Kisah Yudha Gagal Beasiswa 118 Kali, S2 di Australia & Jadi Guru Inspiratif

ADVERTISEMENT

Kisah Yudha Gagal Beasiswa 118 Kali, S2 di Australia & Jadi Guru Inspiratif

Cicin Yulianti - detikEdu
Senin, 27 Nov 2023 13:00 WIB
Yudha, guru inspirtif yang pernah gagal daftar beasiswa 118 kali, akhirnya kuliah S2 di University of Wllongong
Yudha, guru inspirtif yang pernah gagal daftar beasiswa 118 kali, akhirnya kuliah S2 di University of Wllongong. Foto: LPDP Kemenkeu
Jakarta -

Gagal mendaftar beasiswa beberapa kali dapat membuat seseorang merasa sedih dan kecewa. Lantas, bagaimana jika kegagalan tersebut terjadi ratusan kali?

Masa-masa tertolak seleksi beasiswa itulah yang sempat dilalui Rahmat Putra Yudha, seorang guru di SMPN 13 Pontianak, Kalimantan Barat. Pria yang akrab disapa Yudha ini mengaku pernah gagal mendaftar beasiswa sebanyak 118 kali.

"Saya apply hampir seluruh beasiswa yang ada di dunia yang full scholarship, dan rata-rata saya jatuhnya di interview," tuturnya dikutip dari laman LPDP Kemenkeu, Senin (27/11/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun, kini Yudha telah membuktikan keberhasilannya berkuliah S2 lewat beasiswa LPDP di Wollongong University, Australia. Ia juga berkarier sebagai guru yang berprestasi dan inspiratif.

Sempat Jadi Tukang Parkir

Kisah pantang menyerah Yudha dalam mencoba beasiswa dilatarbelakangi mimpinya untuk kuliah di luar negeri. Baginya, hidup hanya satu kali sehingga harus berjuang untuk bisa meninggalkan legacy kepada generasi selanjutnya.

ADVERTISEMENT

Kegigihan Yudha salah satunya tampak saat ia masih mengenyam pendidikan SMA dan kuliah S1. Kala itu, untuk mencukupi hidup, ia bekerja sampingan sebagai tukang parkir.

Perjalanan mendaftar beasiswa ia coba mulai 2007, usai lulus S1. Selang dua tahun, ia menjadi guru dan diangkat sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS).

Banyak beasiswa yang telah ia coba daftar, tetapi berakhir gagal. Belajar dari banyaknya ketidakberhasilan selama wawancara, Yudha mengembangkan kemampuannya dalam berkomunikasi.

"Dari situlah saya gali kemampuan komunikasi dalam menyampaikan pendapat. Bahwa mungkin ada kekurangan saya di situ," tutur Yudha.

Pantang menyerah, Yudha meyakinkan pewawancara beasiswa bahwa jika gagal lagi, dirinya akan kembali mendaftar tahun depan. Tak sia-sia, akhirnya pada 2014, Yudha berhasil lolos beasiswa LPDP. Ia pun terbang ke Australia untuk menempuh studi Master of Education - Teaching English to Speakers of Other Languages (TESOL) di Wollongong University.

"Tidak masalah Pak, dan Bapak akan ketemu saya lagi untuk apply. Karena saya tidak mungkin menyerah. Pasti saya coba lagi," katanya saat itu.

Enggan menyia-nyiakan masa studi di luar, Yudha mengikuti pertukaran dosen ke Polandia saat libur kuliah. Di sana, ia juga membentuk Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) di Polandia.

Sederet Prestasi Yudha

Selama masa pandemi, Yudha berinisiatif membuat sebuah program virtual education bagi guru dan dosen. Program ini bertujuan untuk memberi pelatihan jarak jauh bagi para pengajar untuk dapat memaksimalkan pembelajaran.

"Kita berhasil membuat program melalui virtual. Kita latih segala macam platform pendidikan dalam PJJ dari pembuatan soal, media virtual, sampai ke animasi-animasi yang bisa dipelajari guru untuk membuat pembelajaran lebih menarik," jelas Yudha.

Lewat program ini, Yudha memberikan kesempatan bagi guru dan dosen untuk bisa mengakses Microsoft secara premium. Dengan begitu, mereka dapat membuat materi pembelajaran secara lebih maksimal lagi.

Untuk menyukseskan program ini, Yudha dan rekan-rekan menggandeng Universitas Sebelas Maret (UNS), Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) Kalimantan Barat, pemerintah daerah, Ikatan Guru LPDP, dan lainnya.

Atas program yang digagasnya itu, Yudha berhasil meraih penghargaan International Education Summit & Award (IESA). Tak berhenti di sana, Yudha kembali membentuk Penerbit Buku PGRI Provinsi Kalimantan Barat.

Berkat dedikasinya memajukan percetakan di daerah tersebut, ia meraih apresiasi Guru Inspiratif Kalimantan Barat oleh PGRI di tahun 2019. Selain itu, Yudha juga menjalankan sebuah tempat belajar bahasa Inggris yakni Yudha English Gallery.

"Hidup cuma sebentar dan saya perlu meninggalkan legacy kepada keturunan saya. Jadi saya perlu menjadi orang yang berbeda dan menjadi sumber karakter yang dapat mereka pelajari dan jadikan panutan," ungkap Yudha.

tag:

(cyu/twu)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads