Jika tersapu setelah digunakan, microbeads dapat berakhir di sungai, danau, dan lautan. Menurut Australian Government Department of Climate Change, Energy, the Environment and Water, microbeads bisa menyerap racun dan bisa berpindah ke rantai makanan laut.
Untuk mengurangi dampaknya, Prof Dewi Tristantini selaku Guru Besar Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FT UI) menciptakan sabun tanpa microbeads. Sabun berbahan Selulose Asetat dari Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) ini disebut lebih ramah lingkungan.
"Ini plastik microbeads benar-benar membantu eksfoliasi kulitmu. Tapi, di sini [laut] belum tentu," ujar Dewi kepada detikEdu dikutip Rabu (18/10/2023).
Gunakan Sampah Kelapa Sawit
Tanaman kelapa sawit umumnya diolah menjadi minyak goreng, produk kosmetik, hingga bahan pangan. Kendati demikian, Dewi menyoroti tandan kelapa sawit yang kerap menjadi 'sampah'.
Tandan-tandan ini akan dipisahkan dari bagian kelapa sawit yang lain. Dibiarkan tertumpuk di pinggir hutan.
"Nah gagangnya itu, numpuk di pinggir-pinggir hutan. Saya melihat itu, saya berpikir isinya ini apa, saya belajar isinya selulose," jelasnya.
Manfaatkan Tandan Kelapa Sawit Jadi Sabun
Selulose pada tandan kelapa ini, menurutnya, berbeda dengan microbeads yang bisa merusak lingkungan. Setelah diproses menjadi sabun, tandan kelapa bisa hancur dengan sempurna.
"Ini sudah saya teliti. Yang saya masukkan di sini dia terdegradasi sempurna di got, di laut. Jadi aman untuk lingkungan," jelasnya.
Menurutnya, sabun selulosa ini justru bagus jika dimakan oleh hewan. Kandungan fiber atau serat dalam sabun baik dikonsumsi oleh ikan.
"Efeknya ke badan lebih merata. Karena saya haluskan. Terus efeknya ke perairan lebih ramah Ke hewan lebih ramah," ujarnya.
Sabun yang berwarna oranye ini bisa dijual dengan harga yang cukup murah, yakni Rp 10-15 ribu. Saat ini, Dewi masih memproduksi sabun secara terbatas.
(nir/pal)