Beberapa waktu lalu calon presiden (capres) Prabowo Subianto mengklaim bahwa rumput laut bisa dijadikan BBM. Klaim ini disampaikan dalam acara "Dialog Capres Bersama KADIN: Menuju Indonesia Emas 2045", yang diselenggarakan oleh salah satu stasiun televisi.
Dalam acara tersebut, Prabowo merespons pertanyaan moderator tentang pengembangan komoditas pada masa depan.
"Rumput laut itu bisa kita pakai sebagai gantinya pupuk. Rumput laut bisa kita jadikan BBM. Luar biasa rumput laut. Dan industrinya juga enggak mahal," ujarnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lantas benarkah rumput laut bisa jadi bahan bakar?
Potensi Biomassa pada Rumput Laut
Direktur Ilmiah Teknik dan Teknologi, Institut Groningen Belanda, Prof Dr Ir Pahlawan Jan (HJ) Heeres, pernah membahas potensi rumput laut untuk dijadikan sebagai biomassa yakni bahan alami yang dapat digunakan sebagai sumber tenaga bahan bakar dan dimanfaatkan sebagai bahan bangunan, pakan ternak, dan lain-lain.
Dalam acara Bioengineering Festival (BE Fest) di Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati, Institut Teknologi Bandung (SITH ITB), pada November 2023 lalu, Prof. Heeres memaparkan materi tentang "Biomass Valorization to Produce Bioproducts".
Menurutnya, penggunaan bahan dari tanaman diperlukan agar tidak bergantung pada bahan bakar fosil sebagai sumber energi dan material
Tentang potensi biomassa, ia menyebut bahwa rumput laut merah (Eucheuma cottonii), sebagai sumber daya yang dapat diandalkan untuk memproduksi bahan kimia berbasis bio.
"Rumput laut merah mengandung senyawa carrageenan dan agarose," ujar Prof. Heeres, dikutip dari laman resmi ITB.
Rumput laut merah merupakan biomassa generasi ketiga atau biomassa yang bukan bahan pangan. Organisme ini mampu tumbuh di berbagai lingkungan, termasuk air tawar, air asin, dan air limbah perkotaan.
Pertumbuhan rumput laut merah relatif cepat dan dapat dipanen dalam waktu enam pekan. Kandungan karbohidratnya pun tinggi mencapai 84 persen. Selain itu, tidak ada kandungan lignin pada rumput laut merah sehingga membuatnya mudah diuraikan.
Senyawa agarose dalam rumput laut merah, memiliki kemampuan membentuk gel banyak digunakan dalam teknik pemisahan biomolekul seperti elektroforesis.
Produk yang Bisa Mengurangi Jejak Industri Kimia di Lingkungan
Melalui konsep "Biomass to Biobased Chemicals", Prof Heeres mengubah biomassa, khususnya rumput laut merah, menjadi bahan kimia berbasis bio.
Melalui pendekatan model kinetik galaktosa (GAL) dan 3,6-anhidro-D-galaktosa (D-AHG), rumput laut merah dapat diolah menjadi senyawa kimia esensial seperti 5-Hidroksimetilfurfural (HMF) dan asam levulinat (LA).
Kedua senyawa ini memiliki potensi besar sebagai bahan baku untuk plastik, bahan bakar, atau pelarut. Hal ini membuktikan bahwa biomassa dapat menjadi pendorong utama dalam produksi bahan kimia berkelanjutan.
"Kunci utama memaksimalkan potensi konversi biomassa ini adalah dengan menentukan model kinetik yang tepat dan merancang reaktor yang optimal. Dengan menggali pengetahuan lebih dalam terkait kinetika reaksi dan kondisi operasional reaktor, harapannya yield produk dapat meningkat," papar Prof Heeres.
Ke depan, wawasan tentang penelitian dan inovasi di bidang kimia hijau dapat membawa perubahan positif bagi masa depan industri.
Di sisi lain, rumput laut merah yang diubah menjadi bahan kimia berbasis bio pun mendukung pengembangan sumber daya terbarukan dan mengurangi jejak industri kimia di lingkungan.
(faz/nwk)