Siswa SMP di Surabaya Sulap Limbah Bandeng Jadi Nugget Premium

Siswa SMP di Surabaya Sulap Limbah Bandeng Jadi Nugget Premium

Esti Widiyana - detikJatim
Minggu, 02 Mar 2025 13:17 WIB
Siswa di Surabaya bikin nugget premium dari limbah ikan bandeng
Siswa di Surabaya bikin nugget premium dari limbah ikan bandeng/Foto: Istimewa
Surabaya -

Limbah bandeng yang biasanya hanya berakhir di tempat sampah atau diberikan kepada hewan liar, kini diubah menjadi makanan premium yang lezat oleh siswa SMP Islam Al-Azhar (SMPIA) 13 Surabaya.

Melalui inovasi nugget dari limbah bandeng, kelompok siswa yang menamakan diri mereka Five Stars berhasil meraih medali emas (Gold Medal) dalam ajang ilmiah internasional, 5th Youth International Science Fair (YISF).

Kelompok Five Stars terdiri dari lima siswa berbakat, yakni Felio Altaf Prajatara, Muhammad Farzana Admawidya, Daekenzie Ar Rayyan Adityawarman, Richie Medina Tarwoto, dan Zivara Rahmalika Alyadeena Maricar Sahib.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Felio Altaf Prajatara mengungkapkan, ide awal inovasi ini muncul dari banyaknya limbah bandeng yang mereka temui di sekitar pasar.

"Ide ini berawal saat kami membantu ibu belanja ikan di pasar. Di sana ternyata kami banyak menemukan sisa tulang bandeng, sisik, dan organ lainnya. Ada beberapa pasar, dan kami melihat ini bisa dimanfaatkan," kata Felio, Minggu (2/3/2025).

ADVERTISEMENT

Limbah bandeng yang digunakan dalam pembuatan nugget ini terdiri dari sisik, tulang, dan organ dalam. Seluruh bahan tersebut dicuci bersih, dihaluskan, lalu dicampur dengan tepung porang dan berbagai bumbu seperti garam, gula, serta lada untuk menghasilkan nugget yang lezat.

Muhammad Farzana Admawidya menjelaskan, kandungan gizi dalam nugget semakin kaya setelah dipadukan dengan tepung suweg. Tim juga memastikan kualitas produknya dengan melakukan uji laboratorium.

Siswa di Surabaya bikin nugget premium dari limbah ikan bandengSiswa di Surabaya bikin nugget premium dari limbah ikan bandeng Foto: Istimewa

"Hasilnya, nugget ini memiliki kandungan gizi yang lengkap. Di antaranya, terdiri dari karbohidrat sebesar 24,02 persen, lemak 14,82 persen, dan protein 20,44 persen. Kadar kalsium yang ditemukan dalam nugget ini mencapai 10 mg. Hasil uji organoleptik menunjukkan skor rata-rata 8. Artinya, produk ini dinilai baik dan dapat diterima oleh masyarakat," kata Farzana.

Ia menambahkan, nugget dipilih sebagai bentuk olahan karena lebih disukai oleh anak-anak.

"Kalau konsumsi dalam bentuk nugget tentu akan lebih menarik dibanding yang masih berbentuk ikan. Khususnya untuk anak-anak. Apalagi, ini cukup aman apabila dibandingkan nugget di pasaran karena memiliki kandungan gizi yang lengkap dan tanpa zat kimia," jelasnya.

Richie Medina Tarwoto menambahkan, ke depannya, produk ini akan diusulkan sebagai varian menu dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG), agar siswa lebih tertarik mengonsumsinya.

"Apalagi nugget ini cukup sehat dengan rasa yang enak. Sehingga, ini juga cocok dengan program pemerintah untuk menyelesaikan stunting," ujar Richie.

Keberhasilan dalam menciptakan nugget dari limbah bandeng mengantarkan tim Five Stars meraih Gold Medal dalam 5th Youth International Science Fair (YISF). Selain itu, mereka juga mendapatkan penghargaan spesial dari Malaysia Young Scientists Organization (MYSO).

Daekenzie Ar Rayyan Adityawarman mengungkapkan, timnya membutuhkan waktu tiga bulan untuk meneliti dan mengembangkan produk sebelum dipresentasikan di ajang kompetisi internasional.

"Juri ternyata menyukai produk kami. Kami juga dapat predikat Special Award dari MYSO. Tentu ini menjadi kejutan bagi kami karena tim kami relatif baru terbentuk," katanya.

5th Youth International Science Fair (YISF) dan 7th Youth National Science Fair (YNSF) merupakan kompetisi ilmiah bergengsi yang diselenggarakan oleh Indonesian Young Scientist Association (IYSA) bekerja sama dengan Universitas Negeri Malang (UM). Ajang ini diikuti oleh 350 peserta dari 75 tim, baik dari sekolah dalam negeri maupun luar negeri.

"Pada YISF, peserta harus bisa meyakinkan juri melalui presentasi dengan menggunakan bahasa Inggris. Peserta ada yang datang dari Timur Tengah juga," pungkasnya.




(hil/iwd)


Hide Ads