Pendiri dan CEO Facebook, Mark Zuckerberg, percaya AI bisa menggantikan hubungan antarmanusia. Hal itu ia sampaikan dalam wawancara di Dwarkesh Podcast pada April lalu.
Zuckerberg mengatakan rata-rata orang ingin memiliki lebih banyak teman dan koneksi dengan orang lain daripada yang mereka miliki saat ini, dan teman AI adalah solusinya.
"Rata-rata orang Amerika menurut saya punya teman kurang dari tiga orang, tiga orang yang mereka anggap teman, dan rata-rata orang punya tuntutan yang jauh lebih besar, saya kira sekitar 15 orang teman," katanya seperti dilansir dalam Wall Street Journal dikutip Minggu (11/5/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Zuckerberg kemudian menjelaskan visinya tentang AI sebagai pengganti teman dalam konferensi tahunan Stripe pada Selasa (6/5/2025). Dalam pandangannya, jumlah teman menggunakan AI akan lebih banyak daripada teman manusia.
"Saya pikir orang-orang akan menginginkan sistem yang mengenal mereka dengan baik dan yang memahami mereka seperti halnya algoritma umpan mereka," kata Zuckerberg.
Psikolog Tidak Setuju AI Dapat Gantikan Hubungan Antarmanusia
Psikolog membantah gagasan tersebut. Menurut Omri Gillath, profesor psikologi di University of Kansas, memiliki tiga atau empat teman dekat sudah lebih dari cukup.
Gillath juga tidak setuju dengan gagasan AI suatu hari nanti dapat menggantikan hubungan manusia. Menurutnya, gagasan ini tidak didukung oleh penelitian.
"Jelas tidak didukung oleh penelitian," katanya dalam CNBC.com dikutip Minggu (11/5/2025).
Gilliath berpendapat jika berinteraksi dengan berbagai versi chatbot AI dan teman-teman yang ada dapat menawarkan keuntungan dan manfaat sesaat. AI tersedia setiap hari dan selalu sopan, tetapi teknologi tidak dapat menawarkan manfaat yang diperoleh dengan hubungan yang mendalam dan jangka panjang.
"AI tidak dapat memperkenalkan Anda ke jaringan mereka," katanya sebagai contoh.
"Pelukan akan jauh lebih bermakna dan membantu serta bermanfaat," sambungnya.
AI Membuat Seseorang Lebih Buruk
Menukar persahabatan atau pasangan manusia dengan versi AI tidak akan memuaskan, tetapi juga dapat membuat orang merasa lebih buruk, kata Gillath. Penelitian menunjukkan anak-anak yang menggunakan AI mengalami kecemasan yang lebih tinggi serta depresi yang lebih tinggi.
"Dan mereka tidak mengembangkan keterampilan sosial mereka," jelas Gilliath.
Dalam membentuk hubungan antarmanusia, Gillath menyarankan setiap orang untuk menggunakan AI sebagai sarana latihan, bukan pengganti. Untuk bertemu orang baru, Gillath mendorong orang-orang untuk bergabunglah dengan klub dan organisasi yang sesuai dengan minat. Selain itu, berusahalah untuk mendengarkan secara aktif.
(nir/nah)