Sejumlah sekolah di Kabupaten Malinau, Kalimantan Utara, memiliki nasib memprihatinkan. Setiap hari, ruang-ruang kelas di sekolah tersebut justru lengang. Jauh dari hiruk pikuk dan celoteh para siswa.
Fenomena ini lantas menjadi sorotan Litara Foundation. Berfokus pada literasi, Litara Foundation bertekad untuk meningkatkan tingkat literasi siswa di Malinau dengan Taman Baca Masyarakat (TBM).
Bermula dari kelas yang kosong, kini sekolah-sekolah di Malinau berhasil mencetak siswa berprestasi. Begini ceritanya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kelas Kosong dari Siswa
Edi Wahyu dari Litara Foundation menceritakan permasalahan yang kerap dialami di sekolah-sekolah Kabupaten Malinau. Kepada detikEdu, ia menuturkan jika kelas-kelas seringkali kosong saat waktu tertentu.
"Sering ditemukan kelas kosong pada masa-masa saat harusnya sekolah berlangsung. Ternyata sebagian dari anak-anak itu diajak orang tuanya untuk menggarap ladang," tutur Edi kepada detikEdu dikutip Minggu (19/11/2023).
Ia menjelaskan jika jarak antara ladang dengan rumah warga cukup jauh. Jarak yang membentang ini membuat siswa butuh waktu berbulan-bulan untuk kembali dari ladang.
"Karena ladangnya jauh sehingga mungkin butuh waktu 3 bulan atau kadang lebih sehingga kelas itu kosong," jelasnya.
Buat Taman Baca Masyarakat
Dari temuan ini, Litara Foundation berdiskusi dengan pegiat literasi di Kabupaten Malinau. Kemudian, tercetuslah ide untuk membuat TBM.
"Karena bagaimanapun waktu sekolah sebetulnya terbatas. Nah kemudian bagaimana mengisi hal yang lebih positif untuk anak-anak itu karena setelah selesai sekolah mereka paling main atau bahkan kemudian ikut ke ladang dari orang tuanya tadi terbentuklah ide untuk membentuk TBM," paparnya.
TBM yang didirikan Litara Foundation dan pegiat literasi setempat kemudian dipayungi oleh pemerintah daerah. TBM tersebut akhirnya bernama Ikatan Keluarga Baca Masyarakat (IKB) Malinau.
"Melalui kegiatan yang terkoordinasi ini kemudian kami bisa melakukan pendampingan bagaimana sebuah TBM itu dibuat sebagai kegiatan yang menyenangkan buat anak-anak," jelasnya.
TBM IKB tersebut diisi dengan buku bacaan anak. Diresmikan tahun 2018, TBM IKB masih berjalan hingga saat ini.
Kolaborasi dengan Sekolah Enuma
Pada tahun 2019, TBM IKB menjalin kerja sama dengan Sekolah Enuma, sebuah perusahaan di bidang teknologi pendidikan yang menawarkan games edukasi bagi siswa kelas awal. Sekolah Enuma menggunakan tablet dalam memberikan pelajaran matematika, bahasa Indonesia, dan bahasa Inggris.
"Selama ini kami menggunakan masih konvensional dengan buku dengan berbagai kegiatan untuk mengajak anak-anak bermain origami bermain ular tangga dan sebagainya. Jadi dengan adanya Sekolah Enuma kemudian menggunakan aplikasi yang ada di dalam tablet itu," jelas Edi.
Lahirkan Siswa Berprestasi
Lewat TBM yang menyediakan perangkat pembelajaran dari buku dan tablet, Edi mengakui jika banyak potensi siswa yang berhasil digali. Salah satunya, berasal dari siswa yang awalnya mengalami kesulitan belajar.
Ia menceritakan jika beberapa siswa merasa tidak percaya diri. Para pegiat literasi di TBM akhirnya membantu siswa-siswa tersebut dengan edukasi dan permainan.
"Pelan-pelan mereka mau mengekspresikan diri. Bahkan ada anak yang awalnya kesulitan bergaul, setahun kemudian dia malah mau tampil ikut tari, ikut lomba, dan dia jadi juara," ujarnya dengan bangga.
Tak hanya itu, ada pula siswa yang mengalami kesulitan bicara. Setelah dibantu dengan pendampingan dari TBM IKB Malinau, siswa itu akhirnya bisa berkomunikasi dan bergaul dengan siswa lain.
"Menjadi semacam terapi wicara," ungkap Edi.
(nir/pal)