Tips Cepat Lulus Kuliah Mahasiswa RI di Yordania yang Aktif di Pengungsian

ADVERTISEMENT

Tips Cepat Lulus Kuliah Mahasiswa RI di Yordania yang Aktif di Pengungsian

Trisna Wulandari - detikEdu
Sabtu, 29 Mei 2021 09:53 WIB
Muhammad Malik Kandias, Mahasiswa RI di Yordania
Tips Cepat Lulus Kuliah Mahasiswa RI di Yordania yang Aktif di Pengungsian (Foto: Istimewa)
Jakarta -

Muhammad Malik Kandias sudah meniatkan diri harus lulus cepat saat berkuliah di jurusan Syariah University of Jordan, Yordania. Berawal dari niat ini, mahasiswa RI ini lulus di kampusnya dalam waktu 3 tahun.

Mahasiswa RI di Yordania ini menuturkan, ia semula termotivasi cepat lulus karena merasa agak terlambat masuk kuliah dibanding teman-temannya demi berkuliah di luar negeri.

"Saya lulus SMA tahun 2017, saya terlambat kuliah karena saat itu emang enggak nyari kuliahan di Indonesia, tapi di Timur Tengah," kata Malik kepada detikEdu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pria kelahiran Palembang ini menuturkan, saat itu ia mempertimbangkan Yordania karena dukungan tetangganya. Tetapi ia kemudian mendapati bahwa University of Jordan baru membuka perkuliahan selanjutnya di bulan Februari.

ADVERTISEMENT

"Ada yang buka di Mesir, tapi waktu itu lagi konflik. Saya yakinkan ortu untuk berangkat ke Jordan, ada tetangga yang juga kuliah di Jordan bilang negaranya aman, enggak ada konflik, luar biasa stabil pemerintahannya. Tapi ternyata telat, baru bisa ambil kuliah Februari," kisah Malik.

Ia bercerita, sebelumnya sempat ditakut-takuti bahwa tidak ada mahasiswa dari Indonesia yang pernah lulus kuliah dalam waktu 3 tahun. Kendati demikian, ia bertekad mengejar masa kuliahnya dalam waktu 3 tahun tersebut. "Saya kejar itu untuk pecahin rekor kuliah 3 tahun," kata Malik.

Berikut tips cepat lulus kuliah di University of Jordan Yordania menurut Malik:

1. Maksimalkan SKS Perkuliahan

Malik menuturkan, sistem ujian di awal masuk kampusnya pada Februari 2018 turut memengaruhi kemungkinan lulus lebih cepat. Ia bercerita, kelulusan pada mata ujian masuk di University of Jordan itu berguna untuk mengurangi SKS yang harus diambil. Adapun mata ujian yang ia jalani yaitu bahasa Inggris, komputer, bahasa Arab, dan tilawah serta hafalan Al-Qur'an.

"SKS di kampus itu 150 SKS. Saya lulus ujiannya kecuali bahasa Arab. Lumayan, bisa potong 12 SKS. Karena udah lulus ujian itu, saya enggak perlu belajar mata kuliah-mata kuliah yang ada di ujian itu lagi," kata Malik.

Pria kelahiran Oktober 1999 ini menuturkan, sistem pengambilan SKS di kampusnya memperbolehkan mahasiswa mengambil SKS secara bebas sesuai kemampuannya. Menurut Malik, sistem ini turut membantunya merencanakan perkuliahannya dengan matang untuk lulus tepat waktu sesuai targetnya.

"Dalam satu semester, saya selalu ambil 6 matkul (mata kuliah), kira-kira 18 SKS. Satu semester di sini 4 bulan, jadi setahun saya ambil 54 SKS. Semester pendek di musim panas maksimal 12-15 SKS. Pertahun 50 SKS, bisa banget kan lulus 3 tahun," jelas Malik.

Menurut Malik, kebebasan besar ini juga datang bersama tanggung jawab yang besar. Karena itu, butuh persiapan matang sejak sebelum keberangkatan. "Bahasa Arab dilancarin, bahasa Inggris, matematika, filsafat," jelasnya.

Malik menuturkan, di tahun pertama, ia juga diwajibkan berkegiatan di luar kampus sebagai syarat kelulusan. "Waktu itu dapat tugas pertama ngajarin anak SD sikat gigi," ujarnya tertawa.

2. Membagi waktu kuliah dengan kegiatan non akademik

Di samping aktif berkuliah, Presiden Himpunan Pelajar dan Mahasiswa Indonesia (HPMI) Yordania ini juga membagi waktunya menjadi aktivis pengungsian, berorganisasi, dan bekerja sampingan untuk menambah uang saku. Sebab, Malik berkuliah di Yordania tidak melalui program beasiswa.

Malik bercerita, untuk menambah uang sakunya, ia menjadi pemandu wisata sejak tahun pertama kuliah sampai sebelum pandemi. Ia menambahkan, adapun pilihannya menjadi pemandu wisata karena sektor ini merupakan sektor utama di Yordania.

"Biaya hidup relatif mahal meskipun enggak beda jauh sama Jakarta. Jadi saya jadi tour guide. Jadi mau ke Petra, Laut Mati, kita antar," kata Malik.

Ia menuturkan, dirinya juga sempat mengekspor kurma muda ke Indonesia di tahun kedua kuliah bersama teman asal Indonesia.

"Lumayan nambah uang hidup. Ambil langsung di kebun. Temen ajak buat lobi sama nego, datang langsung ke kebunnya, karena kita paling tahu kebiasaan orang sini, (tahu bagaimana) basa-basinya," kata Malik.

Malik menuturkan, dirinya juga aktif menjadi aktivis pengungsian di Yordania sejak tahun pertama perkuliahan hingga hari ini. Ia mengatakan, Yordania merupakan negara tujuan pengungsian Palestina dengan menampung sekitar 2,1 juta orang yang mencari suaka. Yordania juga menjadi tempat pengungsian 1 juta orang Suriah saat perang berkecamuk.

Di samping itu, ia menambahkan, dirinya juga menjadi Presiden HPMI Yordania yang merupakan bagian dari PPID (PPI Dunia).

Malik mengakui, membagi waktu kuliah dan aktivitas serta pekerjaannya agar lulus sesuai target tiga tahun tidak mudah. Kendati demikian, menurutnya, kuliah merupakan amanah orang tua, sehingga tetap prioritas.

"Kuliah ini amanah orangtua, itulah keyakinan saya, bahwa kuliah sama pentingnya, dan bahkan lebih penting. Harus tanggung jawab. Apalagi kalau dapat beasiswa seperti LPDP, tanggung jawabnya ke masyarakat Indonesia, luar biasa besar, sehingga apapun kesibukannya, apapun kegiatannya, harus (fokus) kuliah," kata Malik.

Malik bercerita, untuk membagi aktivitas akademik dan non akademik, ia mengambil perkuliahan di hari Ahad (Minggu), Selasa, dan Kamis. Adapun Jumat merupakan hari libur di sana dan negara-negara Timur Tengah.

"Senin Rabu (jadi) tour guide, akhir pekan job ke luar. Libur musim panas juga kita banyak job, enak banget itu libur dua minggu kita pakai kerja untuk (cukupi biaya) kehidupan 4 bulan kemudian," jelas Malik.

Sedangkan aktivitas di pengungsian menurut Malik tidak selalu ada. Ia bercerita, aktivitasnya di pengungsian bisa dijadwalkan di hari yang kosong.

"Kadang hari kuliah kita korbanin 1-2 kali kuliah untuk jadi aktivis, tapi pastikan jatah ghoib (jatah absen) cukup, sehingga enggak mengganggu perkuliahan. Atau hari Rabu. Kalau bentrok dengan tour guide, tour guide oper ke teman," kata Malik.

Berikutnya Ambil mata kuliah yang sulit dan yang mudah di tengah aktivitas non akademik

KLIK HALAMAN SELANJUTNYA UNTUK MEMBACA

3. Ambil mata kuliah yang sulit dan yang mudah di tengah aktivitas non akademik

Malik menuturkan, menjadi aktivis pengungsian di sana bekerja secara profesional dan diberi honor yang cukup untuk makan. Ia bercerita, lebih dari itu, dirinya mendapat pengalaman yang besar dengan terjun ke ranah pengungsian.

Ia menuturkan, salah satu kegiatannya yaitu membuat rumah tahfiz, mobile clinic, sekolah lintas gurun, torrent air, dan toilet.

"Karena di pengungsian itu di tengah gurun, rumahnya tenda-tenda gitu kasihan banget, jadi mereka butuh layanan langsung ke fasilitas kesehatan, jadilah mobile clinic itu. Lalu sekolah lintas guru itu, kontainer bekas dijadiin sekolah di tengah-tengah gurun. Karena enggak ada internet dan di perbatasan, diadain sekolah di sana agar tidak jauh-jauh bersekolah, tidak buta huruf, dan ada hiburan," jelas Malik.

Malik bercerita, ia juga menyalurkan makanan dan alat sekolah ke kamp-kamp pengungsian di gurun.

"Kita enggak liat cuaca, mau musim salju, hujan es, kita hajar aja, karena penderitaan mereka enggak seberapa dibandingkan yang kita hadapin," kata Malik.

Malik menuturkan, ada beberapa siasat yang ia lakukan untuk mengambil mata kuliah agar mengakomodasi kesibukannya. Salah satunya yakni dengan membagi pengambilan porsi mata kuliah yang ringan dan berat dalam porsi yang berimbang dalam satu semester.

"Tanya ke kakak kelas, mana yang susah dan mudah. Bisa ambil 3 matkul susah, 3 matkul gampang. Atau 4 matkul mudah, 2 matkul susah. Jadi kalau nilai ambruk di matkul susah, 4 matkul bisa backup buat jaga kestabilan nilai, biar lulus tepat waktu," kata Malik.

Ia menambahkan, pelajari dulu apa yang akan muncul dalam perkuliahan. "Jangan kosongan pas kuliah, jangan kuliah tanpa tahu apa yang akan dipelajari," katanya.

Malik menuturkan, sebelum berkuliah, ia juga meningkatkan kapasitas diri dengan belajar communication skill, komputer, matematika, dan logaritma.

4. Maksimalkan waktu berorganisasi dan me time

Ia bercerita, rapat-rapat internasional PPI Dunia secara online ia lakukan sambil mengerjakan tugas, istirahat, makan di kantin, dan setelah kembali dari aktivitas pengungsian. Malik menuturkan, dirinya aktif di HPMI sejak tahun kedua perkuliahan.

"Kita tetap urus organisasi, harus committed. Enggak harus zero mistakes, karena kesalahan jadi pembelajaran," kata Malik.

Malik menekankan, terlepas dari semua kegiatan akademik dan non akademiknya, kesehatan fisik dan mental tetap yang utama. Ia menuturkan, jika hendak melakukan aktivitas-aktivitas yang rasanya akan berat, ia memastikan kebutuhan gizi dan vitamin tetap cukup.

"Dan stay positive. Kadang overthinking bikin pikiran negatif masuk, tetapi ingat ini (lulus tepat waktu) goals kita dari dulu. Nah, bayangin goals yang menyenangkan itu bikin kita stay positive, apalagi kalau bisa membanggakan ortu," tuturnya.

Malik menuturkan, ia biasanya menjaga kesehatan dengan memaksimalkan me time. Ia bercerita, me time favoritnya dihabiskan lewat menonton film, drama, main games, dan dan makan apapun yang dimau.

Menurut Malik, berat tugas tiap semesternya tidak ubahnya seperti mengerjakan skripsi. Kendati demikian, tugas akhir di kampusnya berupa kuliah praktik semacam KKN yang dirasakan mahasiswa Indonesia dan tugas tulis.

"Tugasnya dikasih kampus, seperti bantu proyek kampus, tapi rasanya kayak kerja bakti saja. Lalu tugas menulis," kata Malik.

Malik menambahkan, di samping me time, dirinya juga tidak melewatkan kesempatan mendapat sertifikasi berbagai kecakapan. Contohnya dengan mengambil pengajian di syekh di akhir pekan yang diganjar dengan ijazah dari Kementerian Agama di negaranya.

"Kalau orang Jordan dapat ijazah itu bisa ngajar di negaranya. Kalau di Indonesia, kita (pemegang ijazah tersebut) diakui Kemenag RI, bisa jadi PNS. Prospek kerjanya besar, banyak skill dan sertifikat, jadi sertifikasinya enak di sini," jelas Malik.

Malik berpesan, calon mahasiswa yang hendak berkuliah perlu menentukan prioritas dan target, serta tahu apa yang akan dihadapi di kampus.

"Kalau nargetin kuliah di Timur Tengah, siapkan (kemampuan baca) Al- Qur'an, hafalan penunjang, dan bahasa Inggris, terutama di Jordan, meskipun ini Timur Tengah," kata Malik.

Nah, demikian tips cepat lulus kuliah dari Malik. Mahasiswa di Yordania ini berkuliah dengan perencanaan matang sambil tidak melewatkan kesempatannya mendapat berbagai pengalaman berharga di luar kampus selama berada di negeri orang.

Bagaimana Kawan detikEdu, mau cepat lulus kuliah sambil aktif organisasi, bekerja, dan jadi aktivis seperti Malik?



Simak Video "Video Prabowo ke Yordania: Dikawal 2 Pesawat Tempur dan Disambut Raja Abdullah II"
[Gambas:Video 20detik]

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads