SMAN 1 Mendo Barat, Kabupaten Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung rutin mengadakan kegiatan literasi. Di balik giat literasi itu, terdapat sosok kepala sekolah yang 'menyuntikkan' semangat literasi ke siswanya.
Ialah Sri Wantoro, Kepala Sekolah SMAN 1 Mendo Barat yang menjadi tokoh di balik kegiatan literasi di sekolah. Kepada detikEdu, Sri menuturkan ada lima kegiatan literasi di sekolahnya. Berikut daftarnya.
Program Literasi di SMAN 1 Mendo Barat
Program literasi di SMA N 1 Mendo Barat terbagi ke dalam beberapa bagian, yakni:
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
1. Lomba Literasi
Setiap semester, sekolah akan mengadakan lomba literasi bagi seluruh siswa. Lomba ini diadakan berbasis smartphone.
2. Penghargaan Bagi Siswa yang Rajin Membaca
Siswa yang paling rajin membaca di perpustakaan akan mendapat penghargaan. Penghargaan diberikan setiap satu bulan sekali.
3. Literasi Produktif
Literasi Produktif artinya sekolah memfasilitasi anak yang tertarik membaca berbagai buku keterampilan di perpustakaan. Contohnya, Market Day untuk anak-anak yang senang membaca resep masakan atau sejenisnya dan difasilitasi untuk memasak dan hasilnya dijual di perpustakaan sekolah / sekolah pada acara khusus.
4. Kelas Keberbakatan Menulis
Kelas ini merupakan kelas belajar menulis yang diikuti oleh 20 siswa. Beberapa tulisan anak di unggah di situs sekolah serta diikutsertakan dalam lomba-lomba menulis.
5. Kelas Literasi
Kelas literasi dikhususkan bagi siswa kelas 10 dan masuk dalam struktur kurikulum. Kelas ini khusus melatih siswa yang gemar membaca dan memiliki kemampuan membaca.
Profil Sri Wantoro
Sri Wantoro adalah sosok di balik kegiatan literasi di atas. Kepala sekolah itu memulai pendidikan sebagai S1 Keguruan Bahasa Inggris pada tahun 2000.
Genap setahun setelahnya, Sri menjadi guru honorer di SMAN 1 Pangkalpinang dan diangkat menjadi PNS pada Maret 2006. Sri terus mengabdi sebagai guru hingga resmi diangkat menjadi kepala sekolah pada Mei 2022.
Minatnya di bidang literasi mendorong Sri untuk terus belajar. Sri pun termasuk dalam 4 guru pelopor Program Guru Penggerak di Provinsi Bangka Belitung.
Mantan dosen bahasa Inggris itu mengaku senang dengan pembahasan "Menuntun dan Disiplin" dalam Guru Penggerak. Ia merasa konsep itulah penggambaran dari siswa belajar untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan dari guru-guru mereka.
Sri berpesan kepada guru-guru di Indonesia untuk menjadikan profesi guru sebagai pilihan hidup.
"Hanya dengan menjadikan pilihan profesi guru sebagai pilihan hidup secara sadar akan dapat memaknai profesi guru dan pendidik ini sebagai ujung tombak dunia pendidikan yang menjadi masa depan bangsa dan negara ini," pungkasnya.
(nir/nir)