Cerita Ramadan Mahasiswa RI di Hungaria: Puasa 15 Jam, Banyak Toko Halal

ADVERTISEMENT

Cerita Ramadan Mahasiswa RI di Hungaria: Puasa 15 Jam, Banyak Toko Halal

Fahri Zulfikar - detikEdu
Rabu, 12 Apr 2023 15:30 WIB
Kisah Marhadi dan Istrinya yang tempuh S3 di Hungaria
Foto: Doc. Marhadi PPI Hungaria Via WhatsApp
Jakarta -

Ramadan menjadi momen yang spesial bagi seluruh umat Islam di dunia. Termasuk bagi mahasiswa Indonesia yang sedang menempuh pendidikan tinggi di luar negeri.

Tidak hanya perbedaan durasi puasa, pelajar muslim Indonesia yang di luar negeri juga mengalami perbedaan budaya baik dari tempat peribadatan hingga makanan.

Salah satu mahasiswa Indonesia yang memiliki pengalaman ini adalah Marhadi. Ia adalah mahasiswa Doktoral Hungarian University of Agriculture Life and Science MATE.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia dan istrinya merupakan pasangan yang menempuh PhD dan sama-sama mendapatkan beasiswa dari Stipendium Hungaricum tahun 2022. Istrinya, Cifebrima Suyastri merupakan mahasiswa Doktoral di EΓΆtvΓΆs LorΓ‘nd University Budapest.

Pasangan ini juga memboyong dua anaknya ikut mengejar pendidikan di negara yang dinobatkan sebagai "kota terbaik kedua dunia" oleh CondΓ© Nast Traveler.

ADVERTISEMENT


Kehidupan di Hungaria hingga Pengalaman Ramadan Pertama

Bagi Marhadi dan keluarga, ramadan tahun 2023 adalah pengalaman pertama keluarganya menjalani puasa di negeri yang suasananya jauh dari hiruk pikuk seperti di Indonesia.

Dengan jumlah penduduk sekitar 1,7 juta, kota Budapest dihuni keanekaragaman suku dan budaya lainnya.

Banyaknya imigran dari berbagai negara seperti arab (Suriah, Libanon, Afrika, Asia Selatan (India, Pakistan, Bangladesh), Asia Timur (China dan Korea), serta Asia Tenggara (Thailand, Vietnam, Indonesia dan Filipina).

Masuknya imigran yang berasal dari Arab dan Asia selatan, membuat dinamika kehidupan di Budapest lebih beragam.

"Banyaknya toko-toko yang menjual produk halal dan produk Asia membuat mahasiswa Indonesia yang sedang menempuh pendidikan di Budapest tidak mengalami kesulitan yang berarti untuk mencari produk halal seperti daging dan beberapa produk makanan lainnya," terangnya melalui keterangan tertulis yang diterima detikEdu, Rabu (12/4/2023).

"Walapun dengan harga yang lumayan mahal, tapi untuk menyesuaikan dengan lidah Indonesia tetap saja menjadi pilihan untuk berbelanja," imbuhnya.

Marhadi dan istri selalu menyiapkan menu makanan yang sesuai selera khas Indonesia seperti ikan bakar, mie goreng, udang tauco dan beberapa menu lainnya. Ini dilakukan untuk melepas kerinduan dengan masakan khas Indonesia.

"Alhamdulillah anak-anak enjoy dan menikmati puasa yang lamanya sekitar 15 jam. Namun anak-anak tidak merasa lapar dan haus karena sekarang masuk musim spring dengan suhu sekitar 3 - 8 derajat," papar Marhadi.

"Anak-anak juga bisa memperkenalkan ajaran Islam ke teman-teman sekolahnya melalui berpuasa," tambahnya.

Selain itu, masjid di Hungaria juga tidak seperti masjid di Indonesia yang ada kubahnya dan kaligrafi yang mewah serta fasilitas yang lengkap.

Masjid di Hungaria dikategorikan sebagai gereja oleh Pemerintah Hungaria. Ada beberapa masjid yang disediakan oleh beberapa komunitas muslim yang berasal dari Turki, dan beberapa negara timur tengah.

Bangunannya hanya ruko atau rumah yang disewakan untuk dijadikan masjid dengan kapasitas hanya bisa menampung puluhan hingga ratusan orang.

Sekolahkan Anak di SD Hungaria

Marhadi adalah dosen tetap di Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Riau. Sedangkan istrinya Cifebrima Suyastri juga seorang dosen di Hubungan Internasional Universitas Islam Riau.

Keduanya sama-sama penerima beasiswa dari Stitendium Hungaricum tahun 2022 yang berangkat ke Hungaria akhir September 2022.

Pasangan ini mengaku, salah satu pekerjaan berat di sana adalah menyiapkan sekolah untuk anak-anak.

"Alhamdulillah anak-anak bisa bersekolah di sekolah dasar. Sistem Pendidikan di Hungaria berbeda dengan Indonesia. Di Hungaria hanya ada 2 tingkatan sekolah yakni sekolah dasar dan sekolah menengah," ujar Marhadi.

Pendidikan sekolah dasar ditempuh selama 8 tahun dan sekolah menengah ditempuh selama 4 tahun. Perbedaan lainnya adalah di Hungaria tidak ada pelajaran agama.

Pelajaran agama hanya diajarkan di gereja atau lembaga kerohanian. Sehingga anak-anak di Hungaria tidak diajarkan agama selama di sekolah.

"Sebagai gantinya kurikulum menyiapkan mata kuliah Ethic sebagai gantinya," jelasnya.

Tetap Aktif di Berbagai Kegiatan

Tidak hanya fokus dengan pendidikan dan keluarga, Marhadi dan istri juga tetap sibuk dengan riset serta menjalani aktivitas di luar kampus.

Marhadi saat ini menjabat sebagai Presiden Perhimpunan Pelajar Indonesia Hongaria dan Pengurus Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) wilayah Eropa Raya serta menjadi pengurus cabang istimewa Muhammadiyah Hongaria.

Adapun riset yang diambil Marhadi tentang Persepsi Brand pada Purchase Intention Palm Oil dan istrinya mengambil riset tentang Perlindungan Hak Asasi Manusia pada Refugee di Indonesia.




(faz/nwk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads