Dosen Departemen Kimia, Fakultas Sains dan Analitika (FSAD) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Sri Fatmawati memperoleh penghargaan bergengsi untuk para ilmuwan di tingkat internasional. Perempuan yang disapa sebagai Fatma ini dinyatakan sebagai pemenang di ajang Female Science Talents Intensive Tracks 2024.
Sebagai informasi, Female Science Talents Intensive Track adalah penghargaan yang diberikan yayasan asal Jerman, The Falling Walls Foundation untuk 20 perempuan berbakat lulusan doktor dari seluruh dunia dan dari berbagai disiplin ilmu.
Pada edisi penghargaan kali ini, Fatma berhasil menjadi satu-satunya perwakilan Indonesia di antara 20 pemenang dari 15 negara. Fatma juga menjadi ilmuwan perempuan pertama asal Indonesia yang memperoleh penghargaan tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Fatma mengatakan, penghargaan pemenang secara langsung akan diserahkan di Berlin, Jerman pada Mei mendatang. Dia menyebut penghargaan ini tak menitikberatkan pada satu topik riset saja, melainkan lebih menilai dedikasi para ilmuwan di bidangnya secara umum.
Pada seleksi atas penghargaan ini, Fatma membawa konsentrasinya atas jamu, yang juga telah digelutinya selama 22 tahun. Peraih lebih dari 30 penghargaan dan anugerah itu mengaku, melalui riset jamu dia menemukan banyak fakta menarik yang membantah stigma bahwa jamu sekadar minuman tradisional yang kuno.
Fatma menjelaskan, dalam riset yang termasuk dalam topik kimia bahan alam itu dipelajari berbagai hal mengenai peningkatan kualitas bahan, bioaktivitas teknologi pembuatan jamu, pemberdayaan sumber daya petani, sampai kolaborasi industri.
Kembangkan Jamu Produk Unggulan
Salah satu produk jamu yang dia kembangkan adalah MeniTemu yang merupakan produk unggulan ITS Djamoe. MeniTemu adalah gabungan antara tanaman meniran dan temulawak. Kandungan filantin dan xantorizol dari kedua tanaman ini mampu meningkatkan imunitas tubuh dan menjaga fungsi hati.
"Selain MeniTemu, masih banyak produk jamu dengan bahan lainnya juga yang kami riset," ujarnya, dikutip dari rilis laman ITS pada Rabu (3/4/2024).
Meski begitu, Fatma juga mengungkap ada berbagai tantangan yang dihadapi, termasuk infrastruktur fundamental riset yang masih belum memadai. Namun, dengan tekad dan dukungan berbagai pihak, risetnya bisa terus berlanjut dan menghasilkan berbagai terobosan baru.
"Termasuk bantuan dari ITS lewat Direktorat Riset dan Pengabdian kepada Masyarakat (DRPM) ITS," ujarnya.
Perempuan yang pernah dinobatkan sebagai salah satu peneliti wanita terbaik di dunia pada 2016 ini ke depannya berharap riset jamu terus berkembang dengan teknologi lebih maju dan bermanfaat lebih luas bagi masyarakat. Dia menilai, jamu tidak sekadar warisan, tetapi juga fakta ilmiah yang bisa dibuktikan.
"Semoga lewat penghargaan ini akan menjadi batu loncatan yang signifikan bagi perluasan riset jamu dan tanaman herbal Indonesia," pungkasnya.
(nah/nwy)