3 Siswa SMAU CT Arsa Sukoharjo Sudah Dapat LoA dari Kampus LN, Ini Tantangannya!

ADVERTISEMENT

3 Siswa SMAU CT Arsa Sukoharjo Sudah Dapat LoA dari Kampus LN, Ini Tantangannya!

Luthfi Zian Nasifah - detikEdu
Selasa, 09 Apr 2024 19:00 WIB
3 Siswa SMAU CT Arsa Sukoharjo dapat LoA dari kampus luar negeri
Foto: (Dok SMA Unggulan CT Arsa Sukoharjo)
Jakarta -

3 Siswa SMA Unggulan CT Arsa Sukoharjo melamar beasiswa kuliah ke luar negeri melalui Beasiswa Indonesia Maju (BIM). Semuanya sudah mendapat surat penerimaan dari kampus-kampus dunia. Bagaimana tantangan mereka?

Saat ini, Farhan Agus Ferdiansyah telah mendapat surat penerimaan alias Letter of Acceptance (LoA) dari Wageningen University (Belanda), serta beberapa kampus top di Australia seperti University of Sydney, University of New South Wales (UNSW) Sydney, Melbourne University, Monash University, Queensland University dan Curtin University.

Sementara Muhammad Satriyo Wening sudah mendapat LoA dari Wageningen University, University of Sydney, Curtin University dan Monash University. Sedangkan Moch Fajar sudah mendapat LoA dari Curtin University.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Motivasi & Tantangan Lamar Beasiswa Kuliah ke LN

Saat diwawancara detikEdu, Farhan Agus Ferdiansyah yang mengatakan ayahnya bangkrut sejak dirinya SD, membuatnya terdorong untuk mencari beasiswa sekolah hingga berlabuh di SMAU CT Arsa Sukoharjo. Karena prestasi akademiknya yang bagus, dirinya ditawari guru dan pihak sekolah untuk mengikuti seleksi BIM.

"Supaya bisa dilirik ya pelajaran dasar di sekolah harus bagus. Sejak kelas 10 ikut tim OSN (Olimpiade Sains Nasional) Matematika, ikut lomba-lomba sampingan lain," tutur Farhan saat diwawancara detikEdu beberapa waktu lalu, ditulis Selasa (9/4/2024).

ADVERTISEMENT

Farhan merasa kesulitan yang dialami saat melamar beasiswa BIM tidak ada yang signifikan. Kesulitan yang dirasakan adalah untuk melamar ke universitas di luar negeri.

"Pas mendaftar di universitas luar negeri sulit. Kayak memenuhi persyaratannya untuk masuk ke universitasnya. Menulis esainya," papar Farhan.

Sedangkan Moch Fajar, yang sudah mendapat LoA dari Curtin University, awalnya hanya berambisi ikut OSN Astronomi dengan target sampai provinsi. Namun malah melaju hingga OSN tingkat nasional dengan medali perunggu.

Fajar lantas ditawari sekolah melamar ke kampus luar negeri dengan BIM. Tantangan yang dihadapi Fajar, kemampuan bahasa Inggrisnya yang masih minim.

"Saat itu seleksi wawancara pakai bahasa Inggris. Bahasa Inggrisnya sangat kurang karena familiar baru saat SMA paham membaca dan mendengar. Tahap yang sangat sulit untuk melewati wawancara," tutur Fajar.

Pihak sekolah tak tinggal diam, salah satu guru bahasa Inggrisnya, Pak Randy meluangkan waktu untuk melatihnya melancarkan bahasa Inggris. Fajar pun makin tekun belajar bahasa Inggris melalui YouTube dan mencari materi dari internet. Hingga tibalah hari wawancara, dan Fajar bisa melalui tahapan ini dengan bahasa Inggrisnya yang jauh lebih lancar.

Sedangkan Muhammad Satriyo Wening, mengatakan motivasi melamar kuliah ke luar negeri dengan BIM karena ingin melihat dunia yang lebih luas yang sudah ditontonnya dari film-film sejak kecil. Wening proaktif dengan menggali banyak informasi, terutama untuk kampus di Belanda.

"Saya lebih mempersiapkan ke Belanda. Saya tanya-tanya banyak di sana. Cari tahu di Youtube channel," tutur Wening yang diterima di 1 kampus Belanda dan 3 kampus Australia ini.

Tantangan yang dihadapinya, adalah meraih skor IELTS (International English Language Testing System) yang memenuhi syarat. Wening sampai menjalani 2 kali tes IELTS.

"Proses seleksi universitas di IELTS. Saya melakukan 2 kali tes IELTS. Karena masih ada nilai di bawah standar. Yang kedua lulus. Selain itu nggak ada kesulitan yang signifikan," tuturnya.

Rahasia Belajar

Ketiga siswa SMAU CT Arsa Sukoharjo itu juga mengungkap rahasia belajar mereka. Fajar misalnya, mengatakan rahasia belajarnya adalah fokus dan konsisten.

"Tiga bulan nggak memikirkan materi lain, dan saya mempelajari tiap bab-sub bab, push materi, pelajari semua materinya. Dua minggu drill soal. Text book menjadi source yang sangat membantu bagi saya," tutur Fajar yang fokus ke jurusan kuliah fisika, teknik sipil dan teknik elektro.

Dan yang penting, imbuh Fajar, peran sekolah sangat vital dan mendukung siswanya untuk melamar beasiswa ke luar negeri ini.

"Sekolah harus support murid dulu. Ibarat kata sia-sia kalau ada siswa genius tapi sekolah nggak support muridnya," jelasnya.

Selain bahasa Inggris, Fajar bahkan mendorong diri sendiri untuk belajar programming seperti HTML, C++ dan Pyhton di saat luang. Fajar juga sedang belajar membuat karya tulis beberapa bulan terakhir ini dan mengikuti lomba esai dan karya tulis. Keterampilan ini, menurutnya akan sangat membantunya mengerjakan tugas kuliah hingga tesisnya.

Rencana Saat Kuliah

Saat sudah berkuliah di negara tujuan, Fajar sudah memiliki sederet rencana. Yang jelas dia tak mau menyiakan waktu dan kesempatan yang sudah diraihnya. Berbagai skill akan Fajar asah, menambah portofolio dengan berbagai kegiatan magang.

"Saya ingin menjadi bagian penting dalam universitas tersebut, ingin menjadi salah satu siswa yang bisa diangkat menjadi tutor. Saya ingin mengikuti kegiatan klub dengan insight-insight baru," tutur Fajar.

Sementara Wening, menargetkan untuk kuliah ditamatkan cukup 3 tahun saja.

"Selama 3 tahun, di tahun awal saya ingin mengenal lingkungannya dulu. Di Belanda kayak gimana, sistemnya gimana. Setelah mengenali lingkungan saya, saya mencoba sesuatu yang baru seperti internship. Di tahun ketiga saya ingin mengaplikasikannya di Indonesia," tutur Wening yang cenderung memilih kuliah di Wageningen University.

Sedangkan Farhan, akan lebih mematangkan materi tahun pertamanya di kampus, mencari kesempatan menjadi sukarelawan sambil mencari relasi di klub kegiatan kampus atau perhimpunan pelajar Indonesia di luar negeri.

Teruslah Bermimpi Setinggi Mungkin

Fajar menyampaikan pesannya kepada para siswa yang juga sedang berjuang di luar sana. "Kamu nggak salah kalau punya mimpi yang besar. Karena ketika kamu gagal untuk meraihnya, itu mimpi yang kamu tetapkan," katanya

"Ambisi itu penting. Jika kamu tidak memiliki ambisi, carilah ambisi tersebut. Kalau orang lain bisa, kenapa kamu nggak bisa," tambah Fajar.

Wening menambahkan bahwa ambisi itu dimulai dari mimpi. "Untuk menumbuhkan rasa (ambisi) itu dimulai dari mimpi. Karena dimulai dari mimpi, saya rasa seperti keinginan murni karena dari diri sendiri," kata Wening turut menyampaikan pesannya.

"Bakalan ikut aja sih. Lebih ngalir aja ikutin arahnya kemana. Tapi jangan terlalu terlena, tetep dilawan ketika itu nggak cocok," tutur Wening menutup wawancara dengan detikEdu.




(nwk/nwk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads