Tim ITB 'Sulap' Kotoran Sapi Jadi Lampu sampai Speaker

Tim ITB 'Sulap' Kotoran Sapi Jadi Lampu sampai Speaker

Trisna Wulandari - detikEdu
Rabu, 28 Des 2022 11:30 WIB
Lampu meja dan speaker dari kotoran sapi karya Tim ITB.
Lampu meja dan speaker dari kotoran sapi karya Tim ITB. Foto: PP-PBL ITB
Jakarta -

Kotoran sapi di Kampung Buka Tanah, Kecamatan Lembang, Jawa Barat semula disalurkan warga ke lahan tani. Kotoran sapi tersebut mengalir pada sistem drainase yang ada di sekitar rumah warga.

Seiring dengan lahan tani dan petani sayur setempat yang semakin berkurang, siklus ekosistem kotoran sapi yang mengalir ke lahan tani jadi terganggu.

Akibatnya, kotoran sapi menumpuk, mencemari tanah, air, dan udara terbuka di kawasan sekitar warga Buka Tanah.

Kotoran Sapi Dijadikan Berbagai Produk

Berangkat dari masalah ini, para dosen dan peneliti dari Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Teknologi Bandung (FSRD ITB), Pusat Penelitian Produk Budaya dan Lingkungan (PP-PBL) ITB meriset dan menggagas solusi pengolahan limbah kotoran sapi jadi produk unggulan berbasis teknologi tepat guna.

Semula, hasil penelitian tim ITB ini menghasilkan produk batu bata, ember, dan pot bunga yang dukung kegiatan lokal dan pertanian.

Siapa sangka, kotoran sapi bisa jadi meja, speaker, lampu meja, celengan, dan produk kriya serta dekorasi rumah lainnya. Karya-karya ini juga dipamerkan di Indonesian Contemporary Art & Design (ICAD) 2022 dengan judul Cow Dung Wasteland's Transformation.

Serat Selulosa dari Kotoran Sapi

Serat selulosa dari kotoran sapi dengan adhesive polyvinyl acetate.Serat selulosa dari kotoran sapi dengan adhesive polyvinyl acetate. Foto: Trisna Wulandari/detikEdu
Bioplastik selulosa acetate dari kotoran sapi dan filter rokok.Bioplastik selulosa acetate dari kotoran sapi dan filter rokok. Foto: Trisna Wulandari/detikEdu

Ada dua jenis material cow dung alias kotoran sapi yang digunakan dalam pembuatan produk kriya dan dekorasi ini.

Pertama yaitu material serat selulosa dari kotoran sapi yang menggunakan adhesive polyvinyl acetate. Karakteristiknya ringan, kuat, berporos, dan keras.

Kemudian yang kedua yaitu material bioplastik cellulose acetate yang terdiri dari kotoran sapi dan filter rokok. Karakteristiknya lentur, keras, dan kuat.

Untuk menghasilkan material ini, bagian kotoran yang tidak dipakai disaring. Sementara itu, bahan yang hendak digunakan juga diproses sehingga terjamin kebersihannya.

Penelitian ini dijalankan Kepala PP-PBL ITB Dr Adhi Nugraha, Prananda L Malasan, PhD, dan Raditya Ardianto Taepoer, MDs dari FSRD ITB, lalu Peneliti Postdoctoral di PP-PBL ITB Amira Rahardiani, PhD.

Lebih lanjut, penelitian ini juga dilaksanakan Arif Sugiharto, MT dari Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara ITB, Nila Armelia Windasari, PhD dari Sekolah Bisnis dan Manajemen ITB, serta mahasiswa S2 Desain di mata kuliah Industri Kreatif dan Pengembangan Komunitas 2021/2022 Anisa Fitriramadhani, SDs, Theo Gennardy, SDs, dan Abbyzar Raffi, MDs.

Dikutip dari laman Instagram @itb1920, riset ini juga menggunakan pendekatan etnografi dan desain partisipatif. Caranya yakni lewat kegiatan pemberdayaan masyarakat di Kampung Buka Tanah, Desa Langensari, Kecamatan Lembang, Jawa Barat.

Proses etnografi dan desain partisipatif yang dimaksud yaitu pengembangan ide bersama-sama antara tim riset PP-PBL dengan masyarakat setempat untuk menghasilkan ide pemecahan masalah.

Pengembangan ide bersama juga dilakukan sejalan dengan kegiatan kearifan lokal warga Kampung Buka Tanah, mulai dari musyawarah (guyub) dan berkumpul, hiburan lokal masyarakat, acara agama, dan gotong royong sehari-hari.

Bagaimana detikers, tertarik dengan produk cow dung alias kotoran sapi Buka Tanah dan ITB ini?



Simak Video "100 Smart City di Indonesia, Kota Bandung Terbaik!"
[Gambas:Video 20detik]
(twu/faz)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia