Berasal dari keluarga sederhana tak membuat Mohamad Hilmi patah semangat untuk meraih prestasi. Wisudawan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) ini berhasil lulus dengan IPK nyaris sempurna yakni 3,90 dan dinobatkan sebagai Wisudawan Bidikmisi Terbaik pada Wisuda ke-132 ITS.
Hilmi adalah anak dari pasangan Amin As'ad dan Sukiti. Kondisi ekonomi keluarga membuatnya bertekad mendaftar beasiswa Bidikmisi.
Terlebih sang ayah tidak bekerja lantaran sakit. Sehingga ibunya harus bekerja sebagai tukang potong rambut untuk mencari nafkah dan membiayai kebutuhan hidup keluarga.
Awalnya Ragu, tapi Akhirnya Raih Prestasi
Sejak SMA, Hilmi sudah berminat pada bidang elektro. Namun karena ia merasa hanya punya kemampuan kimia dan fisika, akhirnya ia memilih masuk ke Departemen Teknik Material dan Metalurgi (DTMM) ITS lewat jalur SBMPTN (saat ini SNBT).
Awalnya Hilmi juga minder karena jurusan tersebut tidak sesuai minat awal. Namun, ia berusaha keras belajar otodidak supaya bisa memiliki kemampuan yang sama dengan teman-temannya.
Setelah menjalani perkuliahan di DTMM, Hilmi pun bermimpi kelak dirinya bisa belajar di industri metalurgi. Sehingga ia bersungguh-sungguh menyelesaikan kuliah dengan baik.
Sembunyikan kutipan teks
"Impian yang ingin saya capai adalah bekerja di industri metalurgi," tuturnya dikutip dari laman ITS, Senin (6/10/2025).
Tak hanya fokus pada akademik, Hilmi juga aktif di organisasi. Ia pernah menjadi Sekretaris Gerigi ITS, Project Officer Basic Media Schooling (BMS) HMMT ITS, hingga staf media informasi departemen.
Meski sempat kewalahan membagi waktu, Hilmi tetap menjadikan kuliah sebagai prioritas. Ia tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan bisa berkuliah.
"Setelah tugas atau proyek kuliah selesai, kemudian lanjut menyelesaikan tanggungan media informasi HMMT ITS," terangnya.
Riset Superkapasitor dari Sekam Padi
Topik tugas akhir Hilmi pun selaras dengan isu energi berkelanjutan. Ia meneliti superkapasitor berbahan dasar sekam padi yang diolah menjadi silika, lalu dikonversi menjadi silikon untuk elektroda.
Hasil uji elektrokimia menunjukkan kapasitor temuannya mampu menyimpan energi dengan kapasitansi 146 farad/gram. Inovasi ini bertujuan mengganti bahan fosil dengan memanfaatkan energi terbarukan dari angin, air, maupun matahari.
"Selama menyelesaikan TA, saya sempat empat hari penuh di laboratorium," kenangnya.
Pemuda kelahiran Jombang, 17 Juni 2002 itu berpesan kepada mahasiswa agar tak hanya fokus belajar, tetapi juga memperluas relasi dan sungguh-sungguh menjalani proses kuliah. Kisah Hilmi menjadi bukti nyata bahwa keterbatasan ekonomi bukan halangan untuk berprestasi.
Simak Video "Video: ITS Apresiasi Keberhasilan Risma Mengubah Wajah Surabaya"
(cyu/nwk)