Akhir-akhir ini kondisi temperatur udara di beberapa wilayah mengalami kenaikan. Menanggapi situasi tersebut, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), mengimbau masyarakat untuk tidak menjadi panik, namun tetap waspada.
Kenaikan temperatur ini pun menjadikan sinar ultraviolet (UV) ikut meningkat. Menyikapi hal tersebut, guru besar di bidang Biooptika Universitas Airlangga (Unair), Prof Retna Apsari memprediksi peningkatan temperatur dan paparan sinar UV di Indonesia akan semakin parah.
"Akan terjadi tingkat keparahan yang lebih tinggi dari saat ini apabila manusia masih belum meningkatkan perbaikan aktivitas dan kewaspadaan tentang isu pemanasan global," ujar Retna dalam situs Unair, dikutip Senin (15/5/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, meski temperatur yang ada di Indonesia mengalami siklus kenaikan dan penurunan setiap tahunnya, namun dampak dari radiasi sinar UV bisa semakin terasa.
Sinar UV Naik 1,5Β°C Tiap Tahun
Retna mengatakan seiring dengan menipisnya lapisan ozon, maka sinar UV pun mengalami peningkatan. Terkait hal ini, organisasi meteorologi dunia pun memperkirakan adanya kemungkinan peningkatan sinar UV sebesar 1,5 derajat celcius setiap tahunnya.
"Akan terjadi tingkat keparahan yang lebih tinggi dari saat ini apabila manusia masih belum meningkatkan perbaikan aktivitas dan kewaspadaannya tentang isu pemanasan global," ungkap dosen Fakultas Teknologi Maju dan Multidisiplin (FTMM) Unair tersebut.
Ia menambahkan, jika solusi dari kemungkinan kenaikan sinar UV tersebut tidak segera diatasi, maka dapat menyebabkan terjadinya kanker kulit (melanoma) serta penekanan sistem kekebalan. Dampak lainnya pun adalah mencairnya es di Samudera Arktik yang bisa menjadikan beruang kutub di sana punah pada tahun 2100.
Kurangi Penggunaan Bahan Perusak Ozon
Alternatif solusi dari kenaikan sinar UV di Indonesia ini adalah menggalakkan pergantian penggunaan Bahan Perusak Ozon (BPO) dengan bahan yang lebih aman. Langkah tersebut menjadi penting mengingat letak geografis Indonesia dapat memudahkan sinar UV datang.
Retan mengimbau, agar masyarakat dapat mengurangi penggunaan AC. Pasalnya, AC merupakan salah satu bahan penghasil gas CFC yang bisa menyebabkan kerusakan lapisan ozon.
"Masyarakat dapat mengurangi penggunaan AC sebagai salah satu material penghasil gas CFC yang dapat merusak ozon. Sedangkan pemerintah dan industri melaksanakan kebijakan yang telah diatur oleh Peraturan Menteri Perdagangan No.83/M-DAG/PER/10/2015 tahun 2015 tentang ketentuan impor bahan perusak lapisan ozon," katanya.
(nwy/nwy)