Muharram

Muharram

Aunur Rofiq - detikHikmah
Jumat, 21 Jul 2023 08:00 WIB
Aunur Rofiq
Foto: Ilustrasi: Zaki Alfaraby/detikcom
Jakarta -

Bulan Muharram adalah salah satu bulan suci yang dianggap sakral oleh umat Islam. Selama bulan tersebut, umat Islam diperintahkan untuk memperbanyak ibadah demi mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Dalam bulan Muharram ini penulis fokus akan hikmah pada bulan Muharram:

1. Merupakan bulan yang suci. Tentu bagi umat Islam bulan yang penting untuk memperbanyak ibadah seperti: Menjalankan puasa pada tanggal 9 Muharram (puasa Tasua) dan puasa pada tanggal 10 Muharram (puasa Asyura). Puasa Ini dituntun oleh Rasulullah SAW dalam riwayat yang disampaikan Ibnu Abbas, "Artinya: Pada waktu Rasulullah SAW. dan para sahabatnya mengerjakan puasa Asyura, para sahabat menginformasikan kepada Nabi SAW bahwa hari Asyura diagungkan oleh orang-orang Yahudi dan Nasrani. Maka Nabi bersabda: Tahun depan insyaallah kami akan berpuasa juga pada hari kesembilan. Kata Ibnu Abbas, akan tetapi sebelum mencapai tahun depan, Rasulullah SAW wafat (HR Muslim).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dengan demikian, kita melakukan puasa Asyura dengan menambah satu hari sebelumnya yaitu hari Tasua, atau tanggal 9 di bulan Muharram. Kita disunahkan berpuasa selama 2 hari, yaitu tanggal 9 dan 10 Muharram. Setelah berpuasa pada tanggal 9 dan 10 Muharram dilanjutkan dengan memperbanyak sedekah. Dalam menyambut bulan Muharram diperintahkan agar memperbanyak pengeluran dari belanja kita sehari-hari untuk bersedekah, membantu anak-anak yatim, membantu keluarga, kaum kerabat, orang-orang miskin dan mereka yang membutuhkan. Semua itu hendaknya dilakukan dengan tidak memberatkan diri sendiri dan disertai keikhlasan semata-mata mengharap keridhaan Allah SWT. Mengenai hal ini Rasulullah bersabda:"Siapa yang meluaskan pemberian untuk keluarganya atau ahlinya, Allah akan meluaskan rizki bagi orang itu dalam seluruh tahunnya. (HR Baihaqi).

2. Beberapa peristiwa penting terjadi pada hari Asyura. Bertaubatnya Nabi Adam AS setelah melanggar atas larangan-Nya dengan makan buah khuldi. Berlabuhnya kapal Nabi Nuh AS, kapal Nabi Nuh berlabuh di bukit Zuhdi setelah melalui banjir bandang yang melanda saat itu. Ini juga menjadi penanda Nabi Nuh dan pengikutnya yang masih beriman selamat dari banjir bandang yang menghanyutkan hingga membinasakan banyak makhluk. Nabi Musa AS selamat dari serangan Firaun, di tanggal ini, Nabi Musa dan kaum Bani Israil selamat dari serangan kerajaan Firaun di Laut Merah.

ADVERTISEMENT

Penulis mengambil pada peristiwa yang menimpa ketiga Nabi dan mencoba mengambil hikmah dari kejadian itu. Peristiwa Nabi Adam AS menunjukkan bahwa Allah SWT Maha Kuasa sebagai Sang Pencipta, Nabi Adam AS terlahir dan diberikan aturan, namun dilanggar sehingga diturunkan ke bumi. Saat itu Nabi Adam AS menyadari kesalahannya dan bertaubat, maka Allah SWT Maha Pengampun telah memberinya pengampunan.

Adapun peristiwa Nabi Nuh AS, Allah SWT menunjukkan padanya tentang kepatuhan dan keimanan. Saat Nabi Nuh AS mengajak anak dan istrinya bergabung dalam perahunya, keduanya menolak. Singkat cerita perahu dan penumpangnya selamat yang berlabuh di bukit Zuhdi dan anak serta istrinya tidak selamat. Mereka tidak patuh pada Nabi Nuh AS juga tidak beriman pada Allah SWT. Hal ini sebagaimana firman-Nya dalam surah al-Hujurat ayat 15 yang artinya, "Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu."

Peristiwa yang menimpa Nabi MusaAS dan umatnya kaum Bani Israil selamat dari pengejaran Firaun di Laut Merah. Beliau dan umatnya yang berjumlah sekitar lima ratus ribu orang selamat memasuki Gurun Sinai untuk kembali ke tanah leluhur mereka.

Dalam peristiwa itu Allah SWT telah menunjukkan kekuasaan-Nya pada seseorang berkuasa (Firaun) dan mengaku Tuhan, "Siapa yang lebih berkuasa, engkau apa Aku?" Ternyata saat ajal hampir mendatangi Firaun ada pengakuan diri kalau Allah SWT itu yang Maha Kuasa.

3. Muhasabah. Muhasabah atau introspeksi diri ini sangat penting dalam kehidupan seorang yang beriman. Dalam introspeksi ada unsur untuk menjadi sosok pembelajar, artinya selalu mengikuti perkembangan zaman. Unsur kedua, selalu berikhtiar untuk menjadi sosok unggul di masa depan dan yang terakhir adalah unsur untuk menjadi sosok yang berprestasi. Jika ketiga unsur ini sudah 'mendarah daging' dalam setiap muhasabah, Insya Allah kaum beriman akan mengisi kehidupan ini sebagai pelopor peradaban.

Sebagaimana firman-Nya yang mempertegas agar kita berikhtiar dalam surah al-Ankabut ayat 17 yang artinya, "Maka carilah rezeki di sisi Allah, kemudian beribadah dan bersyukurlah kepada Allah. Hanya kepada Allah kamu akan dikembalikan." Kemudian dipertegas untuk setiap muslim menjadi orang berprestasi dengan firman-Nya surah al-Zalzalah ayat 7-8 yang artinya, "Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar zarahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula."

Dalam rekayasa bisnis selalu ada unsur evaluasi. Tujuan yang telah ditetapkan dan direncanakan, kemudian dilaksanakan. Hasil pelaksanaan ini akan dilakukan evaluasi, jika ada kelemahan dalam tujuan maka arah bisnis diubah dan jika ada kelemahan dalam eksekusi maka fungsi manajerial diperbaiki.

Muhasabah ini juga sangat penting bagi para pemimpin, apakah bupati, gubernur maupun presiden. Makin sering melakukan muhasabah dalam periode tertentu maka makin kecil penyimpangannya dari yang direncakan. Para pemimpin sering memberikan janji (saat sebelum terpilih) maka setelah amanah diperoleh merupakan saat merealisasikan, maka muhasabah akan membantu untuk mendekati yang dijanjikan.

Ya Allah, Engkau Maha Pemberi penerangan, bimbinglah kami semua dalam mengisi kehidupan tahun ini yang penuh dengan cobaan, akan menjadi lebih baik. Semoga Engkau berikan keberkahan pada kami semua di tahun 1445 H.




(nwk/nwk)

Hide Ads