Begini Langkah Monash Indonesia Pastikan Lulusannya Tak Jadi Pengangguran

ADVERTISEMENT

Begini Langkah Monash Indonesia Pastikan Lulusannya Tak Jadi Pengangguran

Devita Savitri - detikEdu
Senin, 21 Jul 2025 19:00 WIB
Presiden Monash University Indonesia beberkan langkah-langkah agar lulusannya tak jadi pengangguran.
Presiden Monash University Indonesia beberkan langkah-langkah agar lulusannya tak jadi pengangguran. Foto: (Devita Savitri/detikcom)
Jakarta -

Badan Pusat Statistik (BPS) beberapa waktu lalu mengeluarkan data jumlah pengangguran yang ada di Indonesia. Hasilnya, per Februari 2025 tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Indonesia mencapai 7,28 juta orang.

Dari jumlah tersebut, 6,23 persen di antaranya berasal dari lulusan perguruan tinggi, baik itu jenjang D4, S1, S2, dan S3. Dengan demikian, pendidikan tinggi di Indonesia dinilai perlu memiliki langkah konkret agar lulusannya tidak menjadi pengangguran usai menempuh pendidikan.

Hal ini juga dipahami President Monash University Indonesia Matthew Nicholson. Untuk memastikan lulusan kampusnya tidak menjadi pengangguran, Monash Indonesia punya dewan penasihat industri di setiap program studi (prodi) magister mereka.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dewan penasihat industri tersebut telah direkrut, sehingga program (S2) pemasaran, komunikasi digital, dan magister kami (yang lain) memiliki dewan penasihat yang terdiri dari orang-orang di perusahaan kecil dan besar di bidangnya," tutur Matthew dalam Wawancara Eksklusif 1-on-1 Monash University di Fairmont Hotel Jakarta, Sabtu (19/7/2025) ditulis Senin (21/7/2025).

Kurikulum Dirancang dengan Industri

Lebih lanjut Matthew menjelaskan seluruh tenaga pengajar di Monash Indonesia berkualifikasi PhD atau lulusan S3. Proses pembelajaran mahasiswa dilakukan dengan pengajaran berbasis riset.

ADVERTISEMENT

Namun, lulusan tidak bisa hanya mengandalkan kompetensinya ketika lulus. Oleh karena itu, Monash Indonesia menyedikan dewan penasihat industri yang punya peran membantu mahasiswa menentukan arah karier setelah lulus.

Monash Indonesia juga selalu mendengar pendapat dan nasihat dari para alumninya tentang kurikulum. Matthew menilai nasihat ini mampu membuat kampus berbenah agar gelar Monash yang disematkan kepada lulusannya terus menjadi mutakhir.

"Sejak mereka (lulusan Monash Indonesia) menyelesaikan kelas terakhir, mereka siap kerja dengan jenjang yang sangat tinggi. Itu hanya bisa terjadi jika lulusan berinteraksi dengan industri secara sungguh-sungguh dan terencana," urainya.

Untuk itu, Monash Indonesia merancang kurikulum bersama industri. Kerja sama ini memungkinkan mahasiswa memiliki jejaring yang bisa diakses sesegera mungkin usai lulus.

"Sebagian besar penelitian menunjukkan kuncinya bukan hanya konten dan gelar, tetapi juga jejaring dan seberapa besar akses yang dimiliki mahasiswa ke industri sebelum kelulusan," sambungnya.

Dalam perspektif Monash University secara umum, kampus asal Australia itu menegaskan lulusannya siap kerja sejak mereka menyelesaikan kuliah, bukan jadi pengangguran. Hal ini dipegang teguh baik di kampus pusat ataupun kampus luar negeri seperti Monash Indonesia.

Di zaman saat ini, industri sedang bertransformasi dengan kecepatan yang belum penuh terjadi. Sebagai universitas, menurut Matthew lembaga pendidikan tinggi harus jauh lebih gesit dan tangkas daripada sebelumnya.

"Berlalu sudah masa-masa ketika universitas terisolasi dari komunitas dan industri di sekitarnya. Monash belum pernah seperti itu dalam sejarahnya. Monash sebuah universitas yang melalui DNA-nya terlibat dengan komunitas dan industri di sekitar kita," katanya.

"Dan kami melakukannya karena bermanfaat bagi kami, mahasiswa, komunitas, serta industri. Kita tidak bisa mengisolasi diri di dunia dengan banyak perubahan, kita mutlak perlu terhubung dengan industri," tandasnya.




(det/nah)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads