Selagi grafik pandemi melandai, siswa sekolah dan perguruan tinggi tidak lagi melakukan online learning atau pembelajaran jarak jauh (PJJ). Lantas, apa bentuk transformasi digital yang masih perlu dilakukan?
Prof Ir Tian Belawati MEd PhD, Presiden International Council for Open and Distance Education (ICDE), menuturkan bahwa penerapan transformasi digital di berbagai proses pembelajaran hingga administrasi sekolah bisa dilanjutkan.
Mantan Rektor Universitas Terbuka 2009-2017 ini mencontohkan, ketersediaan konten digital yang menarik, menyenangkan, dan mudah dicerna siswa memungkinkan anak-anak mau dan bisa lanjut belajar di rumah setelah tatap muka di sekolah.
"Kalau scan buku saja jadi digital, (tetapi) huruf-hurufnya kecil, sama saja. Jadi bahannya perlu menarik, jelas, dan benar. Kalau mau transformasi digital, juga ada perubahan konten digital," katanya dalam Acer Edu Summit 2023 di Jakarta, Selasa (31/1/2023).
"Teruskan penggunaan konten digital dan blended learning. Momentum sudah di tangan, mumpung guru dan murid udah bisa belajar online. Sebab, tanpa pandemi, transformasi online learning ini sangat sulit terjadi. Teknologi butuh waktu untuk disukai. Agar merasakan the beauty of it, perlu dipakai dan berproses," imbuhnya.
Tian mengatakan, tujuan transformasi digital di kelas bukan digitasi materi, tapi menyediakan materi pelajaran yang menarik, mudah dipahami, dan mudah diakses. Ia menggarisbawahi, jangan sampai cara menggunakannya lebih sulit dari memahami materinya sendiri.
Ia mencontohkan, guru bisa cukup membuka situs sumber belajar seperti PBS untuk memperlihatkan video planet Mars yang cocok buat siswa kelas 3 SD.
Lalu, tautannya bisa dibagikan ke siswa lewat learning management system maupun Google Classroom. Video animasi dan materi pendukungnya bisa dibagikan ke siswa untuk didiskusikan bersama di kelas pada minggu depan. Dengan demikian, setidaknya anak-anak jadi terbiasa mendapat manfaat baik online learning.
"Jadi ini contoh flip learning ya, bukan belajar dulu baru PR, tetapi tugas dulu baru belajar dan diskusi di kelas. Ini meningkatkan higher order of thinking (HOT) dan creative thinking," jelasnya.
"Nah, HOT itu dibimbing langsung dengan guru (lewat blended learning). Kalau (bentuk blended learning) ini ditinggalkan, keburu turun animonya," sambung Tian.
Peran Guru Tetap Sangat Penting di Belajar Online
Tian mengamini bahwa sumber belajar kini tidak hanya guru, tetapi konten digital yang sangat luas di internet. Ia menggarisbawahi, sumber daya manusia dari guru hingga kepala sekolah tetap jadi kunci dalam transformasi digital.
Ia menegaskan, guru tidak tergantikan untuk membimbing siswa yang mengakses konten belajar digital. Untuk itu, guru dan kepala sekolah pun perlu punya literasi digital yang baik.
Contoh, guru mengenali, membuat, dan memodifikasi konten digital dengan mematuhi etika akademik. Jadi, guru dapat memanfaatkan bahan akademik dari orang lain dan memodifikasinya dengan izin pembuat atau pemegang hak cipta konten tersebut.
"Cari konten yang bagus dan gratis, tetapi jangan dipakai sembarangan, cek lisensi penggunaannya," kata Tian.
Konten berlisensi creative commons atau CC, sambungnya, bisa digunakan dan dimodifikasi dengan menggunakan atribusi atau penulisan kreditasi pemilik konten terkait.
CC sendiri yakni konten tidak berhak cipta atau karya yang tidak memiliki hak kekayaan intelektual eksklusif.
"Literasi mencari konten yang baik dan sesuai etika juga termasuk literasi digital," pungkasnya.
Simak Video "Kisah Para Petani China Lulusan Perguruan Tinggi"
[Gambas:Video 20detik]
(twu/nah)