Niat merupakan salah satu unsur terpenting dalam setiap amal ibadah seorang muslim. Tanpa adanya niat, suatu amal bisa kehilangan nilainya di hadapan Allah SWT. Oleh karena itu, para ulama menempatkan niat sebagai bagian penting yang menentukan sah atau tidaknya suatu ibadah.
Salah satu hadits yang paling terkenal terkait niat adalah hadits yang diriwayatkan oleh Umar bin Khattab RA. Hadits ini menjadi landasan utama dalam membahas masalah ikhlas dan tujuan dalam beramal.
Bahkan, Imam Nawawi menjadikannya sebagai hadits pertama dalam kitab Arba'in Nawawi, sementara Imam Bukhari menempatkannya di awal Shahih Bukhari sebagai penekanan pentingnya niat dalam seluruh amal.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hadits Tentang Niat
Hadits yang diriwayatkan oleh Umar bin Khattab RA, Rasulullah SAW bersabda:
عَنْ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ:
«إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى، فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ، فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُهَا أَوِ امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا، فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ».
Artinya:
"Sesungguhnya amal itu bergantung pada niatnya, dan sesungguhnya setiap orang akan mendapatkan sesuai dengan apa yang ia niatkan. Barang siapa hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan barang siapa hijrahnya karena dunia yang ingin ia dapatkan atau karena wanita yang ingin ia nikahi, maka hijrahnya kepada apa yang ia tuju." (HR. Bukhari dan Muslim)
Kedudukan Hadits Tentang Niat
Hadits ini memiliki kedudukan yang sangat penting dalam Islam. Para ulama menyebutnya sebagai hadits pokok dalam agama karena mengandung dasar amal ibadah, yaitu ikhlas karena Allah SWT.
Imam Syafi'i mengatakan, "Hadits ini mencakup sepertiga ilmu. Karena amal seseorang tergantung pada hati, lisan, dan anggota badan. Dan niat adalah salah satu bagian dari amal hati."
Dikutip dari buku 50 Kaidah Nabawiyah: Untuk Jiwa dan Kehidupan yang ditulis Dr. Umar bin Abdullah Al-Muqbil, niat yang ikhlas merupakan salah satu dari dua syarat diterimanya amal. Perhatian terhadap keikhlasan niat merupakan salah satu perkara yang paling penting, dan kewaspadaan akan hilangnya niat yang ikhlas merupakan kewajiban yang paling utama.
Tidak ada sesuatu yang lebih tinggi dan lebih manis daripada keikhlasan niat dan buah yang dihasilkannya. Tidak ada yang lebih ditakuti seorag mukmin daripada gugurnya amal mereka, baik seluruhnya atau sebagiannya.
Fungsi Niat
Para ulama berpendapat bahwa niat memiliki dua fungsi, yaitu:
1. Pembeda antara sebagian dengan sebagian yang lain
Niat berfungsi sebagai pembeda, seperti pembeda antara sholat Zuhur dengan sholat Ashar misalnya, atau pembeda antara puasa Ramadhan dengan puasa lainnya, dan sebagainya. Niat sebagai pembeda amal inilah yang banyak diterangkan para ulama ahli fikih di dalam penjelasan mereka dan termuat dalam kitab-kitab.
2. Pembeda terhadap tujuan amal
Niat juga berfungsi sebagai pembeda terhadap siapa yang menjadi tujuan amal. Apakah untuk Allah SWT semata atau selain Allah SWT? Niat inilah yang diperbincangkan ulama pendidikan jiwa dan akhlak, yang menitik beratkan pembahasan mereka tentang keikhlasan dan unsur-unsur pengikutnya.
Melalui sabda Rasulullah SAW tentang niat merupakan salah satu hadits paling agung dalam Islam. Rasulullah SAW mengajarkan bahwa amal perbuatan bergantung pada niat, dan balasan yang diterima sesuai dengan tujuan amal tersebut.
(dvs/lus)
Komentar Terbanyak
Eks Menag Yaqut Tegaskan 2 Rumah Rp 6,5 M yang Disita KPK Bukan Miliknya
KPK Sebut Pejabat Kemenag Tiap Tingkat Dapat Jatah di Kasus Korupsi Kuota Haji
Cerita Khalid Basalamah Mengaku Jadi Korban dalam Kasus Kuota Haji