Kisah Athi di Inggris, Peneliti pada 3 Lab yang Jalani 16 Jam Puasa

Makanan Halal di Inggris

Untuk makanan, Athi telah mempersiapkan segala hal sebelum bulan Ramadan di mulai. Ia telah membeli beras, bumbu, daging halal, makanan beku dan buah-buahan.

"Beli daging halal lumayan jauh, harus ke supermarket yang besar dan tidak di pusat kota, jadi saya akalin dengan beli frozen food sosis halal, kebab halal, dan samosa halal yang tinggal di microwave, goreng, atau oven untuk sahur dan buka" kata Athi.

Dengan demikian untuk urusan makanan, Athi tidak terlalu ambil pusing. Karena seluruhnya ia sudah persiapkan dengan matang.

Dukungan Mahasiswa Lain

Meski harus menjalani puasa Ramadan di negeri orang, Athi mengaku mendapat banyak dukungan dari teman-temannya yang berasal dari berbagai negara. Bahkan ada yang mengucapkan puasa pada saat sahur di hari pertama puasa. Teman kosnya yang lain ikut berbagi makanan untuk Athi berbuka.

Menariknya, teman kosnya yang berasal dari China sampai tahu cara menghitung jam puasa dan terus menyemangatinya. Begitu pula anggota tim riset di laboratorium yang sangat perhatian ketika di lab. Tak jarang, Athi diperbolehkan untuk pulang lebih awal untuk bisa berbuka puasa.

Kehangatan dari perhatian itu membuat Athi bersyukur bisa mendapat pengalaman baru berpuasa di Eropa. Meski harus menjalani waktu 16 jam, ia bangga bisa representasi saintis muslimah yang tetap menjalankan kewajiban untuk puasa dan belajar.

Wah keren ya Athi! Semoga informasi ini juga bisa menyemangati dan menginspirasimu ya detikers!