Kultum tentang bulan Rajab perlu dipahami karena Rajab termasuk salah satu dari empat bulan haram yang dimuliakan Allah SWT. Dalam Al-Qur'an disebutkan bahwa pada bulan-bulan tersebut, umat Islam dianjurkan untuk tidak menzalimi diri sendiri dan lebih meningkatkan ketaatan kepada Allah.
Kultum tentang bulan Rajab juga relevan disampaikan sebagai sarana membangkitkan kesadaran spiritual. Bulan Rajab sering dipandang sebagai awal persiapan menuju bulan Ramadan, sehingga menjadi momentum yang tepat untuk memperbaiki ibadah dan akhlak.
Kumpulan Contoh Kultum Bulan Rajab Lengkap
Berikut kultum yang dapat diamalkan saat bulan Rajab:
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
1. Bulan Rajab Bulan Haram Dengan Segala Peristiwa Di Dalamnya
Dikutip dari buku Kumpulan Kultum Setahun (Jilid : 2) oleh Fuad bin Abdul Aziz Asy-Syalhub, salah satu kultum bulan rajab diantaranya sebagai berikut:
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، أَتَمَّ النِّعْمَةَ، وَأَكْمَلَ الدِّيْنَ، وَرَضِيَ لَنَا بِالْإِسْلَامِ دِينًا، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى إِمَامِ الْمُتَّقِينَ، مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ
Segala puji bagi Allah, Rabb alam semesta. Yang telah menyempurnakan nikmat dan agama. Yang telah meridhai Islam sebagai agama kita. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada imam orang-orang bertakwa. Muhammad bin Abdullah, shalawat atas beliau diiringi salam hingga Hari Pembalasan.
Bulan Rajab adalah bulan yang telah dimuliakan oleh Allah. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,
إِنَّ الزَّمَانَ قَدِ اسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ خَلَقَ اللهُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ السَّنَةَ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا، مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ، ثَلَاثَ مُتَوَالِيَاتٌ : ذُو الْقَعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمِ وَرَجَبَ مُضَرَ الَّذِي بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَانَ
"Sesungguhnya zaman itu telah menjadi bundar sebagaimana pada hari Allah menciptakan semua lapisan langit dan bumi, se-tahun adalah dua belas bulan, di antaranya empat yang haram. Tiga berurutan: Dzulqa'dah, Dzulhijjah dan Muharram, dan Rajab adalah mudhar yang berada di antara Jumada dan Sya'ban."
Dia adalah bulan haram di sisi Allah dan di sisi Rasulullah Shal-lallahu Alaihi wa Sallam serta menurut kaum Muslimin.
Akan tetapi, di dalam bulan ini banyak terjadi berbagai keajaiban yang tidak pernah terjadi di bulan lainnya. Semua itu tiada lain karena sedikitnya ilmu dan menyebarnya kebodohan serta semangat mengi-kuti hawa nafsu yang membutakan dan memekakkan telinga.
Di antara sembelihan adalah sembelihan yang dilakukan pe-nyembelihannya pada bulan Rajab. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,
لا فَرْعَ وَلَا عَتِيْرَةَ
"Tidak ada far'a (unta yang lahir pertama kali disembelih untuk tuhan mereka) dan tidak ada atirah (kambing yang disem-belih di bulan Rajab)".
Al-Atirah adalah bahwa manusia di zaman jahiliah menyembelih binatang di bulan Rajab sebagai tanda taqarrub kepada tuhan mereka (patung). Maka datanglah larangan dalam sabda beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam: ولا عبيرة ...dan tidak ada atirah). Ini adalah larangan karena suatu tradisi, dan lebih dekat kepada hukum haram. Dengan dasar ini maka tidak boleh melakukan penyembelihan di bulan Rajab; karena hal itu bertujuan untuk taqarrub kepada tuhan mereka.
Puasa di bulan Rajab adalah bid'ah dan bukan petunjuk untuk kaum Muslimin. Dari Kharsyah bin Al-Hurr berkata, "Aku pernah melihat Umar bin Al-Khaththab memukuli tangan orang-orang yang berpuasa di bulan Rajab sehingga mereka meletakkan tangannya pada makanan, dan ia berkata,
كُلُوا فَإِنَّمَا كَانَتْ هُوَ كَانَتْ تُعَلِّمُهُ الْجَاهِلِيَّةُ
"Makanlah oleh kalian karena dia adalah bulan yang diagungkan oleh orang-orang jahiliah"
Kemudian masuklah Abu Bakarah kepada keluarganya. Mereka memiliki keranjang-keranjang baru dan kendi-kendi. Sehingga ia ber-kata, "Apa semua ini?" Maka mereka menjawab, "Ini bulan Rajab, maka kami berpuasa." la berkata, "Apakah kalian menjadikan bulan Rajab menjadi bulan Ramadhan?" Maka dia miringkan semua keranjang dan dia pecahkan semua kendi. Maka tidak boleh mengkhususkan bulan Rajab untuk menunaikan ibadah puasa, karena yang demikian itu ber-tentangan dengan petunjuk penghulu para rasul, yaitu: Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam.
Pengkhususan bulan Rajab untuk melakukan ibadah umrah dengan pandangan bahwa yang demikian itu memiliki keutamaan atas umrah pada bulan yang lain. Dalam hal ini tidak ada hadits yang datang dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam sama sekali. Yang ada dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam adalah keutamaan melakukan ibadah umrah di bulan Ramadhan. Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda kepada seorang wanita Anshar,
إِذَا كَانَ رَمَضَانُ فَاعْتَمِرِي فَإِنَّ عُمْرَةً فِيْهِ تَعْدِلُ حِجَّةً
"Jika tiba bulan Ramadhan maka lakukanlah ibadah umrah, ka-rena umrah di dalamnya sama dengan ibadah haji,"
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam tidak pernah melakukan ibadah umrah di bulan Rajab. Yang baku yang datang dari beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam bahwa beliau melakukan empat kali ibadah umrah semuanya dilakukan pada bulan Dzullqa'dah sebagai-mana ditunjukkan oleh hadits Anas dan selainnya. Ibadah umrah yang dilakukan oleh sebagian salaf dari kalangan para shahabat dan para tabi'in pada bulan Rajab, bukan karena keutamaan menunaikan umrah pada bulan itu. Akan tetapi, karena mereka ingin datang untuk ibadah haji dalam satu keberangkatan dan ibadah umrah dalam keberang-katan yang lain di luar bulan haji. Pengkhususan ibadah dan menetap-kannya di dalam satu waktu atau tempat harus berdasarkan dalil yang jelas dan gamblang yang tidak ada ketidakjelasan di dalamnya.
Di antara perkara baru di bulan Rajab apa yang dinamakan dengan shalat raghaib. Yang dilakukan oleh sebagian orang pada malam Jum'at pertama di bulan Rajab. Antara shalat maghrib dan shalat isya. Shalat tersebut diawali dengan puasa hari Kamis. Telah muncul berkenaan dengan cara-caranya sebuah hadits maudhu' (palsu) yang tidak sah disandarkan kepada Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam. Itu adalah shalat yang tidak baku dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, baik dari sabda atau dari perbuatan atau dari ketetapan beliau. Juga tidak pernah dilakukan oleh para shahabat Radhiyallahu Anhum. Pertama-tama terjadi pada abad keempat. Dengan demikian maka diketahui bahwa shalat tersebut batal dan tidak sah. Syaikhul Islam berkata, "Shalat raghaib adalah bid'ah berdasarkan kesepakatan para imam agama. Tidak disunnahkan oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dan juga tidak satu pun dari para khalifahnya. Juga tidak dijadikan anjuran oleh satu pun para imam agama, seperti: Malik, Asy-Syafi'i, Ahmad, Abu Hanifah, Ats-Tsauri, Al-Auza'i, Al-Laits dan selain mereka. Hadits yang diriwayatkan berkenaan dengan hal ini adalah dusta menurut kesepakatan para tokoh dalam pengetahuan tentang hadits.
Di antara perkara-perkara baru di bulan Rajab adalah perkumpulan pada malam Isra' dan Mi'raj. Di mana sebagian kaum Muslimin dengan sengaja semoga Allah memberi mereka petunjuk mengadakan perkumpulan pada malam dua puluh tujuh di bulan Rajab. Sehingga semua orang berkumpul di masjid, lampu-lampu di-nyalakan, dikisahkan cerita Isra' dan Mi'raj yang telah terlupakan, dibacakan syair-syair, dibeber permadani-permadani, dan dihadirkan berbagai macam makanan... dan seterusnya. Tidak ada ketentuan baku yang menetapkan bahwa malam Isra' dan Mi'raj pada malam kedua puluh tujuh di bulan Rajab. Jika baku, maka tetap tidak boleh mengadakan perkumpulan pada waktu seperti itu hingga muncul dari orang yang makshum (Rasul) nash yang memperbolehkannya, maka bagaimana semua ini menjadi baku?
Malam Isra' sekalipun agung bagi Nabi kita, Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam, maka malam Al-Qadar lebih agung bagi kaum Muslimin. Dalam hal ini Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, "Malam Isra' lebih utama bagi Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam dan lailatul qadri lebih utama bagi umat. Apa yang menjadi hak khusus bagi Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam dengan kejadian Mi'raj di malam itu lebih sempurna daripada apa yang menjadi hak beliau pada malam-malam Al-Qadar. Bagian yang menjadi hak umat pada lailatul qadri lebih sempurna daripada bagian yang menjadi hak mereka pada malam Mi'raj. Sekalipun pada malam itu bagi mereka bagian yang sangat agung. Akan tetapi keutamaan, kemuliaan dan derajat yang tinggi di malam itu diperoleh orang yang diisrakan pada malam itu, Shallallahu Alaihi wa Sallam." Dengan demikian, tidak disyariatkan diadakan kumpul-kumpul pada malam Isra' dan Mi'raj, melakukan kegiatan itu adalah suatu perkara baru dalam agama.
Wallahu a'lam. Semoga shalawat, salam dan berkah senantiasa dicurahkan kepada Nabi kita Muhammad, kepada segenap keluarga dan para sahabatnya dengan diiringi salam. Dan segala puji bagi Allah, Rabb alam semesta.
2. Kultum Keutamaan Bulan Rajab
Dikutip dari buku Panduan Lengkap Khutbah Sepanjang Masa & Kultum Paling Inspiratif oleh Ibnu Abhi Nashir, berikut kultum yang dapat digunakan saat bulan Rajab:
السَّلامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي جَعَلَ شَهْرَ رَجَبَ أَحَدٌ مِنْ شَهْرِ الْمُحَرَّمَ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ ذِي الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ الْهَادِي إِلَى بُلُوغِ الْمَرَامِ. صَلَاةً وَسَلَامًا عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ الْكِرَامِ. أَمَّا بَعْدُ، قَالَ تَعَالَى : إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلَا تَظْلِمُوْا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِينَ كَانَ فَةٌ كَمَا يُقَاتِلُوكُمْ كَانَ فَةٌ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ مَعَ الْمُتَّقِينَ.
Kaum muslimin rahimakumullah,
Allah SWT telah menentukan dalam satu tahun kelender terdapat dua belas bulan, dan di Antara dua belas bulan tersebut ada empat bulan yang dimuliakan, yaitu Dzulqa'dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab. Pada bulan-bulan tersebut Allah SWT mengingatkan umat muslim untuk tidak berbuat zhalim terhadap diri sendiri, misalnya berbuat maksiat di dalamnya, tetapi yang harus dilakukan adalah memuliakannya, terutama pada bulan Rajab.
Menurut Imam Al-Ghazali dalam ihya ulumuddin istilah rajab diambil dari masdar tarjiib yang artinya adalah memuliakan. la disebut juga dengan al-ashab (yang tercurah) karena rahmat Allah SWT tercurahkan pada orang-orang yang mau bertaubat di dalamnya. Rajab disebut juga dengan bulan Al-Asham (yang tuli) dikarenakan pada bulan ini tidak terdengar suara peperangan (tentunya pada zaman Rasulullah SAW).
Nah, perihal Allah yang melimpahkan rahmat kebaikan tersebut sesuai dengan sabda Rasulullah SAW yang menyebutkan bahwa Allah SWT akan melimpahkan kebaikan dalam empat malam yang benar-benar melimpah, yaitu 1) malam hari raya 'Idul Fitri, 2) malam hari raya 'Idul Adha, 3) malam nisfu Sva'ban, dan 4) malam pertama bulan Rajab.
Lebih lanjut dalam kitab Majalis Al-Anwar diterangkan bahwa istilah rajab yang ditulis dalam Bahasa Arab terdiri dari huruf ra, jim, dan ba', yang masing-masing memiliki makna. Berikut detailnya.
Huruf ra' berarti rahmatullah (rahmat Allah) yaitu karunia Allah.
Huruf jim berarti jurmul 'abdi yang berarti dosa seorang hamba.
Huruf ba' berarti birrullah ta'ala yang berarti kebajikan Allah Ta'ala.
Dari sini dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan rahmat dan karunia Allah SWT orang yang berdosa akan mendapatkan ampunan sebagai rahmat Allah dengan syarat ia mau memohon ampunan atas dasar kebaikan Allah SWT.
Kaum muslimin rahimakumullah,
Lalu pada tanggal atau hari apa pada bulan Rajab kita disunnahkan berpuasa? Jika melihat dan mengacu pada dua hadits yang telah disebutkan di atas maka tidak ada batasan atau penentuan harus pada hari apa atau tanggal berapa. Hanya saja dalam kitab Jami'ush Shagir karya Abu Muhammad Al-Khali diterangkan berdasarkan riwayat Ibnu Abbas RA bahwa berpuasa pada hari pertama (tanggal 1) pada bulan Rajab akan menghapus dosa selama tiga tahun; puasa pada kedua menghapus dosa selama dua tahun; dan puasa pada hari ketiga menghapus dosa selama satu tahun, dan puasa selanjutnya setiap harinya menghapus dosa selama satu tahun.
Selanjutnya pada bulan Rajab ini berdasarkan kesejarahannya terlebih sejarah Islam terdapat peristiwa-peristiwa penting berkaitan dengan sejarah hidup Rasulullah dan dakwah beliau. Pada bulan Rajab ini terjadilah peristiwa Isra' dan Mi'raj Nabi Muhammad SAW. Lebih tepatnya terjadi pada malam Senin tanggal 27 Rajab 10 Hijriyah. Pada peristiwa tersebut kita ketahui bersama di sanalah Rasulullah SAW menerima perintah langsung dari Allah SWT yaitu ibadah shalat wajib lima waktu dalam sehari semalam.
Peristiwa Isra' dan Mi'raj tersebut tidak terlepas dari peristiwa lain yang dalam sejarah dicatat sebagai 'amul khuzni atau tahun kesedihan. Sebelum Rasulullah SAW di-israj-kan beliau telah mengalami puncak kesedihan karena beberapa orang terkasih di samping beliau telah dipanggil oleh Allah SWT.
Lebih jelasnya pada 'amul khuzni tersebut terjadilah beberapa peristiwa berikut.
Pertama, keluarga besar Nabi Muhammad SAW yaitu Bani Hasyim dan Bani Muthalib termasuk mereka-mereka yang telah masuk Islam diboikot oleh kaum musyrik Quraisy dan dikucilkan di suatu lembah
Abu Thalib pada awal bulan Muharram tahun ketujuh kenabian hingga tiga tahun lamanya. Masyarakat Mekah dilarang untuk menikah, jual beli, berteman, berkumpul, memasuki rumah, berbicara dengan mereka, kecuali mereka menyerahkan Rasulullah SAW untuk dibunuh. Kedua, paman Rasulullah, Abu Thalib yang selama beliau berdakwah menjadi pelindung dan benteng pertahanan yang selalu membela perjuangan Rasulullah, wafat pada bulan Rajab, yaitu 6 bulan setelah keluar dari pemboikotan, pada usia 87 tahun.
Ketiga, Siti Khadijah, istri Rasulullah yang senantiasa membela, mendampingi, dan membangkitkan semangat juang, menyayngi sepenuh jiwa raga, dan mencukupi kebutuhan Rasulullah telah meninggal dunia pada usia 65 tahun. Tepatnya pada bulan Ramadhan, atau tiga bulan setelah paman beliau, Abu Thalib wafat.
Keempat, dengan wafatnya kedua orang yang dikasihi Rasulullah tersebut, praktis kaum Musyrikin Quraisy semakin gencar dalam usahanya menggagalkan dakwah Rasulullah.
Kelima, misalnya ketika dakwah di Thaif justru Rasulullah diusir oleh mereka dengan dilempari batu dan kotoran hingga keluar dari Thaif sejauh 3 Mil. Ketika itu Zaid bin Haritsah yang turut mendampingi Rasulullah juga tidak luput dari sasaran pelemparan, bahkan cideranya lebih banyak sebab ia melindungi Rasulullah SAW.
Kaum muslimin rahimakumullah,
Nah, setelah rentetan peristiwa-peristiwa yang tidak mengenakkan bagi Rasulullah tersebut, Allah SWT memanggil beliau dengan memperjalankan beliau dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha, lalu naik ke Sidratil Muntaha lalu ke Mustawa untuk menerima perintah shalat, lalu kembali ke tempat semual dalam waktu hanya semalam. Inilah yang kemudian disebut dengan Isra' dan Mi'raj Rasulullah SAW
Demikianlah antara lain sejarah yang terjadi pada bulan Rajab. Semoga kita memanfaatkan dan mendapatkan fadhilah dan keutamaan pada bulan Rajab ini sesuai petunjuk Allah dan Rasul-Nya. Amin.
وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ
3. Kultum Isra Mi'raj dan Salat
Dikutip dari buku Taushuah Populer Tradisi Televisi Seputar Ibadah Amaliyah dan Akhlak oleh Yulianto Al Paresi, berikut kultum singkat tentang bulan Rajab:
Isra Mi'raj dan Salat
"Maha suci (Allah) yang telah memperjalankan hamba-Nya (Nabi Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidilaqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat." (QS Al Isra: 1)
Setiap memasuki bulan Rajab, umat Islam antusias memperingati perjalanan monumental Rasulullah dari Mekkah ke Masjid Al-Aqsa di Palestina (Isra) dan naiknya beliau ke langit (Mi'raj) dalam rangka menerima risalah shalat lima waktu yang dilaksanakan umat Islam saat ini.
Pada masa sekarang, fenomena keagamaan memang semarak yang ditandai dengan antusiasnya masyarakat dalam mengikuti acara-acara yang berkaitan dengan agama, mulai dari tahajud bersama, zikir bersama, dan lainnya. Hanya saja, pada saat fenomena keagamaan itu meningkat, ada fenomena lain yang tidak kalah semaraknya, seperti semaraknya perjudian dan bentuk-bentuk kemaksiatan lainnya. Semestinya, ketika fenomena keagamaan tersebut menggeliat menurunkan fenomena kemaksiatan tersebut.
Memperhatikan hal itu, apakah karena pengaruh sekularisme atau karena kedangkalan pemahaman agama, saat ini sepertinya sudah berkembang opini bahwa agama hanya berkaitan dengan ibadah (salat, haji, zakat, puasa, dan lainnya) sedangkan di luar itu merupakan persoalan duniawi yang tidak ada kaitannya dengan agama. Opini tersebut jika tidak mendapatkan perhatian serius akan semakin memarjinalkan peran agama dalam lingkup rumah ibadah saja. Padahal, selaku umat Islam semestinya menghayati, firman Allah, "Sesungguhnya shalat (bisa) mencegah dari perbuatan keji dan mungkar." (QS Al-Ankabut: 45)
Untuk memberikan pemahaman mengenai bagaimana salat semestinya dilakukan oleh setiap muslim, perlu dimengerti tentang ada' atau ta'diyah dan iqamah yang berarti menunaikan dan mendirikan.
Oleh sebab itu, berkaitan dengan pemenuhan kewajiban salat-di samping nash mereferensi penggunaan kata iqamah, ulama juga menggunakan kosa kata serupa dalam penjelasan mereka agar umat dalam melakukan salat itu tidak semata-mata memenuhi kewajiban, tapi sebagai kebutuhan untuk pencerahan jiwa.
Bukankah Allah telah berfirman, "Hanya dengan berzikir hati menjadi tenang?" Dan, salat sebagai bentuk zikir tertinggi semestinya berdampak kepada hal itu. Dalam rangka menuju kepada maksud tersebut. Hal ini sebagaimana dalam sebuah hadits nabi yang maksudnya bahwa salat bisa mendatangkan ketenangan jiwa dan membuka mata hati pelakunya. Karena itu maknailah salatmu!
Oleh sebab itu, kesemarakan peringatan Isra Mi'raj pada bulan Rajab ini, semestinya dijadikan evaluasi bagi setiap muslim dalam melaksanakan perintah salat. Apakah salat yang dilakukan berdampak kepada ketenangan jiwa dan mencegah dari perbuatan keji dan mungkar. Jika hal itu tidak dilakukan, kesemarakan peringatan Isra' Mi'raj hanya akan melahirkan budaya konsumtif saja, Sedangkan shalat sebagai media pencerahan jiwa diabaikan.
4. Kultum Keutamaan Bulan Rajab
Dikutip dari buku Mimbar Dakwah Majmuat Zainul Atqiya' terbitan Lembaga Ittihadul Muballighin Ponpes Lirboyo Kediri, berikut kultum singkat bulan Rajab:
Keutamaan Bulan Rajab
Hadirin jemaah,
Marilah kita semua senantiasa meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah SWT dengan selalu mentaati aturan-aturan yang telah disyariatkan oleh Allah SWT melalui perantara para Nabi-Nya. Perlu kita ingat bahwa kita sekarang telah memasuki bulan Rajab yaitu salah satu bulan yang dimuliakan oleh Allah SWT.
Hadirin jemaah,
Ketahuilah, bahwa lafadz Rajab itu terdiri dari tiga huruf yaitu, huruf ro', jim, dan ba'. Sebagian ulama menafsiri bahwa huruf ro' menunjukkan رَحْمَةُ اللهِ (rohmatullah) yang artinya kasih sayang Allah SWT. Huruf jim menunjukkan جُرْمُ الْعَبْدِ (jurmul 'abdi) yaitu dosa seorang hamba.
Sedang huruf ba' menunjukkan بِاللهِ (birrullah) yaitu kebaikan Allah SWT. Dan ketiganya dapat dirangkaikan dalam kalimat:
يَا عَبْدِي جَعَلْتُ جُرْمَكَ وَجِنَايَتَكَ بَيْنَ بِرِّي وَرَحْمَتِي.
Artinya: "Wahai hamba-Ku, Aku jadikan dosamu dan kejahatanmu diantara kebaikan-Ku dan rahmat-Ku."
Dengan kata lain Allah SWT membukakan pintu rahmat dan ampunan-Nya dikarenakan kemuliaan bulan ini. Oleh karena itu marilah kita memanfaatkan kesempatan berharga di dalam bulan yang penuh berkah ini dengan memohon ampunan kepada Allah SWT, serta memperbanyak ibadah dan beramal saleh seperti memperbanyak zikir.
Allah SWT berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا اللهَ ذِكْرًا كَثِيرًا. وَسَبِّحُوهُ بُكْرَةً وَأَصِيلًا. (الأحزاب : ٤١ - ٤٢)
Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah SWT dengan zikir sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada Allah SWT di pagi dan sore hari." (QS Al-Ahzab: 41-42)
Hadirin jemaah,
Allah SWT berfirman:
وَاسْتَغْفِرُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ (البقرة: (۱۹۹)
Artinya: "Dan mohon ampunlah kepada Allah SWT, sesungguhnya Allah SWTadalah Dzat yang maha pengampun lagi maha penyayang". (QS Al-Baqarah: 199)
Para ulama juga mengatakan bahwa bulan Rajab adalah bulan istighfar, sedangkan bulan Syaban adalah bulannya bersholawat kepada baginda Nabi Muhammad SAW dan bulan Ramadan adalah bulan Al-Qur'an.
Salah satu ulama mengatakan: "Barangsiapa yang beristighfar di bulan Rajab seraya membaca:
رَبِّ اغْفِرْ لِي وَارْحَمْنِي وَتُبْ عَلَيَّ
Artinya: "Dibaca sebanyak 70 kali maka dia tidak akan tersentuh api neraka".
Oleh karena itu selayaknya bagi kita manusia yang berlumuran dosa ini memperbanyak istighfar dan juga bertobat karena sesungguhnya istighfar dan bertobat adalah sebagian dari jalan terbaik untuk kita mendekatkan diri kepada Allah SWT yang Maha Kuasa dan juga sebagai lantaran agar kita mendapatkan kebaikan di dunia dan akhirat.
Kemudian ketika hawa nafsu kita mengajak kembali melakukan dosa maka hendaknya untuk kembali melakukan tobat. Semoga Allah SWT selalu memberikan pertolongan kepada kita agar kita termasuk dari golongan orang-orang yang bertobat.
Hadirin jemaah,
Amalan selanjutnya yang sangat dianjurkan di bulan Rajab ini adalah berdoa, khususnya di hari pertama bulan Rajab. Seperti yang dijelaskan di dalam hadits nabi:
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ كَانَ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ رَجَبُّ قَالَ: اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي رَجَبٍ وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ.
Artinya: "Diriwayatkan Dari Sahabat Anas bin Malik RA, Rasulullah SAW ketika memasuki bulan Rajab Beliau berdoa: "Ya Allah, berikanlah keberkahan kepada kami pada bulan Rajab, Syaban dan sampaikanlah kami kepada bulan Ramadan." (HR Ahmad)
Dalam hadits lain Rasulullah SAW juga bersabda:
خَمْسُ لَيَالٍ لَا تُرَدُّ فِيهِنَّ الدَّعْوَةُ أَوَّلُ لَيْلَةٍ مِنْ رَجَبَ وَلَيْلَةُ النِّصْفِ وَلَيْلَةٌ مِنْ شَعْبَانَ وَلَيْلَةُ الْجُمْعَةِ وَلَيْلَةُ الْفِطْرِ وَلَيْلَةُ النَّحْرِ
Artinya: "Ada lima malam ketika kalian berdoa maka doanya tidak akan ditolak yaitu malam pertama bulan Rajab, malam Nisfu Syaban, malam Jumat, malam Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha." (HR Imam Suyuthi)
Dan di bulan Rajab ini kita sebagai umat Islam juga disunahkan untuk berpuasa.
Hadirin jemaah,
Untuk itu sunguh merugi orang yang tidak memanfaatkan keutamaan dengan memperbanyak ibadah di dalamnya. Semoga kita semua khususnya dan semua umat Islam umumnya tergolong sebagai orang-orang yang diampuni dosanya oleh Allah SWT. Aamiin.
Melalui kultum tentang bulan Rajab ini, semoga kita mampu memanfaatkan bulan mulia ini dengan memperbanyak amal kebaikan, memperbaiki diri, dan meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT. Semoga Allah memberi kita kekuatan untuk istiqamah dalam kebaikan. Aamiin.
(inf/inf)












































Komentar Terbanyak
Sosok Pria Muslim Hentikan Penembakan Massal Yahudi di Pantai Bondi
Ditjen PHU Pamit dari Kemenag setelah 75 Tahun Tangani Haji Indonesia
Bolehkah Rujuk Tanpa Menikah Ulang Setelah Talak 1?