Internet adalah salah satu hal penting yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan masyarakat masa kini. Namun dalam perkembangannya, pengguna internet bisa mengalami gangguan yang berdampak pada psikis dan kecemasannya.
Gejala ini dinamakan dengan FOMO (Fear of Missing Out). Dikutip melalui Jurnal Masyarakat & Budaya Volume 21 No 2 Tahun 2019 karya Lisya Septiani Putri, dkk dari Universitas Sriwijaya menjelaskan FOMO telah diidap sebanyak 40% pengguna internet di dunia.
FOMO dijelaskan sebagai adanya perasaan cemas, gelisah, dan takut akan kehilangan momen berharga yang dimiliki teman atau kelompok sebaya. Sementara ia tidak bisa terlibat di dalamnya.
Gangguan ini merupakan salah satu bentuk dari kecemasan yang ditandai dengan adanya keinginan untuk selalu mengetahui apa yang orang lain lakukan terutama melalui media sosial. Dengan tiga indikator yakni ketakutan, kekhawatiran dan kecemasan, mahasiswa adalah sosok yang erat kaitannya dengan FOMO.
Ketika seseorang mengalami FOMO, ia akan terus tertarik untuk menggunakan internet sehingga berdampak pada kecanduan media sosial. Pada mahasiswa, ketergantungan media sosial karena FOMO dapat mengakibatkan kehidupannyanya terganggu terutama kesehatan mental.
Media sosial memudahkan penggunanya termasuk mahasiswa untuk mengakses berbagai informasi yang sedang terjadi dan menimbulkan percakapan. Ketinggalan percakapan dinilai menjadi bibit awal FOMO bisa timbul.
Dosen Agama Islam Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Kholida Ulfi Mubaroka S Sos MSosio menyatakan sindrom FOMO cenderung ke arah yang tidak menentramkan hati. Penggunaan teknologi atau media sosial bukan sebuah hal yang dilarang.
"Kalau medsos kita gunakan untuk hal yang positif, membangun jaringan, memperbanyak ilmu dan wawasan itu dianjurkan. Namun, ketika ini sudah membuat kita fokus mengajar pengakuan, cemas jika tidak diakui dan sebagainya, itu sudah tidak ada manfaatnya," ujarnya dikutip dari rilis di laman resmi Unesa, Senin (15/4/2024).
Tips Atasi Fomo ala Dosen Unesa
Lalu bagaimana bila kita terjalur mengidap sindrom FOMO? Berikut tips yang bisa dilakukan menurut dosen Ilmu Komunikasi Unesa, Vinda Maya Setianingrum SSos MA, yakni:
1. Puasa Medsos
Cara pertama adalah mengurangi kecanduan media sosial. Caranya dengan menerapkan 'puas' atau membatasi penggunaan media sosial.
Sejumlah pakar menjelaskan dampak negatif FOMO adalah membuat seseorang mudah lelah, cemas hingga depresi. Ketika mengalami gejala tersebut, mahasiswa bisa membatasi interaksi melalui media sosial dan mulai mengubah fokus pada kehidupan nyata.
2. Pilih lingkungan pertemanan
Dampak-dampak negatif pada FOMO bisa dialihkan ke hal-hal yang lebih positif. Pilihannya adalah mahasiswa mau atau tidak.
Ketika kamu memilih mau, cobalah untuk mengubah lingkungan pertemananmu. Cobalah berbagai kegiatan baru dan menciptakan pertemanan baru juga.
3. From FOMO to JOMO
Mengganti orientasi FOMO menjadi Joy of Missing Out (JOMO). JOMO dijelaskan sebagai perasaan enjoy dan tidak takut atas ketinggalan informasi yang tidak perlu baginya.
Sehingga ketika orang-orang berlomba-lomba pada hal yang tidak perlu, kamu tidak terlalu pusing. Jalani hidupmu dengan bersyukur dan menikmati setiap langkahnya.
4. Bersyukur
Sekali lagi, cobalah untuk selalu bersyukur dengan apa yang dimiliki. Langkah ini bisa menghindari perasaan kurang atau tertinggal dari orang lain.
"Perasaan menerima ini perlu ditanamkan dalam diri. Menerima di sini yaitu mendamaikan mental agar fokus ikhtiar mencapai apa yang diharapkan," pungkas Vinda.
(det/pal)