Tahun Ini Kurikulum Prototipe Belum Jadi Kurikulum Nasional, Mengapa?

ADVERTISEMENT

Tahun Ini Kurikulum Prototipe Belum Jadi Kurikulum Nasional, Mengapa?

Novia Aisyah - detikEdu
Jumat, 07 Jan 2022 19:00 WIB
Pembelajaran tatap muka (PTM) 100 persen telah digelar di Jakarta sejak Senin (3/1/2021). PTM pun masih berjalan meski Jakarta kini menerapkan PPKM level 2.
Foto: Pradita Utama
Jakarta -

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi memutuskan kurikulum prototipe yang saat ini diterapkan secara terbatas di ribuan sekolah akan menjadi kurikulum nasional pada tahun 2024 mendatang.

Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) Kemendikbudristek Anindito Aditomo mengungkapkan terdapat dua alasan mengapa kurikulum prototipe ini tidak langsung diterapkan tahun ini.

Dia menyebutkan, pertama, untuk menegaskan bahwa satuan pendidikan mempunyai tanggung jawab untuk mengembangkan kurikulum sesuai konteks dan kebutuhan mereka.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kemudian kurikulum baru ini tidak langsung dijalankan agar proses perubahan berlangsung lancar dan bertahap," ujar Nino itu dalam unggahannya di media sosial yang dikutip dengan izin, Jumat (7/1/2022).

Doktor bidang Learning Sciences dari University of Sydney, Australia menuturkan tugas pemerintah bukanlah menetapkan kurikulum operasional yang sifatnya bisa langsung diterapkan begitu saja oleh sekolah. Namun, pemerintah bertanggung jawab untuk menetapkan kerangkanya.

ADVERTISEMENT

Sisi yang punya tugas menyusun kurikulum operasional adalah sekolah. Hal ini sekaligus bagian dari otonomi profesi guru. Maka, kurikulum antarsekolah juga dapat berbeda karena disesuaikan karakter murid dan kondisi sekolahnya.

Nino menegaskan, pihaknya ingin mengubah pola pikir bahwa ekosistem pendidikan di Indonesia adalah pelaksana kebijakan pusat, salah satunya dengan kebijakan opsi kurikulum.

Anindito AditomoAnindito Aditomo Foto: Kemendikbud Ristek

"Kami ingin menegaskan bahwa sekolah bertanggungjawab untuk merefleksikan kerangka kurikulum mana yang cocok untuk mereka. Dan bahwa sekolah boleh dan seharusnya menyusun sendiri kurikulum operasional yang kontekstual, sesuai dengan kebutuhan murid dan kondisi sekolah," ucapnya.

Menyangkut kurikulum prototipe, Nino mengatakan memang dibutuhkan kurikulum yang ajeg, tapi adaptif.

"Intinya, kita perlu sebuah kerangka kurikulum nasional yang relatif ajeg, tidak cepat berubah, tapi memungkinkan adaptasi dan perubahan yang cepat di tingkat sekolah. Inilah yang kami lakukan dengan merancang kurikulum prototipe," ujarnya.




(nah/pal)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads