Akademisi Psikologi UI Bagi Strategi untuk Generasi Sandwich Jalankan Perannya

ADVERTISEMENT

Akademisi Psikologi UI Bagi Strategi untuk Generasi Sandwich Jalankan Perannya

Novia Aisyah - detikEdu
Jumat, 05 Jan 2024 16:00 WIB
Sandwich Generation. Vector illustration
Foto: dok. istock/ilustrasi sandwich generation
Jakarta -

Detikers tentunya kerap mendengar istilah generasi sandwich. Ada tiga jenis di antaranya yaitu traditional sandwich generation, club sandwich generation, dan open faced sandwich generation.

Traditional sandwich generation adalah mereka yang menanggung beban hidup orang tua, pasangan, dan anaknya. Kemudian ada club sandwich generation yang dikutip dari CNBC Indonesia, merupakan mereka yang menanggung beban keuangan keluarga di atas orang tuanya, yakni kakek dan neneknya. Bukan tidak mungkin kategori kedua ini juga menanggung biaya para cucu.

Terakhir ada open face sandwich generation yang terdiri dari mereka yang sudah berkeluarga, tetapi belum punya anak. Meski demikian mereka harus menanggung beban orang tuanya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Dosen Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (UI), Lathifah Hanum peran generasi sandwich tidak mudah lantaran perlu mempertimbangkan perbedaan dua generasi.

"Merawat anak-anak dan remaja tentu berbeda dengan merawat lansia. Anak-anak dan remaja memerlukan arahan dari orang tua untuk mengembangkan dan mendewasakan diri, sementara lansia memerlukan pendampingan dalam menjalani aktivitas harian," ujar Lathifah, dikutip dari situs resmi UI.

ADVERTISEMENT

Menurutnya, situasi generasi sandwich bisa bertambah kompleks jika lansia yang dirawat mempunyai kondisi kesehatan yang memprihatinkan.

Strategi Menurut Pakar

Lathifah menilai, untuk bisa menjalankan peran sebagai generasi sandwich, maka individu harus mempunyai persiapan matang. Sumber keuangan mereka perlu stabil dan cukup.

Lathifah menegaskan untuk menjadi generasi sandwich, kebutuhan keluarga inti harus dipastikan sudah terpenuhi sebelum memutuskan untuk berkontribusi terhadap kebutuhan keluarga besar. Individunya juga harus mempersiapkan mental dalam menjalani peran tersebut, khususnya dalam menyesuaikan harapan di berbagai situasi.

Sisi lain yang perlu diperhatikan generasi sandwich adalah kualitas relasi dengan orang tua ataupun anak. Kedua belah pihak haruslah dapat melakukan komunikasi secara terbuka dan mendiskusikan berbagai kendala supaya setiap generasi punya kesempatan dalam menyelesaikan masalah.

Menurut Lathifah, hubungan antargenerasi sebetulnya punya banyak manfaat. Sejumlah penelitian menyebut setiap generasi punya kontribusi terhadap urusan rumah tangga, misalnya orang tua di rumah dapat membantu mengawasi anak-anak. Beberapa studi di Asia Timur memperlihatkan generasi sandwich lebih memilih menitipkan anak-anak mereka kepada orang tuanya agar memperoleh pendidikan yang baik, khususnya tentang nilai-nilai dan budaya dalam keluarga.

Pada penelitian lain di Eropa dan Asia Tenggara ditunjukkan, generasi sandwich memperoleh bantuan utamanya segi finansial dari orang tua. Timbal baliknya, mereka menjadi pendamping orang tua dalam melakukan aktivitas sehari-hari.

Menurut Lathifah, hal tersebut menunjukkan generasi sandwich tidak akan mengalami hal buruk selama menjalankan perannya dengan penuh persiapan dan pengelolaan yang baik. Dia menggarisbawahi, justru dengan adanya komunikasi antara tiga generasi tersebut, maka akan terjadi kedekatan keluarga dengan nilai-nilai kebaikan yang bisa diajarkan secara turun-temurun.




(nah/pal)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads