Dalil Bulan Rajab dalam Al-Quran & Hadits Serta Anjuran Berpuasa

Dalil Bulan Rajab dalam Al-Quran & Hadits Serta Anjuran Berpuasa

Tia Kamilla - detikHikmah
Rabu, 17 Des 2025 12:30 WIB
Dalil Bulan Rajab dalam Al-Quran & Hadits Serta Anjuran Berpuasa
Ilustrasi dalil bulan Rajab. Foto: Unsplash/Bimbingan Islam
Jakarta -

Bulan Rajab merupakan salah satu bulan haram yang dimuliakan Allah SWT. Keistimewaan bulan ini tercantum dalam beberapa ayat Al-Qur'an dan hadits yang menjelaskan keutamaan serta amalan yang dianjurkan di dalamnya.

Dalam kalender Hijriah, Rajab terdapat di bulan ketujuh, yaitu terletak antara Jumadil Akhir dan Syakban, atau dua bulan sebelum bulan suci Ramadan. Bulan Rajab disebut juga Al-Asham atau "yang tuli" karena pasukan perang tidak bersenjata. Jadi, bulan Rajab juga dikenal sebagai bulan yang tenang dan damai.

Dengan memahami dalil-dalil tentang bulan Rajab, kita bisa mengetahui anjuran puasa serta amalan-amalan yang disunnahkan. Berikut adalah dalil tentang bulan Rajab dalam Al-Quran dan Hadits.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalil Bulan Rajab dalam Al-Qur'an dan Hadits

Bulan Rajab termasuk bulan istimewa yang disebut dalam Al-Qur'an, tepatnya di surah At-Taubah ayat 36,

اِنَّ عِدَّةَ الشُّهُوْرِ عِنْدَ اللّٰهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِيْ كِتٰبِ اللّٰهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ مِنْهَآ اَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ۗذٰلِكَ الدِّيْنُ الْقَيِّمُ ەۙ فَلَا تَظْلِمُوْا فِيْهِنَّ اَنْفُسَكُمْ وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِيْنَ كَاۤفَّةً كَمَا يُقَاتِلُوْنَكُمْ كَاۤفَّةً ۗوَاعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ مَعَ الْمُتَّقِيْنَ

ADVERTISEMENT

Inna 'iddatasy-syuhūri 'indallāhiṡnā 'asyara syahran fī kitābillāhi yauma khalaqas-samāwāti wal-arḍa minhā arba'atun ḥurum(un), żālikad-dīnul-qayyim(u), falā taẓlimū fīhinna anfusakum wa qātilul-musyrikīna kāffatan kamā yuqātilūnakum kāffah(tan), wa'lamū annallāha ma'al-muttaqīn(a).

Artinya: "Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah ialah dua belas bulan, (sebagaimana) ketetapan Allah (di Lauhul Mahfuz) pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menzalimi dirimu padanya (empat bulan itu), dan perangilah orang-orang musyrik semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya. Ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bertakwa."

Dalam ayat ini dijelaskan bahwa dari dua belas bulan dalam setahun, ada empat bulan yang mulia atau disebut bulan haram. Allah SWT berfirman agar kita tidak menzalimi diri sendiri di bulan-bulan itu dan selalu bertakwa kepada-Nya.

Selain itu, terdapat juga hadits riwayat Imam Bukhari dan Muslim yang menyebutkan bahwa Rajab termasuk bulan haram. Rasulullah SAW bersabda,

"Sesungguhnya, zaman berotasi sesuai dengan porosnya saat Allah menciptakan langit dan bumi. Dalam satu tahun ada dua belas bulan. Empat darinya adalah bulan haram (dinamakan sebagai bulan haram karena perang diharamkan di dalamnya). Ketiga bulan itu dating secara berurutan, yaitu Zulkaidah, Zulhijah, Muharam, dan Rajab, yang merupakan bulan yang berada di antara Jumadil Akhir dan Sya'ban." (HR Bukhari dan Muslim)

Mengutip buku Latha'iful Ma'arif: Amalan-amalan Dalam Setahun karya Ibnu Rajab Al-Hanbali, Allah SWT menetapkan bahwa dari dua belas bulan dalam setahun ada empat bulan yang mulia atau disebut bulan haram. Seperti dijelaskan dalam hadits Nabi Muhammad SAW, tiga bulan haram berurutan yaitu Zulkaidah, Zulhijah , dan Muharram, sedangkan satu bulan lainnya terpisah, yaitu Rajab. Bulan Rajab termasuk bulan yang sangat istimewa untuk melakukan amalan baik dan ibadah.

Dalil tentang Anjuran Berpuasa di Bulan Rajab

Mengutip buku Menggapai Berkah di Bulan-bulan Hijriah karya Siti Zamratus Sa'adah, bulan Rajab merupakan bulan yang mulia. Ibadah di bulan ini sangat dianjurkan karena pahalanya tinggi, terutama puasa, beristighfar, bertaubat, dan memohon ampun atas dosa dan kesalahan. Pada malam pertama bulan Rajab, doa-doa sangat dianjurkan karena mudah dikabulkan.

Sebagaimana dijelaskan dalam hadits yang diriwayatkan Imam Al-Baihaqi, dari Abi Umamah, Rasulullah SAW bersabda:

"Ada lima malam, doa-doa di situ tidak tertolak: malam pertama di bulan Rajab, malam nisfu sya'ban, malam Jumat, malam Idul Fitri, dan malam Idul Adha." (HR. Imam Al-Baihaqi).

Dalam atsar yang diriwayatkan Imam Abu Dawud dari Mujibah Al-Bahiliyah, Nabi SAW bersabda, "Berpuasalah beberapa hari dari bulan-bulan haram dan tinggalkanlah yang lain." Beliau mengulanginya tiga kali. Ibnu Majah juga meriwayatkan, Rasulullah SAW bersabda, "Berpuasalah pada bulan-bulan haram."

Beberapa ulama salaf, seperti Ibnu Umar, Al-Hasan Al-Bashri, dan Abu Ishaq As-Sabi'i, rutin berpuasa di semua bulan haram. Sufyan Ats-Tsauri juga mengatakan bahwa ia lebih senang berpuasa pada bulan-bulan haram. Dengan demikian, Rajab merupakan waktu yang tepat untuk memperbanyak amal baik dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Peristiwa Penting Isra Miraj di Bulan Rajab

Berdasarkan sumber sebelumnya, Isra Miraj merupakan peristiwa bersejarah yang dikenal oleh seluruh umat Islam. Para ulama menjelaskan bahwa Isra Miraj terjadi pada bulan Rajab, tepatnya tanggal 27. Di bulan ini, Allah SWT mewajibkan salat lima waktu bagi umat-Nya dan memperlihatkan tanda-tanda kebesaran serta kekuasaan-Nya atas seluruh alam.

Dalam waktu yang sangat singkat, Allah SWT memindahkan hamba-Nya yang tercinta, Rasulullah SAW, dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha, kemudian mengangkat beliau ke Sidratul Muntaha. Peristiwa ini dijelaskan dalam surah Al-Isra ayat 1,

سُبْحٰنَ الَّذِيْٓ اَسْرٰى بِعَبْدِهٖ لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ اِلَى الْمَسْجِدِ الْاَقْصَا الَّذِيْ بٰرَكْنَا حَوْلَهٗ لِنُرِيَهٗ مِنْ اٰيٰتِنَاۗ اِنَّهٗ هُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ

Subḥānal-lażī asrā bi'abdihī lailam minal-masjidil ḥarāmi ilal-masjidil-aqṣal-lażī bāraknā ḥaulahū linuriyahū min āyātinā, innahū huwas-samī'ul-baṣīr(u).

Artinya: "Maha Suci (Allah) yang telah memperjalankan hamba-Nya (Nabi Muhammad) pada malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat."




(inf/inf)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads