Biaya pendidikan tinggi tengah menjadi momok. Komisi X DPR RI pun memberikan tanggapannya.
Salah satunya datang dari anggota Komisi X DPR RI Ledia Hanifa Amaliah menyayangkan sikap pemerintah yang dinilai memutuskan untuk melakukan kapitalisasi perguruan tinggi. Ia mengingatkan bahwa perguruan tinggi merupakan investasi negara, bukan bisnis.
"Lihat sekarang (kondisi pengelolaan institusi pendidikan tinggi), kita bisa membayangkan. Perguruan tinggi negeri seharusnya bergerak di sektor akademis, bukan bisnis, tapi sekarang mereka harus berpikir bagaimana menghidupi bidang usahanya supaya (perguruan tinggi) hidup. Kalau tidak berhasil, semua operasional dibebankan kepada mahasiswa," ungkap Ledia dalam laman DPR dikutip Rabu (15/5/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kembangkan Badan Usaha
Ledia mengusulkan agar manajemen perguruan tinggi memberdayakan badan usaha agar beban operasional pendidikan tinggi tidak sepenuhnya ditanggung oleh mahasiswa. Ia juga mengingatkan secara tegas bahwa negara harus hadir lewat regulasi yang membantu PTN agar bisa mendiri sekaligus mendorong terbukanya akses pendidikan.
"Jangan semua dibebankan kepada mahasiswa. (Jika dibiarkan) bisa terjadi mahasiswa memutuskan menggunakan pinjaman online untuk pembiayaan pendidikan supaya bisa kuliah," ujarnya.
Soal Desain Pendidikan
Politisi Fraksi PKS itu juga menyoroti desain pendidikan yang dinilai tidak matang. Jika ingin menciptakan ekosistem perguruan tinggi yang mandiri, menurutnya, desain tersebut disusun secara komprehensif dengan melibatkan berbagai pemangku kepentingan terkait.
"Jika tidak berhasil, (manajemen perguruan tinggi) berarti menaikkan biaya kuliah kepada mahasiswa. Opsi ini seharusnya pilihan ke terakhir. Seharusnya, pemerintah melakukan antisipasi kalau ingin membuat kampus bisa mandiri. Kalau begini, bisa dikatakan bahwa desain (pendidikan) ini sebenarnya tidak matang," terangnya.
"Seharusnya, pemerintah melakukan antisipasi kalau ingin membuat kampus bisa mandiri. Kalau begini, bisa dikatakan bahwa desain (pendidikan) ini sebenarnya tidak matang," lanjutnya.
(nir/nah)