5 Dampak yang Timbul Pasca Jepang Buang Limbah Nuklir ke Laut

ADVERTISEMENT

5 Dampak yang Timbul Pasca Jepang Buang Limbah Nuklir ke Laut

Devita Savitri - detikEdu
Selasa, 29 Agu 2023 18:00 WIB
This aerial view shows the Fukushima Daiichi nuclear power plant in Fukushima, northern Japan, Thursday, Aug. 24, 2023. The operator of the tsunami-wrecked Fukushima Daiichi nuclear power plant says it has begun releasing its first batch of treated radioactive water into the Pacific Ocean β€” a controversial step, but a milestone for Japan’s battle with the growing radioactive water stockpile.(Kyodo News via AP)
Foto: Kyodo News/AP Photo
Jakarta - Kabar Jepang buang limbah nuklir ke laut membuat heboh dunia hingga seminggu terakhir. Berbagai ilmuwan juga menyampaikan pendapat yang beragam terkait hal tersebut.

Beberapa di antaranya tak mempermasalahkan langkah Jepang karena air limbah yang dibuang sudah melalui proses pencairan. Sehingga aman untuk dilakukan dan tak akan merusak biota laut Samudera Pasifik.

Namun, ilmuwan lainnya juga memikirkan jangka panjang terkait kehidupan laut hingga manusia. Terlebih Jepang memperkirakan proses ini akan terus berlangsung hingga akhir Maret 2024.

Di balik perdebatan para ilmuwan, berbagai dampak yang timbul di daratan. Salah satunya adanya berbagai penolakan, kekhawatiran, hingga proses boikot terhadap produk Jepang yang bisa menyeret perekonomian.

Apa saja dampak tersebut? Berikut detikEdu rangkum dari berbagai sumber, Selasa (29/8/2023).

5 Dampak yang Timbul Pasca Jepang Buang Limbah Nuklir ke Laut

1. Kekhawatiran

Kekhawatiran timbul dari mereka yang memiliki hubungan erat dengan laut. Salah satunya adalah penyelam perempuan asal Korea Selatan, Kim Eun-ah.

Dikutip dari BBC, Eun-ah merasa tidak aman lagi untuk menyelam lagi padahal pekerjaannya menuntut untuk itu. Ia telah melakukan pekerjaan di Pulau Jeju selama enam tahun dan kini merasa tak aman.

"Kami menganggap diri kami sebagai bagian dari laut karena kami membenamkan diri ke dalam air dengan tubuh kami sendiri. Sekarang saya merasa tidak aman untuk menyelam," jelasnya.

Para nelayan di Jepang juga mengatakan mereka khawatir masalah reputasi yang rusak secara permanen sehingga memberikan dampak pada pekerjaan. Sebelumnya, Ketua Federasi Nasional Asosiasi Koperasi Perikanan Jepan, Masanobu Sakamoto menolak langkah pemerintahnya.

Sakamoto memahami bahwa pelepasan limbah nuklir dikatakan aman secara ilmiah, namun kekhawatiran terkait kerusakan biota laut tak bisa dihindarkan. Berdasarkan hal tersebut, Perdana Menteri (PM) Jepang Fumio Kishida akhirnya menemui Sakamoto dan menyatakan siap bertanggung jawab bila terjadi dampak yang menimpa industri perikanan.

2. Seruan untuk boikot

Salah satu negara yang keras melawan langkah Jepang adalah Tiongkok. Melalui media sosial Weibo, negaranya memberikan seruan boikot untuk tindakan Jepang yang berdampak pada produk-produknya.

Dikutip dari CNN Business disebutkan beberapa komentar menyatakan "Kita harus melarang semua produk Jepang" dan "Orang Jepang tidak bertanggung Jawab".

Dengan larangan produk dan makanan Jepang membuat industri perikanan negara tersebut terancam. Terlebih disebutkan bila Tiongkok adalah pasar ekspor makanan laut utama Jepang.

Ekonom senior di Moody's Analytics menjelaskan larangan Tiongkok terhadap semua impor pangan dari Jepang akan berdampak langsung terhadap PDB Jepang sekitar 0,04%.

Hal ini membuat Perdana Menteri Jepang, Fumio Kishida dengan tegas meminta agar Tiongkok segera membatalkan larangan tersebut. Namun nampaknya Tiongkok belum menanggapi hal ini.

Lebih lanjut Fei Xue analisis senior di Economist Intelligence Unit (EUI) Asia menyatakan konsekuensi terjauh adalah reputasi produk makanan Jepang akan rusak. Meski begitu ekspor Jepang tidak akan terganggu secara signifikan.

3. Warga Jepang Diintimidasi

Karena seruan untuk boikot yang besar berbagai dampak lain ikut tercipta. Salah satunya adalah beberapa warga Jepang mengalami pelecehan melalui panggilan telepon yang berasal dari Cina.

Hal ini mendorong Wakil Menteri Luar Negeri Jepang, Masata Okano memanggil duta besar Cina karena situasi ini dinilai "sangat disesalkan dan mengkhawatirkan".

Kementerian juga mendesak pemerintah Cina untuk mengambil semua tindakan yang mungkin dilakukan untuk menjamin keselamatan warga negara Jepang di Cina.

4. 'Perang' panjang Cina vs Jepang

Para ahli mengatakan kekuatan respons yang diberikan Cina terkait langkah Jepang mencerminkan sejarah panjang permusuhan antara dua negara raksasa di Asia ini. Keduanya dinilai memiliki hubungan yang kurang baik sejak Perang Dunia II terlebih masalah sengketa wilayah.

Ternyata, seruan untuk memboikot Jepang sering terjadi dan muncul setiap ada keluhan atau sengketa wilayah. Di tahun 2021, hubungan perdagangan keduanya merosot ke titik terendah ketika Jepang menasionalisasi sekelompok pulau di Laut Cina Timur.

Hal ini membuat pemerintah di Beijing mengeluarkan protes keras anti-Jepang di kota-kota Cina. Boikot ini lebih jauh berkembang menjadi serangan kekerasan terhadap pabrik-pabrik atau merek Jepang di Cina dari produsen mobil hingga peralatan rumah tangga.

5. Protes di Negara Lain

Tak hanya Cina, protes juga diungkapkan oleh pemerintah Kepulauan Solomon dan Fiji dikutip dari laman The Malaysian Reserve. Perdana Menteri Solomon, Manasseh Sogavare bahkan sampai menunda pemilu dan marah pada negara Barat untuk ikut menentang keputusan Jepang.

Ia menyebutkan langkah Jepang ini bisa berdampak pada masyarakat, laut, perekonomian dan mata pencaharian warga pesisir. Sedangkan di ibu kota Fiji, Suva terjadi protes demonstrasi, Jumat (25/8/2023) lalu waktu setempat.

Protes itu diikuti ratusan orang yang membawa plakat bertuliskan "Laut bebas nuklir!" dan "Kehidupan Pasifik Penting".

Itulah dampak yang terjadi hingga saat ini karena limbah nuklir yang dibuang Jepang ke laut. Semoga informasi ini bermanfaat bagimu ya detikers!




(nwy/nwy)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads