Penggunaan siwak untuk membersihkan gigi tak hanya memiliki manfaat kesehatan semata. Namun juga punya dampak positif bagi lingkungan.
Guru besar bidang Ilmu Manajemen dan Kedokteran Gigi Universitas Airlangga (Unair) Surabaya Prof Dr drg Taufan Bramantoro MKes mengatakan alat yang dibuat dari dahan atau akar salvadora persica ini juga berdampak positif terhadap risiko pencemaran lingkungan yang biasanya dihasilkan oleh upaya promotif dan preventif
kesehatan gigi.
"Karena berbahan dasar alami, maka sampah yang dihasilkan dari siwak bersifat organik, bahkan dapat berpotensi dimanfaatkan menjadi penyubur tanah," ungkapnya saat dikukuhkan sebagai guru besar di Aula Garuda Mukti Kampus MERR-C Unair, Rabu (26/7/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, menurut Taufan siwak dapat digunakan tanpa dibilas, karena tidak meninggalkan sisa zat berbahaya bagi tubuh. Untuk itulah, siwak dapat menjadi solusi bagi daerah-daerah terpencil yang memiliki keterbatasan air bersih, alat, ataupun sarana kesehatan gigi.
Ia pun menyatakan perlu upaya lebih dalam memasyarakatkan siwak dan kebermanfaatannya. Dibutuhkan integrasi dari berbagai pihak agar masyarakat mampu mengetahui fitur, fungsi, hingga keberlanjutan bagi peradaban kesehatan.
"Untuk mewujudkan tagline gigi sehat, lingkungan pun ikut senang, mari sempurnakan dengan siwak karena gigi sehat adalah hak umat manusia," katanya.
Siwak Diakui di Tingkat Internasional
Taufun mengungkapkan siswak telah dipakai ribuan tahun. Hal ini menandakan keefektifan siwak dalam membersihkan gigi. Penelitian dari berbagai bidang juga menunjukan bahwa siwak memiliki kandungan bahan aktif serta memiliki potensi terdapat pengembangan berkelanjutan.
Sebagai sarana pembersihan gigi yang diambil dari bahan alami, siwak dapat digunakan dengan frekuensi lebih sering dibanding sikat gigi pada umumnya. Hal ini berimbas baik pada pengendalian kondisi dan stabilitas rongga mulut.
"Tentunya ini dapat menutup kesempatan bakteri di rongga mulut untuk aktif beroperasi, karena kondisi derajat keasaman rongga mulut yang lebih stabil," jelasnya.
Unair Kukuhkan 4 Guru Besar Baru
Rektor Universitas Airlangga (UNAIR), Prof Dr Mohammad Nasih SE MT Ak juga mengukuhkan 3 guru besar lainnya yakni Prof Dr Muhammad Luthfi drg MKes bidang ilmu Imunologi Molekuler Infeksi Rongga Mulut, Prof Dr Tintin Sukartini SKp MKes bidang ilmu Keperawatan Medikal Bedah, dan Prof Dr Gunanti Mahasri Ir MSi bidang ilmu Kesehatan Ikan dan Lingkungan.
"Ini menjadikan kami di Universitas Airlangga semakin pede dan lebih bersemangat lagi. Karena kami hadir dan mampu memberikan kontribusi yang luar biasa berkat kerja keras dari profesor yang hari ini kita lantik," ujar Nasih.
(pal/pal)