Mengatur

Kolom Hikmah

Mengatur

Aunur Rofiq - detikHikmah
Jumat, 28 Jul 2023 08:00 WIB
Aunur Rofiq
Foto: Edi Wahyono/detikcom
Jakarta -

Kita buka dengan firman-Nya dalam surah al-Qashash ayat 68 yang berbunyi, "Tuhanmu menciptakan dan memilih apa yang Dia kehendaki. Bagi mereka (manusia) tidak ada pilihan. Maha Suci Allah dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan."

Tuhanmu menciptakan sesuatu yang dikehendaki untuk diciptakan dan menentukan sesuatu yang dikehendaki untuk ditentukan (dalam hal ini adalah penegasan bahwa kebebasan menciptakan dan menentukan itu milik Allah SWT). Penentuan itu tidak dengan menyeleksi sebagian sesuatu dan menyisakan sisanya kepada seorang ciptaan, melainkan dikembalikan kepada Allah SWT. Maha Suci Allah dari pertentangan seseorang tentang ketentuan-Nya dan Maha Agung serta Maha Suci dari perbuatan syirik mereka. Kewenangan pengaturan terhadap kehidupan manusia oleh-Nya.

Tidak ada kewenangan sedikit pun ada pada manusia. Penegasan atas ketidakadaan wewenang ada pada surah an-Najm ayat 24-25 yang berbunyi, "Atau apakah manusia akan mendapat segala yang dicita-citakannya? (tidak!) Maka milik Allah-lah kehidupan akhirat dan kehidupan dunia. "

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Manusia yang diciptakan "istimewa" dari makhluk lain, menjadikan seseorang bisa meraih kehormatan dalam pangkat dan jabatan, harta maupun kepandaian. Tatkala seseorang mencapai tingkatan yang dianggap paripurna (dunia) seperti kaya raya, pimpinan suatu negara, bergelar akademik tertinggi, jika tidak berhati-hati dalam menjalankan kehidupan bisa menjadikan tergelincir. Kewenangan pimpinan suatu negara tentu sangat luas, dan kadangkala bisa berkawan dengan setan, maka jadilah pemimpin yang zalim. Sama halnya akan terjadi pada pengusaha yang kaya raya dan orang berpendidikan dalam tingkatan dan bentuk yang berbeda, maka bersikap tawaduk-lah akan menyelamatkan diri.

Ketahuilah bahwa Allah SWT menghendaki untuk menjadikan seorang hamba kuat menghadapi ketentuan-Nya, maka ia akan dihiasi oleh pancaran cahaya dari sifat-Nya. Saat takdir turun padanya dan cahaya Tuhan sampai padanya, maka ia akan menggantungkan diri pada-Nya bukan bersandar pada diri sendiri, sehingga ia kuat menanggung beban dan bersabar setiap ada kesulitan. Ia sadar bahwa kesulitan pun datangnya dari-Nya, sehingga ia rida atas apapun yang datangnya dari-Nya.

ADVERTISEMENT

Di sini seseorang tersebut tidak ada rasa kebanggaan terhadap dirinya meskipun sejatinya dia hebat, karena kesadarannya dan kehebatannya merupakan pemberian-Nya. Ketika hati mencapai kelapangan, maka Allah Swt. akan menambahkan dengan limpahan anugerah dari sisi-Nya. Para ulama memberikan nasihatnya, "Barang siapa mempersiapkan diri akan menerima kucuran anugerah." Nantinya akan diikuti sinyal-sinyal spiritual yang datang sesuai dengan kadar kesiapan hati masing-masing.

Oleh karena itu capaian seseorang hamba hendaknya bukan untuk menunjukkan "kehebatannya" namun gunakanlah sebagai wasilah menuju bekal akhirat. Berbangga pada hal-hal yang bersifat fana, merupakan tindakan sia-sia. Bangga atas harta kekayaan dengan banyaknya super car dalam garasinya, pergi dan pulang dengan private jet, kekuasaan yang kuat dan lain sebagainya, ini hanyalah pemuas nafsu syahwat dan lupa seakan menukar yang kekal pada yang sementara. Tontonan kekayaan seakan menunjukkan lembaga-lembaga anti rasuah kurang berani berbuat.

Baca juga: Itsar

Kembali pada firman-Nya di atas, bahwa semua pengaturan kehidupan dunia dan akhirat hanya Allah SWT tidaklah etis jika seorang hamba yang menguasai aset besar dan mempunyai kekuatan besar ikut dalam pengaturan-Nya. Ikhtiar menjadi niscaya namun bukan ikut mengatur. Sebagian pihak sering kita dengar dengan semangat dan yakin bahwa seseorang ini pasti menang dalam kontestasi pilkada dengan segala strategi yang diterapkan, seakan lupa bahwa takdir bukan menjadi wewenangnya.

Sekali lagi ingatlah bahwa penggalan surah an-Najm ayat 24-25, "Maka hanya bagi Allah kehidupan akhirat dan kehidupan dunia." Maksudnya jelas kalau kehidupan dunia dan akhirat milik Allah SWT sedangkan manusia tidak memiliki hak apapun atas keduanya, maka selayaknya manusia (siapapun dia) tidak ikut campur dalam hal yang bukan miliknya.

Rasulullah SAW bersabda, "Niscaya merasakan kelezatan iman, orang yang ridha menjadikan Allah SWT sebagai Rabbnya dan Islam sebagai agamanya serta Muhammad SAW sebagai Rasulnya." (HR Muslim)

Semoga Allah SWT memberikan hidayah, rahmat dari sisi-Nya agar kita (apapun posisinya) tidak ikut mengatur yang menjadi kewenangan-Nya.

**

Aunur Rofiq

Ketua DPP PPP periode 2020-2025

Ketua Dewan Pembina HIPSI (Himpunan Pengusaha Santri Indonesia)

Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggung jawab penulis. (Terima kasih - Redaksi)




(rah/rah)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads