Dosen UIN Beberkan Peluang Riset Manuskrip: Ada Kelebihan dan Kekurangan

ADVERTISEMENT

Dosen UIN Beberkan Peluang Riset Manuskrip: Ada Kelebihan dan Kekurangan

Nikita Rosa - detikEdu
Rabu, 08 Nov 2023 09:30 WIB
Manuskrip Galileo
Ilustrasi Manuskrip. (Foto: Livescience)
Jakarta - Benua Asia memiliki corak bahasa dan budaya yang kaya. Terlebih dalam naskah bernama manuskrip.

Menurut laman resmi Kemendikbud, manuskrip adalah naskah beserta segala informasi yang terkandung di dalamnya dan memiliki nilai budaya dan sejarah, seperti serat, babad, kitab, dan catatan lokal lainnya.

Oman Fathurrahman, seorang dosen dan profesor dalam bidang manuskrip dari UIN Syarif Hidayatullah mengungkapkan peluang riset dalam bidang manuskrip. Menurutnya, manuskrip di Indonesia memiliki kekuatan dan kelebihan salah satunya dalam hal budaya.

"Manuskrip di Indonesia memiliki kekuatan dan kelebihan seperti keragaman agama & budaya, memiliki pembaca aksara kuno beragam bahasa, manuskrip menjadi 10 obyek budaya bahkan mendapat dukungan regulasi, akses ke koleksi manuskrip semakin terbuka, adanya program studi yang memfasilitasi filologi, dan adanya komunitas dan asosiasi pernaskahan," ujarnya dalam laman Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dikutip Selasa (7/11/2023).

Kelebihan Riset Manuskrip

Lebih lanjut, Oman menurutkan jika manuskrip bisa memberikan inspirasi integrasi antara ilmu humaniora dengan ilmu lainnya. Ia mencontohkan manuskrip berbasis big data digital.

"Manuskrip menyelaraskan relasi agama dan budaya, memberi inspirasi pembangunan nasional berbasis kebudayaan, serta menjadi ingatan bersama dan kearifan lokal," jelasnya.

Manuskrip di Indonesia berpeluang menjadi center of excellence (pusat unggulan) kajian manuskrip nusantara.

Kekurangan Riset Manuskrip

Selain kelebihan, Oman juga membeberkan kelemahan budaya riset manuskrip Indonesia yakni belum ada peta manuskrip nusantara. Kemudian masih terbatasnya jumlah guru besar filologi, kesadaran manuskrip sumber inspirasi kebudayaan terbatas, database integrasi manuskrip belum ada, belum ada jurusan filologi di universitas, serta terbatasnya formasi tenaga ahli/pendidik di bidang ini.

Kemudian manuskrip juga bisa semakin rentan semakin rapuh, rusak, bahkan musnah. Generasi milenial dan generasi Z Indonesia dapat kehilangan jati dirinya sebagai bangsa religius yang multikultural apabila tidak ada yang menguasai manuskrip bangsanya.

Ia mengingatkan bahaya 'kiamat' manuskrip ini bisa juga ditandai dengan lahirnya budaya berpengetahuan instan.

"Hal tersebut diperparah dengan kebijakan tidak berorientasi pada pemajuan kebudayaan dan kemanusiaan, filolog dan pengkaji manuskrip semakin berkurang, hingga lahir konflik akibat ketegangan relasi agama dan budaya," tutupnya.


(nir/nwk)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads