi mengapresiasi kerja baik petugas haji. Ia dan rombongannya pun tidak merasakan kesusahan ketika melaksanakan haji. Seperti diketahui, Sukidi tergabung dalam kloter 57 Embarkasi Solo (SOC 57).
"Pelayanan dari para petugas maupun PPIH sangat baik, semua jamaah dilayani dan perlu diapresiasi terlebih lagi bagian medis," tandasnya.
(hnh/nwk)
Komentar Terbanyak
Ada Penolakan, Zakir Naik Tetap Ceramah di Kota Malang
Sosok Ulama Iran yang Tawarkan Rp 18,5 M untuk Membunuh Trump
Respons NU dan Muhammadiyah Malang soal Ceramah Zakir Naik di Stadion Gajayana