Kampus Mengajar merupakan bagian dari program Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (MBKM) yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek).
Sejauh ini, tercatat sudah sebanyak 91.000 mahasiswa dan 15.000 dosen mengikuti program dengan memberikan pengajaran kepada SD dan SMP di seluruh pelosok Indonesia.
Dalam acara Sosialisasi Program Kampus Mengajar Angkatan Keenam di Gedung Auditorium Kampus Tegalboto Universitas Jember, salah satu mahasiswa alumnus Kampus Mengajar 4, Muhammad Taruna Aji menceritakan bahwa ia memiliki banyak pengalaman berharga saat mengajar siswa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Bagi saya pengalaman berharga mengikuti program Kampus Mengajar Angkatan keempat adalah tersadar betapa beruntungnya saya bisa menuntut ilmu hingga bangku kuliah," ujar Aji dalam laman Unej, dikutip Selasa (23/5/2023).
Bertemu Siswa yang Berkelahi Pakai Golok
Menurutnya, salah satu pengalaman yang tak terlupakan selama ia mengajar di kelas adalah menemui siswa yang berkelahi menggunakan senjata tajam.
"Saya kaget ketika ada murid yang sengaja membawa senjata tajam di kelas. Dia memainkan golok tadi dengan gaya menantang. Ternyata peristiwa ini bukan yang terakhir, sebab di lain waktu ada murid yang hendak berkelahi dengan kakak kelasnya menggunakan senjata tajam di sekolah," tuturnya.
Mengadakan Sosialisasi Pernikahan Dini
Selain kejadian tersebut, Aji menemukan banyak siswa yang setelah lulus memilih untuk bekerja atau menikah. Oleh karena itu, Aji dan kawan-kawan kampus mengajar lainnya mengadakan sosialisasi bahaya pernikahan dini hingga pencegahan stunting.
"Mengetahui kondisi ini, kami tidak langsung melaksanakan program namun memilih melakukan pendekatan kepada siswa, orang tua dan warga sekitar. Kami berusaha menempatkan diri sebagai kawan ngobrol. Pokoknya jangan sampai deh merasa kita mahasiswa lantas kemudian memandang mereka lebih rendah. Alhamdulillah cara ini berhasil, siswa yang awalnya antipati mulai mau menerima kami," kata Aji.
Aji merasa bersyukur atas keikutsertaannya dalam program Kampus Mengajar. Dari sana, ia mendapat banyak cerita dari siswa-siswa di pelosok yang berjuang dalam melanjutkan pendidikan. Ia mengajak mahasiswa lain untuk melakukan aksi nyata di samping diskusi atau demonstrasi.
"Kalau bukan kita lantas siapa, kalau bukan sekarang lantas kapan?" ujar Aji.
(pal/pal)