Gempa M 7,5 yang terjadi di Prefektur Ishikawa, Jepang berimbas pada 100-an mahasiswa Indonesia. Mereka pun kini dievakuasi ke shelter terdekat.
"Jadi di episentrum Ishikawa, lumayan banyak anggota PPI Jepang. Mereka untuk kerugian materiil dan immateriil nggak ada. Namun ada imbauan harus ke shelter atau unit-unit pengungsian terdekat, diwajibkan," jelas Ketua Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Jepang Fadlyansyah Farid saat dikonfirmasi detikEdu, Senin (1/1/2024).
Fadlyansyah menjelaskan, ada 100-an pelajar/mahasiswa Indonesia di Prefektur Ishikawa termasuk di Niigata dan Kanazawa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Fadlyansyah sendiri seorang mahasiswa doktoral Kedokteran di Hiroshima University. Saat kejadian, dia sedang bertandang ke tempat kerabat di Nagoya, dan merasakan gempa dengan skala lebih kecil 4 M dengan getaran sekitar 1 menit.
"Saya dapat informasi terbaru belum reda sampai sekarang, nyaris 3 jam tsunami warning belum dicabut," jelas Fadlyansyah.
Di Jepang, ada penanda warna skala kedaruratan bencana mulai dari warna kuning, oranye hingga ungu. Warna ungu sendiri untuk wilayah yang tsunaminya 5 meter.
"Di Niigata setengah jam lalu mengabarkan permukaan laut udah naik 30 cm," ujar Fadlyansyah yang dihubungi hari ini pukul 17.40 WIB.
Para mahasiswa Indonesia, saat ini sedang dievakuasi ke shelter yang biasanya adalah sekolah-sekolah yang berada di pemukiman terdekat yang memang sudah disiapkan untuk menjadi penampungan bila ada bencana. Untuk logistik, Fadlyansyah masih menunggu update terbaru.
"Di shelter di sekjolah udah ada yang dijamin logistik. Namun teman-teman belum mengabarkan kondisi shelter yang mereka tempati, biasanya mereka di sekolah, kebanyakan sekolah terdekat menjadi shelter karena sudah lengkap untuk jadi shelter," jelas dia.
Namun ada pula yang kembali ke tempat tinggalnya untuk ambil logistik seperlunya. Namun mahasiswa yang kembali ini tetap dalam pantauan.
Koordinasi dengan KBRI Tokyo
Fadlyansyah juga mengimbau kepada segenap mahasiswa Indonesia, karena ini masih musim liburan, para mahasiswa bisa berkoordinasi dengan pengurus PPI di wilayahnya untuk mengabarkan kondisinya. PPI Jepang, juga sudah berkoordinasi dengan KBRI Tokyo.
"Kalau dari KBRI, Atase Pendidikan (Atdikbud) sama pelajar-pelajar di Indonesia ada grup masing-masing di daerah-daerah. Kalau ada suatu hal langsung dikabari ke Atdikbud cuma untuk koordinasi PPI Jepang Pusat," tuturnya.
Per pukul 18.05 WIB, Fadlyansyah memberikan update bahwa peringatan tsunami sudah dicabut. Sehingga yang mengungsi di shelter sudah bisa kembali pulang.
(nwk/nwk)