Kesetiaan Satria Puluhan Tahun Tekuni Usaha Jual-Beli Jam Tangan

Kota Cirebon

Kesetiaan Satria Puluhan Tahun Tekuni Usaha Jual-Beli Jam Tangan

Fahmi Labibinajib - detikJabar
Kamis, 03 Okt 2024 06:00 WIB
Satria di lapak reparasi dan jual beli jam tangan miliknya
Satria di lapak reparasi dan jual beli jam tangan miliknya. (Foto: Fahmi Labibinajib/detikJabar)
Cirebon -

Sudah puluhan tahun Satria membuka lapak reparasi dan jual beli jam tangan. Setiap hari, pria atau akrab dipanggil Pak Tio itu mangkal di depan emperan toko Jalan Karanggetas, Kota Cirebon. Satria yang kini sudah berusia 61 tahun mengatakan usahanya tersebut telah dijalankan keluarganya selama beberapa generasi.

Satria mengingat, pertama kali ia menekuni usaha ini tahun 70-an. Kala itu, saat masih muda, Satria membuka usaha reparasi jam di Jakarta selama satu tahun. Keahlian dalam membetulkan jam, Satria dapatkan dari orang tuanya.

"Sudah lama, dari muda, ada sekitar empat puluh tahunan, mulai buka jasa reparasi jam tahun 1978 buka pertama kali di Jakarta, setelah setahun baru pindah ke Cirebon. Belajarnya dari orang tua, yang sudah turun temurun jualan jam tangan," tutur Satria, Selasa (2/10/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ada banyak jenis jam tangan yang dijual Satria. Tampak, beberapa jam tangan dengan berbagai macam merek terpampang di bagian depan etalase lemari Satria. Menurutnya, jam tersebut memiliki harga yang bervariasi dari mulai ratusan ribu hingga jutaan rupiah.

"Ini kebanyakan barang-barang original, harga kisaran sampai satu juta sampai dua juta (rupiah), kan barunya saja bisa sampai sebelas juta. Ini kebanyakan dapatnya dari orang-orang tua dahulu yang jual jamnya," tutur Satria.

ADVERTISEMENT

Menurut Satria, meski cukup sulit, dibutuhkan ketelitian untuk membedakan sebuah jam original atau tidak. "Nah kalau itu harus dipelajari lama, nggak bisa cuman spontan mempelajarinya, kalau jam tuh lebih rumit, tidak seperti nyari perbedaan uang kertas asli atau palsu. Jam mah lebih riskan. Tapi kalau sudah paham gampang, cuma melihat saja sudah tahu itu jam ori atau tidak," tutur Satria.

Seringkali lapaknya tiba-tiba mendapatkan pembeli yang sangat menyukai dan memahami barang antik khususnya jam. Ketika itu, jam yang dijual Satria dihargai sampai Rp 5 juta. "Minimal bagi orang ngerti motif jam kuno itu banyak yang minat, sampai satu jam ditawar tiga juta sampai lima juta rupiah, tapi itu jarang. Biasanya jam-jam langka yang dibeli, yang sudah tidak dibuat lagi," tutur Satria.

Selama puluhan tahun menekuni profesi tukang reparasi dan jual beli jam, ada banyak suka duka yang telah Satria alami. Menurutnya, ada banyak faktor yang menyebabkan jam tangan mulai ditinggalkan orang, salah satunya hadirnya gawai yang sudah menyediakan fitur jam digital.

"Yah perbedaanya jauh, dulu mah perputaran jual beli jam lumayan bagus. Kalau sekarang banyak hp dan banyak persaingan jadi sulit. Dulu saya bisa belanja jam tiga kali dalam satu bulan, itu sekitar tahun 1989-an, sekarang boro-boro, setahun juga kadang nggak pernah belanja, karena nggak ada yang beli sih," tutur Satria.

Untuk penghasilannya sendiri, dahulu, Satria bisa mendapatkan penghasilan jutaan rupiah. Namun, sekarang hanya puluhan ribu saja per hari. "Dulu bisa sampai jutaan sehari, tapi sekarang ibaratnya nggak menentu, sehari paling dapat Rp 25.000 sampai Rp 50.000. Kalau ada jamnya yang laku baru dapat gede, tapi jarang kebanyakan cuman servis atau ganti baterai," tutur Satria.

Satria mengenang, saat jam tangan masih diminati masyarakat, ia sampai memiliki beberapa reseller atau pengedar yang bertugas untuk menjual jam tangan miliknya. "Saya pelanggannya banyak, sampai punya enam pengedarnya. Sistemnya pengedar jual jam terus sorenya setor. Tapi sekarang mah susah," tutur Satria.

Meski sudah tidak seramai dulu, Satria masih tetap setia menekuni profesinya. Bagi Satria, di umur yang sudah tidak lagi muda, tidak ada pilihan profesi lain untuk mencari rezeki, selain bertahan menjadi tukang reparasi dan jual beli jam tangan.

"Yah pengen hidup, mau usaha apalagi, usaha lain belum tentu paham. Ini kan prosesnya sudah panjang. Anaknya tiga sudah gede semua, sudah pada punya cucu juga," tutur Satria.

(iqk/iqk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads