Nabi Muhammad SAW dikenal sebagai sosok yang sangat mencintai umatnya. Bukan hanya mereka yang hidup semasa dengannya, tetapi juga kita yang datang jauh setelah beliau wafat. Bahkan dalam Al-Qur'an, Allah menggambarkan besarnya kepedulian Nabi dalam Surah At-Taubah ayat 128,
لَقَدْ جَاۤءَكُمْ رَسُوْلٌ مِّنْ اَنْفُسِكُمْ عَزِيْزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيْصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِيْنَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ
Arab latin: Laqad jā'akum rasūlum min anfusikum 'azīzun 'alaihi mā 'anittum ḥarīṣun 'alaikum bil-mu'minīna ra'ūfur raḥīm(un).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Artinya: Sungguh, benar-benar telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri. Berat terasa olehnya penderitaan yang kamu alami, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, dan (bersikap) penyantun dan penyayang terhadap orang-orang mukmin.
Doa Nabi Muhammad yang Tercurah dari Sujud
Dalam buku Saat Rasulullah Bergenang Air Mata karya Mohd Khairi Ismail, diriwayatkan oleh Abdullah bin Amru bin al-Ash RA, bahwa pernah terjadi gerhana matahari pada masa Nabi Muhammad SAW. Ketika langit mendung dan suasana menjadi kelam, Rasulullah SAW teringat kepada azab yang pernah menimpa umat-umat terdahulu.
Beliau pun segera melaksanakan shalat gerhana. Dalam sujudnya yang panjang, Rasulullah SAW menangis dan merintih penuh harap:
"Wahai Tuhanku, bukankah Engkau telah berjanji tidak akan menurunkan azab kepada umatku selama aku masih berada di tengah mereka? Wahai Tuhanku, bukankah Engkau juga berjanji tidak akan mengazab mereka selama mereka memohon ampun (beristighfar)?"
Doa ini merupakan wujud nyata dari cinta Nabi SAW yang mendalam kepada umatnya. Meskipun gerhana adalah fenomena alam, beliau menjadikannya momen introspeksi dan permohonan kepada Allah agar umatnya dijauhkan dari murka dan siksa.
Umat Selalu dalam Pikiran Beliau
Cinta Rasulullah SAW kepada umatnya juga digambarkan dalam buku Shalawat: Amalan Hebat Jalan Selamat Dunia dan Akhirat karya Emas Agus Prastyo Wibowo. Dalam buku tersebut disebutkan bahwa kelak, saat pertama kali dibangkitkan dari alam kubur, Nabi Muhammad SAW akan menangis dan bertanya:
"Di mana gerangan umatku?"
Beliau tidak memikirkan dirinya terlebih dahulu, tetapi langsung mencari dan mengkhawatirkan keadaan umatnya. Dalam riwayat yang lain, dikisahkan bahwa Rasulullah SAW menangis saat melihat umatnya yang bergelimang dosa. Beliau bertanya kepada Malaikat Jibril:
"Wahai Jibril, bagaimana keadaan umatku yang berbuat dosa?"
Karena begitu besar perhatian dan kasih sayangnya, tangisan beliau pun semakin keras. Beliau berseru:
"Tuhanku, Penguasaku, Penghuluku, aku tidak meminta untuk diriku. Sesungguhnya aku meminta untuk umatku dari-Mu," ucap Nabi SAW sambil menangis penuh harap.
Warisan Doa yang Tak Pernah Padam
Meski Rasulullah SAW telah tiada, cinta dan doa beliau kepada umatnya tidak pernah berhenti. Beliau mewariskan kasih itu lewat ajaran, teladan, dan untaian doa yang masih kita rasakan hingga hari ini. Sebagaimana ditegaskan dalam Surah At-Taubah ayat 128, kehadiran beliau adalah rahmat besar bagi umat ini.
Ketika kita membaca kisah-kisah ini, semoga tumbuh di dalam hati rasa rindu kepada Rasulullah. Dan semoga rindu itu menjelma menjadi amal, shalawat, dan upaya untuk meneladani akhlak beliau, karena beliau telah lebih dulu mencintai dan mendoakan kita jauh sebelum kita mengenal beliau.
(inf/erd)
Komentar Terbanyak
Ustaz Khalid Basalamah Buka Suara Usai Dipanggil KPK
Naudzubillah! Ini Ciri-ciri Wanita yang Jadi Pengikut Dajjal pada Akhir Zaman
Kemenag Imbau Masyarakat Tak Usir Anak-Anak yang Berisik di Masjid