Khutbah Jumat Malam Nisfu Syaban yang Penuh Keutamaan

Khutbah Jumat Malam Nisfu Syaban yang Penuh Keutamaan

Kristina - detikHikmah
Kamis, 22 Feb 2024 17:00 WIB
Muslims are performing the Holy Friday prayer. Worshipers are worshiping inside the mosque. Sylhet, Bangladesh, 24 March 2023.
Ilustrasi khatib menyampaikan khutbah Jumat malam Nisfu Syaban. Foto: Getty Images/H M Shahidul Islam
Jakarta -

Malam Nisfu Syaban 2024 jatuh pada Sabtu malam pekan ini. Menyambut momen tersebut, khatib Jumat bisa menyampaikan khutbah tentang malam Nisfu Syaban.

Lembaga Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LF PBNU) mengikhbarkan awal Syaban 1445 H/2024 M jatuh pada Minggu, 11 Februari 2024. Oleh karena itu, Nisfu Syaban jatuh pada Minggu, 25 Februari 2024 atau mulai Sabtu, 24 Februari 2024 malam Minggu.

"Awal bulan Sya'ban 1445 H bertepatan dengan Ahad Pon 11 Februari 2024 M (mulai malam Ahad) atas dasar rukyah," bunyi Pengumuman Nomor : 015/LF-PBNU/II/2024 yang dikeluarkan LF PBNU, Sabtu (10/2/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hal tersebut senada dengan kalender Hijriah Indonesia 2024 susunan Bimas Islam Kementerian Agama RI.

Malam Nisfu Syaban termasuk malam yang penuh keutamaan sebagaimana disebutkan dalam sejumlah hadits. Hujjatul Islam Imam al-Ghazali dalam kitabnya Ihya 'Ulumuddin yang diterjemahkan Purwanto menyebut malam Nisfu Syaban sebagai malam-malam khusus.

ADVERTISEMENT

Menyambut datangnya salah satu waktu yang dinantikan umat Islam tersebut, khatib bisa menyampaikan khutbah Jumat tentang keutamaan Nisfu Syaban. Mengutip kumpulan naskah khutbah Jumat bulan Syaban yang dipublikasikan dalam laman NU Kota Kediri, berikut contoh khutbah Jumat Nisfu Syaban.

Khutbah Jumat Nisfu Syaban

السَّلامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

الْحَمْدُ للهِ الَّذِي جَعَلَ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ خِلْقَةً لِمَنْ أَرَادَ أَنْ يَذْكُرَ أَوْ أَرَادَ شُكُورًا أَشْهَدُ أَنْ لا إِلَهَ إِلَّا الله فَضَّلَ بَعْضَ الْأَزْمِنَةِ عَلَى بَعْضٍ أَيَّامًا وَشُهُورًا وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ أَرْسَلَهُ الله بَشِيرًا وَنَذِيرًا وَشَاهِدًا وَسِرَاجًا وَقَمَرًا مُنِيرًا صَلَّى الله وَسَلَّمَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ.

أَمَّا بَعْدُ. فَيَا عِبَادَ اللهِ : أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ اِتَّقُوا الله .. . قال الله تعالى بسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ. حم. وَالْكِتَابِ الْمُبِينِ إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ فِيهَا يُفْرَقُ كُلُّ أَمْرٍ حَكِيمٍ أَمْراً مِنْ عِنْدِنَا إِنَّا كُنَّا مُرْسِلِينَ. رَحْمَةً مِنْ رَبِّكَ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ.

Hadirin Jemaah Jum'at yang dirahmati Allah...

Pada kesempatan khutbah Jumat ini, setelah memuji kepada Allah SWT bershalawat kepada Baginda Nabi Agung Muhammad SAW, keluarga, serta sahabatnya, saya mengajak kepada diri saya sendiri dan saudara-saudara sekalian, marilah kita tingkatkan ketakwaan kita kepada Allah SWT. Yakni dengan menjalankan semua perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya, dalam kondisi apapun, saat sehat, sakit, kaya, miskin, bahagia, ataupun derita. Karena hanyalah orang orang yang bertakwa yang memiliki kemuliaan di sisi-Nya. Kekayaan itu tidak akan abadi, kemiskinan pun tidak akan selamanya. Bahagia dan derita, pun juga demikian adanya, datang silih berganti. Hanyalah amal shalih dan ketakwaan seorang hamba, yang dapat mengantarkannya meraih kebahagiaan yang abadi selamanya, hidup bahagia di surga kelak.

Hadirin Jemaah Jumat yang dirahmati Allah...

Saat ini, sangat baik kiranya bila kita meluangkan waktu sejenak untuk sekadar merenungkan apa yang telah kita perbuat selama ini. Bisa jadi selama ini kita terlalu sering melalaikan perintah dan larangan Allah SWT. Kita terlalu terlena dengan persoalan duniawi dan melalaikan urusan ukhrawi. Padahal kebahagiaan di dunia hanya bersifat sementara. Kebahagiaan akhiratlah yang abadi. Baik kebahagiaan dunia maupun akhirat hanya dapat diraih dengan iman dan takwa.

Kita telah berada di bulan Syaban, salah satu bulan mulia dari beberapa bulan Hijriah yang ada. Bulan Syaban adalah bulan yang istimewa, karena di dalamnya terdapat beberapa keutamaan keutamaan. Disebutkan dalam satu hadist yang diriwayatkan dari Sayyidah Aisyah RA, beliau berkata: "Nabi tidak pernah berpuasa lebih melebihi puasa beliau ketika bulan Syaban."

Keutamaan yang lain adalah, bulan Syaban merupakan bulan di mana amal perbuatan kita dilaporkan kepada Allah SWT. Maka sungguh beruntung bagi orang yang ketika itu dalam kondisi berpuasa.

Hadirin Jemaah Jumat yang dirahmati Allah...

Nabi Muhammad Saw pernah ditanya oleh para sahabat, mengapa beliau lebih sering terlihat berpuasa ketika bulan Syaban? Beliau menjawab: "Bulan tersebut adalah bulan yang sering dilupakan oleh kebanyakan manusia, karena bulan tersebut terletak di antara bulan Rajab dan bulan Ramadhan. Sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits:

رَوَى النَّسَائِي عَنْ أَسَامَةَ بْنِ زَيْدٍ - رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا - قُلْتُ : يَا رَسُولَ اللَّهِ لَمْ أَرَكَ تَصُومُ شَهْرًا مِنَ الشُّهُورِ مَا تَصُومُ مِنْ شَعْبَانَ قَالَ : ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبَ ، وَرَمَضَانَ ، وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي ، وَأَنَا صَائِمٌ

Bulan tersebut merupakan bulan di mana kebanyakan manusia lupa, bulan di mana amal kita dilaporkan kepada Allah SWT, maka aku (kata Nabi) lebih suka jika amalku dilaporkan pada kondisi di mana aku berpuasa.

Hadirin Jemaah Jumat yang dirahmati Allah...

Dalam sejarahnya, di dalam bulan Syaban terjadi pula perpindahan kiblat umat Islam. Sebelumnya ketika ibadah, umat Islam menghadap Masjid al-Aqsha dipindah menghadap Ka'bah yang berada di Masjid al-Haram. Perpindahan kiblat tersebut merupakan wujud dari persatuan umat Islam.

أَخْرَجَ الْبُخَارِى عَنِ الْبَرَّابِ قَالَ : لَمَّا قَدِمَ رَسُولُ اللَّهِ - صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- الْمَدِينَةَ فَصَلَّى نَحْوَ بَيْتِ الْمَقْدِسِ سِتَّةَ عَشَرَ شَهْرًا أَوْ سَبْعَةَ عَشَرَ شَهْرًا ، وَكَانَ النَّبِيُّ - صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - يُحِبُّ أَنْ يُوَجَّهَ نَحْوَ الْكَعْبَةِ

Diriwayatkan dari al-Barrob ketika Rasulullah SAW datang di Madinah, beliau shalat menghadap Baitul Maqdis selama 16 bulan atau 17 bulan. Dan Nabi pun menyukai saat shalat menghadap ke kiblat. Dalam Al-Qur'an pun juga disebutkan:

قَدْ نَرٰى تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِى السَّمَاۤءِۚ فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضٰىهَا ۖ فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ ۗ وَحَيْثُ مَا كُنْتُمْ فَوَلُّوْا وُجُوْهَكُمْ شَطْرَهٗ ۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ لَيَعْلَمُوْنَ اَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَّبِّهِمْ ۗ وَمَا اللّٰهُ بِغَافِلٍ عَمَّا يَعْمَلُوْنَ ١٤٤

Sungguh, Kami melihat wajahmu (Nabi Muhammad) sering menengadah ke langit. Maka, pasti akan Kami palingkan engkau ke kiblat yang engkau sukai. Lalu, hadapkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram. Di mana pun kamu sekalian berada, hadapkanlah wajahmu ke arah itu. Sesungguhnya orang-orang yang diberi kitab benar-benar mengetahui bahwa (pemindahan kiblat ke Masjidil Haram) itu adalah kebenaran dari Tuhan mereka. Allah tidak lengah terhadap apa yang mereka kerjakan. (QS Al Baqarah: 144)

Hadirin Jemaah Jumat yang dirahmati Allah...

Maka dari itu, marilah kita perbanyak amaliah kita, khususnya di bulan Syaban ini dengan meniru Nabi kita, Nabi Muhammad SAW yang memperbanyak amaliah tersebut dengan berpuasa.

Tidak berhenti di situ, di dalam bulan Syaban terdapat malam yang istimewa, yakni malam separuh dari bulan Syaban. Dalam malam tersebut, Allah SWT menurunkan rahmat, berkah serta ampunan, sebagaimana telah disebutkan dalam firman-Nya :

حٰمۤ ۚ ١ وَالْكِتٰبِ الْمُبِيْنِۙ ٢ اِنَّآ اَنْزَلْنٰهُ فِيْ لَيْلَةٍ مُّبٰرَكَةٍ اِنَّا كُنَّا مُنْذِرِيْنَ ٣ فِيْهَا يُفْرَقُ كُلُّ اَمْرٍ حَكِيْمٍۙ ٤ اَمْرًا مِّنْ عِنْدِنَاۗ اِنَّا كُنَّا مُرْسِلِيْنَۖ ٥ رَحْمَةً مِّنْ رَّبِّكَ ۗاِنَّهٗ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُۗ ٦

Ḥā Mīm. Demi Kitab (Al-Qur'an) yang jelas. Sesungguhnya Kami (mulai) menurunkannya pada malam yang diberkahi (Lailatulqadar). Sesungguhnya Kamilah pemberi peringatan. Pada (malam itu) dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah. (Hal itu merupakan) urusan (yang besar) dari sisi Kami. Sesungguhnya Kamilah yang mengutus (para rasul) sebagai rahmat dari Tuhanmu. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui, (QS Ad-Dukhan: 1-6)

Para ulama tafsir memahami maksud malam di atas adalah malam Nisfu Syaban, malam ini juga biasa disebut sebagai malam-malam براءة, yang berarti "terbebasnya tanggungan". Karena dalam malam ini, Allah SWT membebaskan bagi orang yang celaka, serta membebaskan kekasihnya dari kebosanan. Maka dari itu, mari kita hidupkan malam tersebut dengan ibadah, tahajud, zikir, membaca Al-Quran, serta mengisi waktu siang dengan berpuasa, mengisi dengan berbuat baik, sedekah, dan sebagainya. Nabi Muhammad SAW, ketika ditanya oleh Sayyidah Aisyah RA mengenai malam Nisfu Syaban, beliau menjawab: "Sesungguhnya Allah SWT mengamati para hambanya di malam separuh bulan Syaban. Dan Allah SWT akan mengampuni dosa-dosa hambanya yang ketika itu memohon ampun kepadanya, dan meninggalkan orang-orang yang mempunyai niat buruk". Maka, sudah sepatutnya kita sebagai umat Nabi Muhammad SAW untuk meniru dan mencontoh beliau.

وَاللَّهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى يَقُولُ ، وَبِقَولِهِ يَهْتَدِي المُهْتَدُونَ : أَعُوْذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّحِيمِ. بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ. وَإِذَا قُرِئَ الْقُرْآنُ فَاسْتَمِعُوا لَهُ وَأَنْصِتُوا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ.

بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيمِ وَتَقَبَّلَ مِنّى وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ الله لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ فَاسْتَغْفِرُوهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ




(kri/lus)

Hide Ads