Menjalankan ibadah puasa di luar negeri memberi sensasi tersendiri bagi warga Indonesia. Seperti yang dirasakan oleh mahasiswa tanah air yang sedang menempuh studi di Hungaria.
Mereka adalah Riau Marhadi dan Cifebrima Suyastri. Pasangan suami istri ini menceritakan pengalamannya saat berpuasa di Budapest, Hungaria.
Marhadi merupakan dosen di Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Riau yang sedang menempuh program Doktoral di Economic and Regional Sciences Hungarian University of Agriculture and Life Sciences. Sedangkan sang istri adalah mahasiswa Pendidikan S3 di Hubungan Internasional Eotvos lorand University Budapest.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kota Budapest termasuk wilayah yang mempunyai populasi Muslim cukup banyak yakni sekitar 5.000-10.000 orang. Sebagian Muslim di sana berasal dari Turki, Suriah, Irak, Iran hingga negara di Afrika Utara.
Adapun jumlah warga Indonesia yang tinggal di kota ini sekitar 1.300 orang, yang didominasi oleh pelajar dan mahasiswa. Walaupun di sana Muslim merupakan minoritas, tetapi tak ada batasan bagi mereka melakukan berbagai aktivitas.
Riau dan Cifebrima bercerita bahwa mereka dan mahasiswa Indonesia lainnya sering mengadakan family gathering di Budapest. Pasangan ini pun kerap membawa kedua anaknya dalam berkegiatan.
Puasa di Tengah Pergantian Musim
Bukan kali pertama, berpuasa di Hungaria sudah menjadi tahun ke-2 bagi Marhadi dan keluarga. Pada tahun ini, mereka harus menjalankan ibadah puasa di tengah suasana pergantian musim dingin dan musim semi.
Suasana tersebut membawa Marhadi dapat menjalankan puasa dengan lebih nyaman. Pergantian kedua musim ini menjadikan cuaca lebih sejuk karena banyaknya angin.
Tak jauh dengan Indonesia, durasi berpuasa di Hungaria yakni selama 13 jam. Dalam menjalankan ibadah Ramadan lainnya seperti tarawih, mahasiswa Muslim di sana tidak khawatir karena ada enam buah masjid yang bisa dijumpai di Budapest.
Layaknya di masjid Indonesia, masjid di Budapest juga menyediakan 'iftar jama'i' atau buka puasa bersama. Biasanya setiap masjid menyediakan 50-100 porsi makanan untuk jamaah yang datang.
Marhadi mengaku terkesan atas kebaikan dari Muslim yang berasal dari Arab dan Turki. Mereka berbondong-bondong memberikan donasi untuk berbagai kegiatan keagamaan di Budapest misalnya menyewa ruko hingga menyediakan menu buka puasa.
Sejarah Penduduk Muslim di Hungaria
Selain bercerita soal suasana Ramadan di Hungaria, Marhadi juga menjelaskan sejarah singkat Muslim di sana. Islam di Hungaria telah ada sejak suku-suku setempat menetap di Lembah Carpathian.
Faktor lainnya yang membawa Islam masuk ke Hungaria adalah pendudukan Utsmaniyah yang berjaya selama 150 tahun. Oleh karena itu, mayoritas Muslim di Hungaria adalah warga dari Arab dan Turki.
Kebebasan dari pemerintah setempat menjadikan banyak organisasi Islam yang berdiri di Hungaria. Salah satu organisasi terbesarnya adalah 'Organisasi Muslim di Hungaria'.
Hal tersebut membuat Muslim di Hungaria dapat menemukan banyak kegiatan keagamaan di Budapest. Contohnya ceramah, kelas pengajian, dan acara sosial lainnya.
Dalam mencari makanan, warga Muslim di Budapest juga tak kesusahan. Banyak toko makanan dan restoran yang menyediakan makanan halal.
(cyu/faz)