Prof Nadi Suprapto, MPd, PhD, menjadi yang termuda dari empat guru besar yang dikukuhkan dalam Rapat Terbuka Senat Akademik Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Jumat (23/12).
Pria asal Sidoarjo itu dikukuhkan sebagai guru besar bidang Pendidikan Fisika di usianya yang ke 41 tahun. Terhitung, Prof Nadi sudah menerbitkan 87 publikasi di jurnal bereputasi.
Tak ada yang menyangka, guru besar termuda itu bukan datang dari keluarga akademisi, tapi petani. Prof Nadi bercerita, saat SMA, ia akan menggembala kerbau dari sawah ke sawah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Hal itu yang membuat semangat saya semakin terpacu dan betul-betul bekerja keras sampai di titik ini," ucapnya dalam laman Unesa dikutip Minggu (25/12/2022).
Tekun Bersekolah
Perjalanan karir akademiknya itu berawal dari jenjang sekolah dasar yang ia tempuh di SD Negeri Sambungrejo 01 dan MI Al-Falah Sambungrejo. Lulus SMP dan SMA, Nadi melanjutkan pendidikan sarjana di Pendidikan Fisika FMIPA Unesa pada 1999.
Tak lama setelah menamakan studi S1, Nadi pun melanjutkan kuliah Pascasarjana di kampus yang sama dengan jurusan Pendidikan Sains konsentrasi Fisika. Mengepakkan sayap, ia mengikuti short course selama tiga bulan di National Dong Hwa University, Taiwan pada 2013.
Kesempatan ini benar-benar dimanfaatkannya hingga bisa melanjutkan pendidikan jenjang doktor di kampus tersebut pada 2014 dan meraih gelar PhD, pada 2017.
"Saya selalu meresapi yang dikatakan oleh guru saya, untuk menjadi guru dari para guru. Sebagai dosen saya akan terus memberikan yang terbaik dan berbeda dari yang lain," ucapnya.
Dapat Dukungan Orang Tua dan Teman
Pria yang sudah 17 tahun mengabdi di Unesa itu menyampaikan bahwa kesuksesannya tersebut tidak lepas dari doa serta dukungan orang tua, keluarga, masyarakat dan teman sejawat.
Menurutnya, kunci menjadi guru besar di usia yang terbilang muda ini tidak lepas dari ketekunannya dalam menjalankan tridarma perguruan tinggi dengan sebaik-baiknya yaitu pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.
Target Berikutnya
Prof Nadi mengatakan target pribadi sebenarnya sudah melampaui target setelah berhasil mendapat gelar tertinggi akademik tersebut. Selanjutnya, ia ingin membawa Unesa sejajar dengan kampus-kampus lainnya di dunia.
"Target sekaligus tantangannya adalah membawa Unesa mencapai rekognisi internasional. Dalam dua tahun terakhir, Alhamdulillah ada peningkatan signifikan di Unesa. Awalnya tidak masuk di pemeringkatan dunia sampai bisa masuk dan berjejer dengan kampus lain di pemeringkatan internasional," pungkasnya.
(nir/nwk)