Supriyadi melahirkan inovasi berupa briket kompos ekonomi (Brikomek) berbasis screw press yang ramah lingkungan. Briket buatan Guru SMPN 30 Kota Malang itu dibuat dengan menggunakan sampah organik di sekitar sekolah tempatnya mengajar.
"Bahan untuk membuat briket ini salah satunya dari daun kering yang rontok di area sekolah, kemudian dikumpulkan dan diolah," kata Supriyadi kepada wartawan, Senin (9/12/2024).
Pembuatan brikomek per harinya membutuhkan sekitar empat kantong besar daun kering. Setelah itu, bahan dasar pembuatan arang briket akan diproses menjadi pupuk kompos.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pupuk kompos yang sudah disiapkan, kemudian dicampur dengan pupuk kompos serta beberapa bahan lain, seperti, tepung tapioka, arang tempurung kelapa, dan arang sekam.
"Tepung tapioka lima persen, arang tempurung kelapa 30 persen, arang sekam 50 persen, dan kompos daun kering 45 persen," ujar Supriyadi.
Ketika sudah terkumpul, semua bahan dicampur menjadi satu dalam sebuah wadah hingga menjadi adonan berwarna hitam. Setelahnya, baru dicetak sampai berbentuk tabung menggunakan alat pres khusus.
Alat cetak brikomek juga hasil kreativitas Supriyadi dengan mendaur ulang barang-barang tak terpakai, mulai dari garpu bagian dari rangka sepeda onthel dan pipa air.
Setelah arang dicetak, kemudian dilakukan tahap pengeringan di bawah terik matahari. Jika cuaca panas, prosesnya membutuhkan waktu tiga hari. Namun, ketika cuaca mendung, proses pengeringan bisa lebih dari 5 hari.
Pria berusia 50 tahun itu menyampaikan, brikomek yang sudah kering, tidak langsung digunakan, tetapi harus melalui uji kualitas. Caranya, dilemparkan ke dinding atau dijatuhkan ke ubin.
"Semakin keras dan tidak pecah, itu semakin bagus kualitasnya. Sudah dipakai memasak mie juga," kata Supriyadi.
Ia mengakui, dalam pembuatan briket ini, awalnya sudah melalui proses trial and error. Bahkan, untuk mendapatkan komposisi adonan yang pas, menjadi salah satu tantangan terberat.
Supriyadi menambahkan, inovasi ini bertujuan untuk mengenalkan dan memberikan pemahaman kepada anak didiknya tentang energi ramah lingkungan serta menumbuhkan kesadaran terkait upaya pelestarian lingkungan.
"Untuk mengatasi sebuah permasalahan itu tidak bisa hanya teori tetapi praktik. Kalau saya ini kan guru, sehingga upayanya dengan memberikan ilmu ke siswa," tandasnya.
Ngalam Mbois adalah rubrik spesial detikJatim yang mengupas seputar seluk-beluk, capaian, prestasi, dan kelokalan khas yang ada di Malang Raya. Ngalam Mbois tayang setiap hari Senin.
(hil/iwd)