Dengan ukhuwah Islamiah menjadikan semua muslim bagaikan satu rajutan, yang rapi dan kuat, mampu menghadapi dan mengantisipasi perubahan hidup sebaik-baiknya, demi mewujudkan kemaslahatan manusia dalam urusan agama dan dunianya. Ukhuwah dalam Islam merupakan isyarat awal dalam sejarah umat Islam yang sedang berkembang, masyarakat yang baru ini mempunyai ciri-ciri dimana individunya adalah orang-orang yang berukhuwah dalam urusan agama dan dunianya sekaligus. Adapun ikatan mereka bukan ikatan keuntungan materi melainkan ikatan ukhuwah Islamiah dengan segala konsekuensinya.
Hadis Rasulullah Saw. yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dengan sanad dari Abu Hurairah ra, Nabi bersabda, "Hendaklah kalian menjauhi prasangka, karena prasangka adalah sedusta-dusta perkataan. Janganlah kalian melakukan tahassus dan tajassus ( mencari-cari kesalahan orang lain ), saling mendengki, memancing emosi, dan saling membenci. Akan tetapi jadilah kalian hamba-hamba Allah yang berukhuwah."
Jadi ukhuwah dalam Islam wajib ditegakkan karena merupakan perintah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Itsar merupakan salah satu adab dalam ukhuwah Islamiah. Itsar atau altruisme adalah sifat seseorang yang lebih mendahulukan kepentingan saudaranya atas diri sendiri.
Waqidi meriwayatkan dengan sanadnya dari Abdullah bin Umar ra. bahwa dia berkata, " Salah seorang dari sahabat Rasulullah Saw. menghadiahkan sepotong kepala kambing kepada seseorang seraya berkata, " Saudaraku si Fulan dan keluarganya lebih membutuhkan dari pada saya." Lalu kepala kambing itu dikirim kepadanya. Selanjutnya si Fulan itu pun menghadiahkan kepada yang lain. Dan demikian seterusnya sampai kepala kambing itu diterima oleh tujuh keluarga dan akhirnya kembali ke tangan pertama. Maka turunlah ayat ini, surah al-Hasyr ayat 9 yang berbunyi, " Dan mereka ( Anshar ) bersikap itsar ( mengutamakan kaum muhajirin ) daripada diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam keadaan memerlukan ( apa yang mereka berikan itu ). Maka barangsiapa yang terpelihara dari sifat kikir dalam dirinya ( egoisme ), mereka itulah orang-orang yang beruntung."
Sifat itsar ini sangat jelas ditunjukkan kaum Anshar saat kaum muhajirin pada saat awal datang ke Madinah. Riwayat yang disampaikan Imam Ahmad dengan sanadnya dari sahabat Anas ra. bahwa sahabat Abdurrahman bin Auf ra. datang ke kota Madinah, lalu dipersaudarakan oleh Radulullah dengan Sa'ad bin Rabi' Al-Anshari. Maka Sa'ad pun berkata kepada Abdurrahman bin Auf, " Wahai saudaraku! Aku adalah orang terkaya di kota Madinah ini. Lihatlah separuh dari kekayaanku dan ambillah. Disamping itu, aku punya dua istri, maka pilihlah mana diantara keduanya yang lebih engkau minati sehingga aku ceraikan dia ( agar bisa engkau nikahi )!"
Abdurrahman menjawab, " Semoga Allah Swt. memberkatimu dalam hal keluarga maupun kekayaanmu. Tunjukkan saja kepadaku dimana letak pasar!" Maka ditunjukkanlah kepadanya letak pasar itu, lalu Abdurrahman pun segera ke pasar untuk berdagang, dan berhasil memperoleh keuntungan.
Dari kisah tersebut di atas, menunjukkan sikap yang mulia dari kaum Anshar kepada saudaranya kaum muhajirin. Rasa kepemilikan terhadap harta kekayaan dan keluarga, mereka sadar dan menyadari bahwa itu semua adalah karunia-Nya. Bukanlah sesuatu yang kekal, maka mereka gunakan di jalan Allah Swt. untuk bisa membantu kaum muhajirin yang baru datang dengan tidak membawa sesuatu. Dorongan sifat ini diikat oleh persaudaraan berdasarkan agama atau ukhuwah Islamiah. Sifat kikir dan merasa memiliki atas harta sudah hilang dan yang ada adalah sifat kebersamaan untuk kepentingan saudara barunya. Bagaimana sifat itsar pada zaman saat ini ?
Ada pergeseran umat ini dalam memandang persaudaraan sesama muslim. Dalam ajang demokrasi seperti pilkada maupun pileg, sesama saudara justru bersaing, kadangkala melemahkan pihak satu dan lainnya. Adakalanya mereka saling berselisih sampai pada tingkat pengadilan. Perebutan " kursi " dan jabatan kepala daerah sudah menjadi biasa dalam masa-masa pemilihan legislatif maupun pilihan kepala daerah. Dalam hal ini sifat saling menolong, saling memberi dan saling menghormati menjadi makin jauh panggang dari api.
Pergeseran sikap ini yang penulis khawatirkan karena menjauh dari falsafah negara ( Pancasila ) dan untuk masa depan suatu bangsa.
Sedang bagi kaum muhajirin yang " ditolong " kaum Anshar juga tidak enak-enakan, justru dengan kehormatan yang mulia, sifat ini jelas telah ditunjukkan oleh sahabat Abdurrahman bin Auf. Dengan ikhtiar berdagang di pasar, maka Allah Swt. telah memberikan hidayah-Nya sehingga seorang Abdurrahman bin Auf yang telah berhasil berdagang dan menjadi seorang dermawan bagi perjuangan Islam. Penulis mengajak generasi muda muslim untuk meneladani sikap sahabat Abdurrahman bin Auf, yang berikhtiar meskipun telah diberikan, ulet sehingga berhasil.
Semoga kisah di atas dan perintah pada surah al-Hasyr ayat 9 dapat mengokohkan sikap kita dan mengimplementasikan persaudaraan ( ukhuwah Islamiah ). Tatanan masyarakat yang terbentuk dengan semangat persaudaraan akan lebih tenang, tenteram dan jauh dari konflik.
Aunur Rofiq
Ketua DPP PPP periode 2020-2025
Ketua Dewan Pembina HIPSI ( Himpunan Pengusaha Santri Indonesia)
Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggungjawab penulis. (Terimakasih - Redaksi)
(erd/erd)
Komentar Terbanyak
Dari New York, 15 Negara Barat Siap Akui Negara Palestina
Saudi, Qatar dan Mesir Serukan agar Hamas Melucuti Senjata untuk Akhiri Perang Gaza
Indonesia Konsisten Jadi Negara Paling Rajin Beribadah