Dampak kenaikan harga bahan bakar minyak jenis Pertalite dirasakan pelajar sekolah menengah kejuruan di Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan. Demi menyiasati uang saku agar tak habis untuk biaya BBM kendaraan bermotor, Andi Asrul (16 tahun), seorang pelajar di Bone, Sulawesi Selatan, berangkat ke sekolah menggunakan traktor atau alat yang biasanya digunakan untuk membajak sawah.
Dikutip dari detikSulsel, Andi Asrul baru sekali menggunakan traktor dari rumahnya di Dusun Tompong Patu, Desa Tompong Patu, Kecamatan Kahu menuju sekolah yang berada di Kecamatan Libureng, Bone. Saat itu ada 6 orang kawannya ikut nebeng.
Jarak dari rumah Andi Asrul ke sekolah kurang lebih 10 kilometer. Kepada detikSulsel, Andi Asrul mengaku ongkos menggunakan traktor lebih murah dibandingkan dengan memakai sepeda motor. Sebab, traktor menggunakan bahan bakar solar, sementara sepeda motor memakai BBM Pertalite.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Andi Asrul menuturkan, ongkos menggunakan traktor lebih murah karena berbahan bakar solar. Apalagi dengan traktor bisa muat lebih banyak orang. Sementara itu, sepeda motor yang menggunakan bahan bakar Pertalite hanya bisa muat dua orang.
"Jaraknya sekitar 10 km. Ini terbilang hemat (naik traktor) dibanding naik motor. Apalagi lebih murah solar dibanding Pertalite," katanya kepada detikSulsel, Minggu (25/9/2022).
Andi Asrul mengatakan akan menggunakan traktor tersebut ke sekolah jika tidak digunakan ayahnya untuk bekerja di sawah. "Baru juga kemarin kami coba naik traktor. Kalau itu (traktor) tidak dipakai sama Bapak, pasti saya pakai ke sekolah," katanya.
Traktor tersebut bisa muat 7 orang. Andi Asrul dan teman-temannya berangkat ke sekolah pukul 06.30 WITA.
Menurut Andi Asrul, reaksi para guru saat melihat dia dan teman-temannya datang ke sekolah naik traktor hanya tersenyum saja. "Guru juga tidak larang, malah senyum-senyum," kata dia.
Artikel tentang siswa SMK di Bone Sulawesi Selatan ke sekolah naik traktor demi menyiasati kenaikan harga Pertalite bisa dibaca di sini.
(twu/twu)