Perkembangan zaman dan teknologi menciptakan sebuah tantangan baru bagi setiap kalangan. Termasuk di ranah pendidikan baik perguruan tinggi, sekolah, orang tua, guru, dan tentu saja mahasiswa serta remaja siswa SMA/sederajat yang tergabung dalam generasi Z.
Sekretaris Institut IPB University, Prof Agus Purwito menjelaskan generasi Z adalah generasi yang aktif secara digital. Sehingga interaksi sosial mereka terlalu sering berada di dunia maya dibandingkan lingkungan keluarga.
Hal ini menyebabkan timbulnya tantangan baru untuk membuat sebuah aturan yang menjamin mutu pendidikan. Tak hanya itu, sekolah memiliki peran tambahan yang sangat penting dalam pembentukan karakter generasi Z yang terkenal sangat fleksibel.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ciri khas generasi Z mencakup kemandirian, toleransi, dan individualisme, karena interaksi sosial mereka lebih sering terjadi secara online daripada di lingkungan keluarga. Mereka menunjukkan perhatian terhadap prestasi akademik, sehingga peran sekolah menjadi sangat penting dalam membentuk karakter mereka," ungkapnya dikutip di laman resmi IPB University, Selasa (9/1/2024).
Guru BK Hadapi Tingkat Stres yang Lebih Tinggi
Dengan digitalisasi yang ada di tangan, dr Elvine Gunawan SpKJ, psikiater sekaligus founder Mental Hub Indonesia menjelaskan generasi ini harus mendapat perhatian lebih. Terlebih mereka kerap memperlihatkan ketidakpedulian terhadap sebuah proses.
Terutama dalam konteks kesejahteraan mental. Sehingga, ketika menemukan jalan buntu, gen z dengan informasi yang didapatnya secara mandiri melalui platform online menerapkan solusi tanpa memperhitungkan kemungkinan lebih lanjut.
Hal inilah yang harus diperhatikan pendidik, terutama Guru Bimbingan Konseling (BK) di sekolah. dr Elvine menjelaskan guru BK masa kini berbeda dengan masa-masa sebelumnya.
Mereka menghadapi tingkat stres yang lebih tinggi lantaran tuntutan untuk menyediakan bimbingan yang sesuai dengan kebutuhan siswanya. Lebih lanjut, mengenai penyebab stres, dr Elvine menyatakan, 57% gen z mengalami stres karena trauma yang berhubungan dengan lingkungan dan isu sosial.
"Dengan fokus utama pada dinamika keluarga sebagai karakter sulit yang seringkali menjadi permasalahan," tambahnya.
Tips yang Bisa Dilakukan Guru BK
Lalu ketika menghadapi gen z dengan berbagai karakter yang sulit dimengerti, apa yang harus dilakukan? dr Elvine menjelaskan lebih baik konseling berfokus pada isu pengalaman masa kanak-kanak siswa.
Dengan mengetahui hal tersebut, guru BK bisa mengetahui apakah siswanya telah mencapai perkembangan yang sehat dalam dirinya atau menghadapi hambatan. Hasil ini juga bisa digunakan untuk penentu regulasi konseling nantinya.
Ia menekankan, isu pengalaman masa kanak-akan perlu menjadi kunci. Termasuk dengan pemberian nilai-nilai yang baik sehingga kehidupan siswa bisa dibimbing kembali.
"Oleh karena itu, pemahaman mendalam terhadap isu-isu ini menjadi kunci, termasuk pembelajaran nilai-nilai gentleman yang dapat membimbing perjalanan kehidupan mereka," tuturnya.
Itulah saran yang bisa dilakukan guru BK dari dr Elvine. Semoga informasi ini membantu ya detikers!
(det/nwy)