Satria Gentur yang merupakan Direktur & Deputi Factory Manager PT Ajinomoto Indonesia baru saja diangkat sebagai Ketua Alumni Gadjah Mada (Kagama) Jawa Timur untuk periode 2024-2029.
Ia resmi diangkat lewat acara Musyawarah Daerah (Musda) di AMG Tower, Surabaya pada (7/9/2024) lalu. Saat menyampaikan sambutannya, Satria bercerita soal kisahnya mulai kuliah di Universitas Gadjah Mada (UGM) hingga bisa sukses seperti sekarang.
Berasal dari Keluarga Pedagang Batik
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Satrio bercerita bahwa dirinya berasal dari keluarga pedagang batik di Pasar Beringharjo. Pria kelahiran 24 September 1968 ini kala itu mengambil jurusan S1 Teknik Pangan UGM.
"Sejak mulai sekolah, saya pindah ke Yogyakarta. Saya dulu di UGM mengambil Teknologi Pangan (Fakultas Teknologi Pertanian). Tepatnya angkatan '89, dan lulus tahun '93. Baru setelah itu bekerja di Ajinomoto," tuturnya, dilansir dari laman UGM, Kamis (24/10/2024).
Pernah Dilempar Skripsi Saat Kuliah
Hal yang paling berkesan selama Satria berkuliah di UGM adalah dirinya pernah dilempari skripsi oleh dosen. Bukan tanpa alasan, hal itu terjadi sebab Satria melakukan kesalahan saat membuat skripsi hingga harus ditegur.
Meski saat itu ia merasa sedih lantaran merasa tak unggul dalam hal akademik, tetapi kejadian tersebut sekarang sudah jadi bahan candaan. Bahkan, ia hanya bisa tertawa saat membaca ulang skripsinya.
"Yo ternyata uwelek. Kok ngene ya garapanku dewe? (Ya ternyata jelek, kok seperti ini ya kerjaanku sendiri?). Saya kira itu adalah pendidikan mental, bahwa kamu harus kuat," ucapnya.
Semasa kuliah pun, Satria mulai mengenal perusahaan Ajinomoto. Prodinya pernah melakukan kunjungan ke perusahaan tersebut.
Ia sempat beranggapan bahwa produk yang dihasilkan Ajinomoto tidak sehat karena mengandung MSG (Monosodium Glutamat). Namun, anggapan tersebut ternyata salah setelah Satrio tahu langsung bahan dan proses pembuatannya.
"Saya dulu menganggap produk ini tidak sehat. Ternyata salah, produk Ajinomoto itu berasal dari tetes tebu yang difermentasi," jelasnya.
Perjalanan Karir di Ajinomoto
Setelah lulus, Satria langsung bekerja di perusahaan Ajinomoto. Tak berjalan mulus di awal, ia mendapati tantangan yang besar karena bekerja di perusahaan milik Jepang.
Kultur perusahaan Jepang terkenal dengan sistem long life employment atau pekerja jangka panjang. Sehingga loyalitas karyawan sangat diutamakan perusahaan.
Dari awal ia dituntut untuk memahami kondisi lapangan hingga manajerial perusahaan. Bahkan, ia harus membersihkan pabrik saat training dan berpindah-pindah perusahaan.
"Saya dulu diajarkan untuk tidak malu-malu terjun ke bawah. Justru kalau kita tidak mengenal lapangan, ada laporan masuk kita tidak paham," tutur Satria.
Selain itu, perusahaan Jepang menerapkan sistem kerja kelompok. Menurutnya hal tersebut menjadi beban karena jika kinerjanya buruk maka kelompoknya juga akan buruk.
"Hampir seluruh perusahaan Jepang seperti itu. Penting juga untuk memperhatikan adaptabilitas perusahaan, karena zaman cepat berubah. Bukan perusahaan kuat yang bertahan, tapi perusahaan adaptif," jelas Satria.
Menurutnya, kesuksesan dirinya saat ini tak lekang dari kemampuan adaptabilitas. Ia juga berpesan jika ingin maju maka harus bisa melihat peluang dan tantangan zaman.
Ia berharap kepada adik-adiknya di UGM agar bisa beradaptasi saat bekerja nanti. Ia juga berharap UGM bisa terus mencetak lulusan yang tepat dan sesuai dengan nilai yang mereka miliki.
"Semoga UGM dan mahasiswanya itu bisa beradaptasi dengan kondisi dunia saat ini. Universitas harus memikirkan lulusannya seperti apa 10-15 tahun ke depan," pungkasnya.
(cyu/nwy)