Pernahkah detikers menangis ketika membaca sebuah novel atau buku cerita fiksi yang bertema sedih? Fenomena tersebut adalah hal yang wajar terjadi, ketika seseorang dihadapkan dengan sesuatu yang bersifat emosional.
Menurut studi dari Affective Science tahun 2021 dalam Psychology Today, menunjukkan bahwa membaca buku fiksi dapat mempengaruhi kemampuan emosional seseorang. Terutama jika terdapat adegan intens, maka hal itu dapat meningkatkan diri dalam memproses emosi, seperti sikap empati.
Ditinjau dari aspek sejarahnya, sejak dulu hidup manusia sudah berhubungan dengan berbagai bentuk cerita. Bukti manusia pertama kali mengenal dan mengetahui cerita adalah ditemukannya gambar dalam gua prasejarah yang mengisahkan kehidupan manusia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bukti tersebut diketahui sudah ada sejak 40.000 tahun lalu dan berisikan cerita kehidupan manusia yang dikemas dalam bentuk gambar serta artefak. Cerita yang berkembang pada masa prasejarah ini memiliki fungsi sebagai cara untuk mewariskan sejarah antargenerasi mengenai nilai moral dan tradisi mereka.
Melalui cerita-cerita yang prasejarah tersebut, manusia generasi sekarang dapat mengetahui banyak hal tentang masa lampau dan berbagai hal yang diwariskan, seperti warisan budaya, agama, dan kehidupan.
Terapi Membaca Buku
Dalam hal ini, sebuah cerita dapat digunakan untuk menjadi alat terapi dalam menjaga kesehatan mental. Proses terapeutik bergantung pada sebuah cerita atau dongeng yang dijadikan sebagai media penyembuhan.
Proses terapi tersebut dilakukan dengan cara pasien berbagi cerita atau narasi mengenai perasaannya, seperti rasa trauma, sakit, kehilangan, atau ketakutan. Dengan begitu, mereka akan merasa lebih terbuka dan mendorong rasa empati.
Untuk melakukan terapi dari membaca buku atau biblioterapi ini dapat dilakukan dengan dua cara. Cara pertama yaitu melalui interaksi individu dengan teks bacaan buku itu sendiri. Lalu cara kedua adalah dengan melalui diskusi bermakna yang membahas mengenai tema bacaan, pengembangan karakter, dan aspek emosional.
Biblioterapi membantu seseorang untuk mencari dan menemukan jati dirinya melalui identifikasi karakter tokoh dalam sebuah cerita. Sebagai contoh, ketika terdapat tokoh protagonis yang mengalami konflik dalam cerita dan berusaha mendapatkan resolusi, maka hal itu juga mempengaruhi diri pembaca.
Pembaca yang ikut merasakan perjalanan tokoh dalam cerita akan mulai merenungkan jalan hidupnya sendiri, seakan-akan juga ikut mengalami apa yang dialami tokoh. Kondisi tersebut yang kemudian mempengaruhi emosional pembaca dan berujung pada kesehatan mentalnya.
Bibliotherapy bagi Kesehatan Mental
Sebuah studi dalam Creativity Research Journal oleh Djikic tahun 2009, dijelaskan bahwa membaca cerita fiksi terbukti mampu membuka pikiran pembaca untuk melihat ciri-ciri atau karakter pribadi melalui cara yang lebih fleksibel. Melalui terapi membaca cerita fiksi, seseorang dapat lebih memiliki ruang untuk tumbuh dan berkembang.
Para peneliti dalam studi Journal Clin Psikol oleh Hazlett Steven dan rekannya tahun 2017, menemukan bahwa buku dapat menjadi cara yang lebih baik untuk menjaga kesehatan mental. Melalui biblioterapi, setiap orang dapat memiliki peluang untuk mengurangi depresi, gangguan makan, membantu anak-anak mengatasi kecemasan, agresi, dan mengurangi stres pada mahasiswa.
Aktivitas membaca memberikan kemampuan untuk menyembuhkan dan mendorong perkembangan diri. Buku bertindak sebagai cermin yang menunjukkan jati diri sendiri dan membuka pikiran mengenai apa yang terjadi dalam diri, baik secara nyata atau imajinasi.
Apabila seseorang terus menerus melakukan terapi membaca buku ini, maka proses penyembuhan mental akan terus berlanjut. Pembaca yang rutin membaca buku fiksi diketahui memiliki teori pikiran yang kuat, kemampuan mentalitas pikiran, perasaan, dan peningkatan kesadaran diri, sebagaimana dijelaskan dalam studi tahun 2013 oleh Kidd dan rekannya.
Hal serupa juga dijelaskan dalam studi Brain Connectivity oleh Berns dan rekannya tahun 2013, di mana orang yang rutin membaca memiliki peningkatan konektivitas otak terutama pada bagian kemampuan bahasa.
Dengan demikian biblioterapi berperan dalam menjaga kesehatan mental seseorang. Apakah detikers tertarik mencobanya?
(pal/pal)