Ia seorang pribadi yang bertakwa, ahli fikih dan cerdas. Ia biasa berkata," Siapa yang membersihkan hatinya dari yang haram, niscaya pintu-pintu langit akan terbuka untuk do'anya."
Dikisahkan oleh Al-Shakhawi bahwa, Gubernur Takin di Mesir adalah seorang tiran yang zalim. Namun jika berhadapan dengan al-Thahawi, dirinya menjadi hormat dan segan kepadanya. Suatu hari Gubernur ini ingin mempererat hubungan dengan al-Thahawi, dan ia berkata," Aku ingin menikahkanmu dengan putriku."
Jawab al-Thahawi, " Aku tak ingin menikah."
" Apakah engkau perlu uang ? tanya Gubernur.
" Tidak." Jawabnya.
" Kalau begitu mintalah padaku sesukamu."
Jawabnya," Dan engkau akan mendengarkan ?" Jawab Gubernur," Ya."
Al-Thahawi berkata," Jagalah agamamu, agar engkau tidak terputus dari agamamu seperti terputusnya seekor unta dari talinya. Beramallah untuk memerdekakan jiwamu. Jangan sampai engkau menzalimi manusia, karena Allah Swt berkata : ' Marah-Ku memuncak kepada orang yang menzalimi si lemah yang tidak mendapati penolong selain-Ku. Awas, hati-hatilah, jangan sampai marah-Nya memuncak kepadamu."
Sejak itu sang gubernur tidak lagi bertindak zalim kepada penduduk kota Mesir.
Dari kisah ini dapat diambil beberapa pesan moral:
1. Keteguhan seorang alim yang sama sekali tidak tergoyahkan akan kefanaan
2. Nasihat yang meliputi, menjaga agama, memerdekakan jiwa, melarang menzalimi manusia
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tawaran sang gubernur untuk menikahkan dengan puterinya merupakan dambaan warga Mesir, namun sang Ulama tidak menerima termasuk tawaran dana. Kondisi saat ini jika ada seorang penguasa memberikan tawaran sesuatu, akan berbondong - bondong beberapa pihak menerimanya.
Beberapa ahli tasawuf memberi nasihat agar para Ulama tidak mengetuk pintu penguasa. Ingatlah bahwa dunia itu fana, sesuai dengan firman-Nya dalam surah ar-Rahman ayat 26-27 yang berbunyi, " Semua yang ada di bumi itu akan binasa, tetapi wajah Tuhanmu yang memiliki kebesaran dan kemuliaan tetap kekal."
Adapun nasihat untuk tetap menjaga agama agar tidak terlepas dalam kehidupan, karena Islam paling tidak, mempunyai empat fungsi. Pertama, Islam berfungsi sebagai tuntunan bagi manusia agar memiliki al-akhlaq alkarimah (perangai yang mulia dan terpuji).
Kedua, agama Islam itu berfungsi sebagai jalan untuk menggapai kemaslahatan, ketenangan dan kedamaian serta keselamatan, baik di dunia maupun di akhirat. Tak satupun ajaran dari Islam, baik perintah maupun larangan, yang bertujuan untuk menciptakan kerusakan di muka bumi ini atau kesengsaraan di akhirat nanti. Allah Swt. berfirman dalam surah al-A'raf ayat 56, " Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi ini setelah Allah menciptakannya ..."
Ketiga, Islam mengandung ajaran-ajaran yang moderat, seimbang dan lurus, atau al-din al-qayyim. Islam menyeimbangkan antara urusan dunia dan akhirat. Allah Swt berfirman: "Dan carilah pada apa-apa yang dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dalam (kenikmatan) dunia ... (QS. al-Qashash: 77).
Keempat, agama mestinya berfungsi sebagai pemersatu umat yang berbeda-beda, baik dari segi keagamaan, suku dan adat istiadat. Pemersatuan umat yang beragam ini telah dipraktikkan Nabi Saw. setelah memasuki Kota Madinah dengan membuat Piagam Madinah yang mempersatukan umat Islam secara internal dan antara umat Islam dan umat-umat lain yang ada di sana, khususnya Yahudi dan Nasrani.
Adapun ikatan pemersatu dengan mengimplementasikan Amar Makruf Nahi Mungkar. Amar ma'ruf nahi munkar dilakukan sesuai kemampuan, yaitu dengan tangan (kekuasaan) jika dia adalah penguasa/punya jabatan, dengan lisan atau minimal membencinya dalam hati atas kemungkaran yang ada, dikatakan bahwa ini adalah selemah-lemahnya iman seorang mukmin.
Sebagai gubernur yang zalim dan berakhir menjadi gubernur yang baik karena menjalankan nasihat al-Thahawi. Kondisi saat ini di negeri tercinta yang dalam waktu dekat akan berpesta demokrasi, nasihat tersebut menjadi sangat relevan untuk diterapkan bagi para elite partai politik yang berlandaskan Islam maupun yang berbasis islam. Bersatulah dalam kontestasi 2024 meskipun melalui partai yang berbeda.
Adapun nasihat untuk beramal agar bisa memerdekakan jiwa. Makna jiwa yang merdeka tanpa dikekang oleh hasrat maupun nafsu akan melahirkan sosok pribadi pemimpin yang bersih dan berakhlak mulia. Dengan landasan nasihat ini maka diharapkan para pemimpin tidak zalim pada warga yang tertindas. Mengayomi, membela kepentingan warga daripada kepentingan diri maupun kelompoknya. Semoga Allah Swt membimbing kita menjadi pemimpin yang adil dan bertobat jika telah melakukan kezaliman.
Aunur Rofiq
Sekretaris Majelis Pakar DPP PPP 2020-2025
Ketua Dewan Pembina HIPSI ( Himpunan Pengusaha Santri Indonesia)
Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggungjawab penulis. (Terimakasih - Redaksi)
(erd/erd)
Komentar Terbanyak
MUI Kecam Rencana Israel Ambil Alih Masjid Al Ibrahimi di Hebron
Pengumuman! BP Haji Buka Lowongan, Rekrut Banyak SDM untuk Persiapan Haji 2026
Info Lowongan Kerja BP Haji 2026, Merapat!