Pakar Klimatologi dan Meteorologi dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) serta Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menjawab mengapa hujan kembali turun di Indonesia beberapa waktu kebelakang.
Dikutip dari CNN Indonesia, Erma Yulihastin peneliti BRIN menjelaskan hujan yang turun di beberapa wilayah Indonesia berkaitan dengan fenomena vorteks kembar dan Gill Pattern.
Hal tersebut disampaikan Erma melalui cuitan Twitternya @EYulihastin. Ia menjelaskan, kedua fenomena tersebut tengah berlangsung di Samudra Hindia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Potensi vorteks kembar di dekat Sumatra selama dasarian 1 (data KAMAJAYA), dibuktikan dg pantauan awan terkini yg berasosiasi dg pola tapal kuda (Gill pattern)," ujar Erma.
Fenomena Vorteks Kembar dan Gill Pattern
Vorteks merupakan badai yang terjadi bersamaan pusaran angin dengan radius kurang dari 50 kilometer.
Akibat dari fenomena ini adalah hujan ekstrem dengan pola memanjang dan meluas di sepanjang lintasan pergerakannya. Selain itu, Vorteks juga bisa menimbulkan badai ekstrem yang disertai dengan gelombang tinggi.
Melalui unggahannya, Erma menyebutkan vorteks yang terjadi di Samudera Hindia berbentuk kembar di daerah utara dan selatan yang terjadi sejak Senin (8/5/2023). Akibatnya vorteks kembar itu bisa memicu hujan dengan intensitas ekstrem yang persisten.
Vorteks di area utara akan memicu badai squall-line di pesisir barat Sumatera khususnya Sumatera Utara dan Sumatera Barat.
Sedangkan vorteks selatan akan menimbulkan hujan di daerah Jabodetabek dan Jawa Barat.
Per Selasa (9/5/2023), Erma menjelaskan vorteks selatan telah tumbuh membesar di dekat pesisir Sumatera dan Jawa.
"Hal ini berpotensi menimbulkan squall-line atau jalan tol hujan yang merupakan salah satu jenis badai konvektif yang menjalar dari Jawa hingga Bali," tambahnya.
Selanjutnya, Gill Pattern atau Pola Tapal Kuda merupakan fenomena gelombang ekuator dalam memusatkan sumber panas di Indonesia. Gelombang ekuator inilah yang menciptakan vorteks di atas Samudra Hindia maupun pasifik.
"Artinya, angin baratan kuat sedang menuju pesisir barat Sumatra disertai dengan kumpulan awan yang massif, pembentukan vorteks kembar. Maka angin kencang yang berputar dan hujan deras persisten di Sumatera dapat terjadi selama 2-3 hari mendatang," terang Erma.
Seperti yang disebutkan sebelumnya, tak hanya Sumatera Utara dan Barat, Jabodetabek, Jawa Barat hingga Bali terkena dampaknya.
Hujan Ekstrem namun Singkat
Masih dikutip dari CNN Indonesia, Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto menjelaskan mengapa akhir-akhir ini Tanah Air mengalami hujan ekstrem namun singkat.
Hal tersebut ternyata adalah hal yang biasa terjadi di masa pancaroba. Fenomena ini disebut dengan nama hujan sporadis.
"Terjadi karena salah satu fase di saat pancaroba yang memiliki ciri hujan dengan durasi singkat namun lebat," ujar Guswanto.
Melansir situs resmi BMKG, Indonesia memasuki awal musim kemarau pada kisaran bulan April hingga Juni sebanyak 430 ZOM (61,52%).
BMKG pun menyebut, awal musim kemarau bagi beberapa daerah terbilang maju, jika dibandingkan dengan periode 1991-2020. Tapi daerah yang lain masih normal bahkan mundur.
"Sedangkan wilayah lainnya diperkirakan sama terhadap normal yaitu sebanyak 200 ZOM (28,61%) dan mundur terhadap normal yaitu sebanyak 95 ZOM (13,59%)" tulis BMKG.
(nwk/nwk)