Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi, Pendidikan Khusus, dan Pendidikan Layanan Khusus, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) Tatang Muttaqin mengungkap tantangan para guru yang mengajar di sekolah kebutuhan khusus. Menurutnya, perbandingan ideal adalah satu guru mengajar maksimal lima siswa.
"Untuk pendidikan layanan khusus misalnya rasio gurunya itu 1 : 5. Bahkan, untuk sekolah dengan kebutuhan lebih sulit itu bisa satu banding satu," kata Tatang dalam acara Bincang Santai Seputar Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus di Hotel Goodrich Suites, Jl Pangeran Antasari, Jakarta Selatan pada Jumat (18/7/2025).
Tatang menyebut pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus di sekolah inklusi umumnya lebih maksimal. Rasio tersebut dibutuhkan agar pendidikan layanan khusus terjaga.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Meskipun kondisinya beragam dan sulit tetapi tetap bermutu dan tidak terhalang oleh masalah dan yang paling penting bisa sesuai dengan kebutuhannya," beber Tatang.
Ia menyampaikan tantangan guru kebutuhan khusus semakin tinggi karena jumlah guru di Indonesia yang masih kurang. Menurut data yang dihimpun Kemendikdasmen, Indonesia masih kekurangan 120 ribu guru.
"Itulah dinamika bagaimana kalau jadi guru autis tingkat tinggi, guru tidak bisa menangani dua tapi harus satu karena bisa ada hal yang tidak bisa dikendalikan," beber Tatang.
Solusi dengan Program Pendidikan Jarak Jauh (PJJ)
Atas permasalahan tersebut, Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi, Pendidikan Khusus, dan Pendidikan Layanan Khusus Kemendikdasmen akan membuat program Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) mulai tahun ini. Tak hanya baik bagi anak berkebutuhan khusus, tetapi juga anak dengan kondisi rentan lain.
"PJJ dipilih sebagai strategi karena bisa menjangkau lebih luas, fleksibel bagi murid, dan mengatasi keterbatasan fasilitas serta biaya tapi juga relevan dengan kondisi saat ini," kata Tatang.
Pelaksanaannya akan dimulai secara lebih masif pada tahun 2027. Mulai tahun ajaran 2025/2026 ini, Tatang menyebut sudah ada 93 siswa yang mendaftar sekolah PJJ.
"Yang sudah mendaftar sampai dengan saat ini ada 93 anak. Yang lulusan SMP untuk mereka di jenja SMA. 93 anak yang posisi mendaftar sampai dengan saat ini," kata Direktur Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus, Saryadi.
Adapun sekolah terbuka yang telah menyelenggarakan layanan PJJ salah satunya SMAN 2 Padalarang. Metode pembelajaran di sekolah PJJ dapat dilakukan hybrid secara daring dan luring.
"Di sekolah kebutuhan khusus tidak bisa sama dengan sekolah pada umumnya, anak yang sudah bekerja maka pilihannya mengambil jadwal-jadwal dengan pembelajaran jarak jauh," kata Tatang.
Dalam sekolah PJJ ini, nantinya guru akan berkunjung kepada siswa di daerah 3T. Jika jaraknya jauh, maka pembelajaran digelar secara daring.
"Sehingga mereka satu minggu satu kali dikunjungi, itu pada akhirnya bisa menikmati pembelajaran," kata Tatang.
(cyu/nwk)